NovelToon NovelToon
Istri Bar-Bar Kesayangan Pak Guru

Istri Bar-Bar Kesayangan Pak Guru

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Teen School/College
Popularitas:14.2k
Nilai: 5
Nama Author: ayuwidia

Ayunda Nafsha Azia, seorang siswi badung dan merupakan ketua Geng Srikandi.

Ia harus rela melepas status lajang di usia 18 tahun dan terpaksa menikah dengan pria yang paling menyebalkan sedunia baginya, Arjuna Tsaqif. Guru fisika sekaligus wali kelasnya sendiri.

Benci dan cinta melebur jadi satu. Mencipta kisah cinta yang penuh warna.

Kehadiran Ayu di hidup Arjuna mampu membalut luka karena jalinan cinta yang telah lalu dan menyentuhkan bahagia.

Namun rumah tangga mereka tak lepas dari badai ujian. Hingga membuat Ayu dilema.

Tetap mempertahankan hubungan, atau merelakan Arjuna kembali pada mantan kekasihnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayuwidia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 7 Sudah Ada Yang Punya

Happy reading

"Ayu, kamu maju ke depan! Sebutkan bunyi hukum Ohm. Materi yang baru saja saya sampaikan."

"Sekarang, Pak?"

"Iya, sekarang."

Ayu menghembus napas kasar dan serasa ingin menyentil ginjal Nofiya.

Gara-gara kejahilan Nofiya, ia harus menerima hukuman dari Arjuna. Berdiri di depan kelas dan menyebutkan bunyi hukum Ohm. Materi yang baru saja disampaikan oleh guru fisikanya itu.

Ayu memaksa tubuhnya untuk beranjak dari kursi, lalu membawa langkahnya menuju ke depan kelas.

"Sebutkan sekarang!" titah Arjuna. Tak ada secuil pun kelembutan yang tersirat dari ucap maupun pandangan mata.

Arjuna seperti bunglon. Dia bisa berubah-ubah sesuai kondisi dan situasi, sehingga membuat Ayu semakin sangsi untuk menerimanya sebagai suami.

Ia yakin jika sikap manis dan perhatian Arjuna ketika mereka sedang berdua hanyalah bagian dari akting. Bukan karena ketulusan hati.

Dengan kepercayaan diri tingkat Dewi, Ayu mulai menyebutkan hukum Ohm, seperti yang diperintahkan oleh Arjuna.

"Hukum Ohm berbunyi, kuat arus listrik yang mengalir melalui suatu penghantar atau konduktor berbanding lurus dengan beda potensial atau tegangan di antara ujung-ujung penghantar tersebut, dan berbanding terbalik dengan hambatannya."

Setelah menyebutkan bunyi hukum Ohm, Ayu mengambil spidol whiteboard yang tergeletak di atas meja Arjuna.

Ia lantas menulis rumus hukum Ohm yang tadi sudah dijelaskan oleh Arjuna.

V\= I * R

"Secara matematis, hukum Ohm dirumuskan sebagai V \= I * R," jelasnya kemudian.

"V adalah tegangan listrik atau biasa disebut volt. l adalah kuat arus listrik atau ampere. Dan R adalah hambatan listrik atau ohm," imbuhnya yang membuat semua teman sekelas berdecak kagum. Begitu juga Arjuna.

Mereka tidak menyangka, Ayu bisa menjelaskan dengan detail materi yang tadi disampaikan.

"Badung boleh, tapi otak harus encer. Biar apa? Biar nggak malu-maluin wali kelas kita yang sangat cerdas dan bijaksana, meski terkadang super menyebalkan." Ayu melirik sekilas ke arah Arjuna.

Bukannya marah atau merasa tersinggung, Arjuna malah menerbitkan sebaris senyum sambil mengacungkan satu jempol tangannya.

"Hebat!" pujinya diiringi tepuk tangan semua penghuni kelas.

Ayu tersenyum smirk, lantas kembali ke tempat duduknya.

"Nah, seperti yang dikatakan oleh Ayu. Badung boleh, tapi otak harus encer. Selain bisa menerima pelajaran yang disampaikan oleh guru, otak juga harus bisa digunakan untuk berpikir sebelum melakukan suatu tindakan atau perbuatan."

"Misalnya dalam menghadapi suatu permasalahan yang bisa menyebabkan perkelahian antar dua geng."

"Jika permasalahan yang timbul 'hanya' karena kesalah pahaman, maka kesalah pahaman itu perlu diluruskan. Jelaskan kebenarannya. Bukan malah bersikap masa bodoh dan asal menerima tantangan," tutur Arjuna panjang lebar dan sukses mencubit hati Ayu.

Seusai bertutur, Arjuna kembali menyampaikan materi dan menulis beberapa soal di papan tulis. Ia meminta semua siswanya untuk mengerjakan soal-soal tersebut di rumah sebagai PR.

Bel yang menunjukkan waktu istirahat berbunyi. Kelas yang semula hening seketika riuh.

Seperti biasa, Ayu dan ketiga sahabat baiknya memanfaatkan waktu istirahat untuk nongkrong di kantin.

"Nyet, kamu mau nitip pesen apa?" Nofiya bertanya pada Ayu, begitu mereka tiba di kantin.

"Es coklat aja."

"Nggak makan?"

"Nggak. Aku belum laper."

"Belum laper atau ingin ditraktir?" Dimas menyahut. Kemudian mendaratkan bobot tubuhnya di kursi.

"Aku beneran belum laper." Ayu menanggapi ucapan Dimas, lantas turut duduk di kursi. Bersebelahan dengan Ririn dan Machan.

"Ya udah, aku traktir es coklatnya."

"Nggak usah. Aku bisa beli sendiri." Ayu menolak. Namun Dimas tetap memaksa.

"Dim, kami juga ditraktir 'kan?" Machan menginterupsi. Ia berharap, Dimas juga mentraktirnya. Supaya uang sakunya hari ini utuh dan bisa digunakan untuk membeli makanan kucing kesayangan.

"Iya. Kalian bertiga juga aku traktir."

"Asekkkkkkk." Jawaban yang diberikan oleh Dimas membuat Machan dan kedua sahabatnya girang.

Berbeda dengan Ayu yang tampak bersikap biasa, sebab bukan kali ini saja Dimas mentraktirnya dan bisa dikatakan hampir setiap hari.

"Yu, kamu kenal sama ketua Geng Brawijaya?"

"Ya, aku kenal. Ryuga."

"Dia naksir berat sama kamu."

"Ck, dari mana kamu tau?"

"Dari dia sendiri --"

"Ryuga nantangin aku sama Geng Pandu. Dia mengira, aku sama kamu bukan cuma temen. Tapi pacar."

"Terus?"

"Ryuga minta aku buat ngelepasin kamu, biar dia bisa jadian sama kamu."

Ayu menarik satu sudut bibirnya dan menggeleng pelan.

"Masalahnya, hubungan kita selama ini masih menggantung. Kita deket, tapi belum juga jadian." Dimas menyambung ucapannya.

"Dim, jangan menyalah artikan kedekatan kita --"

"Maksud kamu?"

"Jujur, aku cuma nganggep kamu sebagai temen. Nggak lebih. Jadi ungkapan 'menggantung' ... nggak tepat banget."

"Tatap mataku, Yu! Bilang, kalau kamu nggak punya rasa sama aku --"

"Biar kamu yakin?" Ayu memangkas ucapan Dimas.

"Iya, biar aku yakin kalau kamu memang bener-bener nggak punya rasa sama aku."

Ayu menghela napas panjang, lalu menatap manik mata Dimas yang kini terbingkai kaca.

"Dim, dari dulu aku nggak pernah ada rasa sama kamu. Bahkan, sampai detik ini --"

"Aku cuma nganggep kamu temen baik, nggak lebih."

"Aku rasa, ucapan Pak Juna memang ada benernya. Lebih baik kita nglurusin kesalah pahaman, biar Arumi nggak terus-terusan musuhin aku sama temen-temen Geng Srikandi. Dan Ryu, nggak nantangin kamu sama Geng Pandu."

Dimas meraup udara dalam-dalam, lalu menghembuskan perlahan. Ketegarannya melemah, seiring kristal bening yang dengan lancangnya tertumpah.

Ulu hatinya terasa ngilu ketika Ayu menghujam nya dengan kata-kata.

"Dim, Arumi cinta banget sama kamu. Dia lebih pantas kamu cintai, ketimbang aku." Ayu bertutur sambil menggenggam tangan Dimas.

"Yu, dari dulu cuma kamu yang aku cinta. Bukan gadis lain, apalagi Arumi."

"Terus terang, aku udah nerima tantangan Ryu karena ingin merjuangin kamu."

"Nggak ada gunanya kamu merjuangin aku. Nggak ada gunanya juga Ryuga nantangin kamu sama Geng Pandu buat ngerebut aku. Karena aku --" Ayu menggantung ucapannya dan menghela napas dalam. Menghempas rasa sesak yang tiba-tiba hadir memenuhi rongga dada.

"Karena kamu kenapa?" Dimas melayangkan tatapan penuh tanya.

"Karena ... aku udah ada yang punya."

"Maksud kamu pacar?"

"Lebih dari itu."

"Tunangan?"

Ayu tersenyum samar dan enggan menjawab pertanyaan yang terlontar dari bibir Dimas.

"Bilang ke Ryu, nggak usah lagi nantangin kamu sama Geng Pandu. Bilang juga ke dia, kalau kita cuma temenan dan aku udah ada yang punya."

Dimas mengangguk ragu dan memeras kelopak matanya.

"Ck, kamu kok jadi cengeng gini sih, Dim? Nggak keren banget." Ayu tertawa kecil, lalu menyeka wajah Dimas yang basah dengan tisu bekas.

"Nyet, itu tisu bekas buat ngelap kecap. Napa malah kamu usapin ke wajah Dimas?" Nofiya tergelak. Begitu juga Machan dan Ririn.

Mereka tak kuasa menahan tawa saat melihat wajah Dimas. Terhias warna kecap dan hampir mirip dengan suku pedalaman.

"Astaga, Nyet! Kok kamu kejem banget sama temen sendiri." Nofiya kembali tergelak, hingga terlupa menikmati es coklat yang sudah tersaji di atas meja.

Di pojok ruang, seseorang tengah duduk sambil memperhatikan mereka. Kedua sudut bibirnya melengkung, membentuk seutas senyum.

"Good, Ay," ucapnya tanpa mengalihkan pandangan mata dari objek yang sedari tadi diawasi.

🍁🍁🍁

Bersambung

1
Najwa Aini
gaya²an mau jadi PA..dandan aja gak bisa
Najwa Aini: Sama Nol kitahhh urusan dan dan
total 2 replies
Najwa Aini
banyak banget profesinya.
Apa dia masih sempat bobok siang dgn tugas sebanyak itu.
Najwa Aini: Emang lain si Mas Win
total 2 replies
Najwa Aini
nah kan..
Mas Win juga CEO..ya kali cuma suamimu aja
Ayuwidia: Iya percaya
total 1 replies
Najwa Aini
Beuughhh
Najwa Aini
jangan samakan dengan tawanya Deng Wei.
Dia tetap Deng Weiku.
Di tik tok aku udah banyak saingan. masa di sini juga
Ayuwidia: nggak ada langkah-langkahan
total 3 replies
Najwa Aini
Sampek segitunya. Emang diapAin
Najwa Aini
Makasih ya Tor udah dikasih paham
Ayuwidia: sama2
total 1 replies
Najwa Aini
Perhari ini.
Ayu udah gak perawan.
Dan dia perawani oleh gurunya sendiri...😁😁
Ayuwidia: 😬😬😬😬😬😬
total 1 replies
Najwa Aini
Tanda apa itu, kok sampai penuh..
Ayuwidia: aishhhhh 😆
total 3 replies
Najwa Aini
Nah itu baru benar...
mandi berdua juga harusnya.
khilaf lagi ntar. Fix gak ke sekolah mereka hari ini
Ayuwidia: bisa jadi 😆
total 1 replies
Najwa Aini
Bisa² gak masuk sekolah besok si Ayu...
Endang 💖
wah ayu udh GX perawan lagi,
Ayuwidia: Iyaaa 😁
total 1 replies
Ririn Rira
Bener lagi 🤭
Ririn Rira
Ceplas ceplos langsung kepada inti takut hamil
Ririn Rira
Segala mau jadi jin curiga ikutan sengklek nanti 😅
Najwa Aini
Harusnya di sini ada irama lagu dangdut era 90-an..
surga dunia..
aseeekk
Ayuwidia: tarikkkk manggg
total 1 replies
Najwa Aini
Oh..suka aroma scandalous tohhh
Ayuwidia: huum, wanginya nggak enek
total 1 replies
Najwa Aini
Heran sama si ayu. napa malah nyariin Ilham yg lagi pulkam. Tuh mas Juna yg siap ngasih pelajaran tentang hal² 21 plus, sekaligus langsung praktek di temoat
Ayuwidia: tiba-tiba jadi guru ekstrakurikuler 21 plus , dan ini bikin otak othornya kliyengan
total 1 replies
Najwa Aini
bener. setuju banget
Ayuwidia: Ahayyyy
total 1 replies
Elisabeth Ratna Susanti
seru banget part ini good job Thor 👍🫶
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!