NovelToon NovelToon
Bride Of The Fate

Bride Of The Fate

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Duda / CEO / Beda Usia / Mengubah Takdir / Romansa
Popularitas:574
Nilai: 5
Nama Author: Rustina Mulyawati

Anya Safira adalah gadis berusia 20 tahun. Ia bekerja sebagai petugas kebersihan di sebuah hotel. Suatu hari Anya tengah membersihkan kamar hotel yang sudah ditinggalkan oleh tamu. Namun, Seketika seorang pria masuk dan menutup pintu serta menguncinya. Pria itu mabuk dan tidak sadar kalau ia salah masuk kamar.

Melihat tubuh seksi Anya pria tersebut tidak tahan dan segera mendorong tubuh Anya ke atas ranjang. Pria itu pun naik dengan hasrat yang tidak tertahankan. Anya yang ketakutan hendak berteriak. Namun, pria itu segera membekap mulut Anya sambil berbisik.

"Jangan berteriak. Aku akan memberimu satu miliyar asal kau layani aku, " bisiknya.

Anya yang memang sedang membutuhkan uang, tidak pikir panjang dan menerima tawarannya. Dan disitulah awal dari semuanya.

Anya tidak tahu, kalau pria itu adalah tuan Elvaro. Duda kaya raya seorang Presdir perusahaan ternama YS.

Lalu, apakah yang akan terjadi selanjutnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rustina Mulyawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7. Ingin Cucu Perempuan.

  "Bagaimana Amira? Apakah kamu bersedia?"

  Elvaro bertanya kembali dengan tegas. Ia berharap Amira mau dijodohkan dengan Aiden.

  "Maaf, Pak El. Tapi, apakah menurut Bapak saya pantas menjadi istri tuan muda Aiden? Mungkin saya terlalu tua jika disandingkan dengan tuan muda. Lagi pula, tuan muda Aiden masih muda. Banyak wanita yang lebih baik dan lebih pantas untuknya. "

  Amira mencoba menolak perjodohan itu secara lembut.

   Elvaro mengangguk pelan. Ia mengerti apa maksud dari perkataan Amira.

  "Baiklah. Saya tidak bisa memaksa jika kamu tidak mau. Tapi, jika kamu berubah pikiran. Datang dan bicaralah pada saya. "

  "Saya benar-benar minta maaf, Pak," sesal Amira.

  Elvaro tersenyum. "Tidak papah. Kalau begitu sekarang kamu boleh kembali bekerja."

  Amira beranjak bangun berdiri. "Kalau begitu saya permisi. "

   Amira pun pergi dan kembali ke meja kerjanya. Amira sungguh sangat kecewa sekali. Padahal ia sadar tidak pantas untuk merasa kecewa seperti itu. Namun, ia tetap merasa sangat patah hati. Sudah lama ia menyimpan perasaan ini untuk Elvaro. Sudah bertahun-tahun ia memendamnya.

  Sementara itu Elvaro pun kembali duduk di kursi kerjanya untuk melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda tadi. Ia pun memeriksa beberapa dokumen yang Amira bawakan tadi. Setelah ia periksa sesama ,ia pun segera tanda tangani dokumen-dokumen itu.

  Sesekali ia melirik ke arah ponselnya yang tergeletak di atas meja kerjanya. Sudah beberapa hari, tapi belum ada kabar dari Ranti. Elvaro hanya bisa menghela nafas kasar. Dan kembali melanjutkan pekerjaannya.

    Drrrttt... Drrrttt....

   Ponsel Elvaro berdering. Tangannya sigap mengambil ponselnya dan melihat siapa orang yang menelpon. Ia pikir itu panggilan yang sudah lama ia tunggu-tunggu. Tapi ternyata, itu hanyalah panggilan dari Bima.

  ["Ayah, cepetan pulang!"]

   Dengan nada panik.

 "Ada apa?"

 Elvaro bertanya dengan nada santai.

["Nenek ada di rumah. Dia nyariin Ayah terus!"]

 "Mamah? Kapan ibu datang?"

["Dari dua jam yang lalu. Pokoknya Ayah harus pulang sekarang. "]

 " Iyah, Ayah pulang sekarang. "

  ["Oke."]

    Tut...

 Elvaro pun menunda pekerjaannya dan mematikan komputer. Ia bergegas untuk pulang.

  "Amira? Saya harus pulang sekarang ada urusan. "

 "Tapi, malam ini Bapak ada janji makan malam dengan Pak Wiro."

 "Tolong kamu batalkan saja janjinya. Saya benar-benar harus pulang sekarang."

  Elvaro pun bergegas pergi tanpa ragu meninggalkan kantor.

 "Tapi... "

 Amira hendak ingin menghentikan langkah Elvaro. Tapi melihat Elvaro yang terburu-buru membuat ia tidak bisa melakukannya.

 Aiden tidak sengaja melihat kepergian Elvaro dengan terburu-buru tanpa Amira. Ia penasaran apa yang terjadi dan datang untuk bertanya kepada Amira.

 "Apa sesuatu terjadi?" Aiden bertanya sambil berjalan mendekat ke Amira.

 "Pak Aiden? Saya juga tidak tahu apa yang terjadi. Pak Elvaro bergegas pergi begitu saja. Dia bilang ada urusan penting dan harus pulang sekarang juga, " jawab Amira.

 "Ohhh. Baiklah, terima kasih."

 Aiden hendak ingin pergi. Tapi ia mengurungkan niatnya dan berbalik kembali menemui Amira. Ia berniat ingin mengajak Amira makan malam bersama untuk pertama kalinya. Walaupun ia merasa sangat gugup dan meragukan niatnya ini. Tapi ia tetap ingin mencoba dan berusaha memberanikan diri.

  "Permisi! Maaf sebelumnya. Apakah kamu mau makan malam sama saya?" tanya Aiden ragu.

 Amira sejenak terdiam. "Baiklah."

 "Kalau begitu, sampai ketemu nanti malam. "

  "Iyah."

 Aiden tersenyum tipis. Sebenarnya ia ingin sekali melompat kegirangan saat ini. Tapi ia harus menjaga image. Lantas, ia pun segera pergi ke ruangan kerja miliknya. Setelah sampai dan menutup pintu rapat-rapat. Aiden langsung melompat-lompat kecil karena begitu senang dan tidak bisa menahan lagi.

  "Yes yes yes! Akhirnya!"

  Aiden begitu bersemangat hingga menari-nari sendiri seperti orang gila.

    ***

 Elvaro baru saja tiba di rumah. Ketika tiba di pintu masuk ruang tamu Bima mencegatnya dengan wajah yang tertekan.

  "Ayah? Kenapa lama sekali? Aku kan sudah bilang untuk cepat datang! " Rengek Bima sambil meraih kuat tangan kekar Elvaro.

 "Dimana Mamah?"

   Mata Elvaro mencari-cari keberadaan Ibunya di ruang tamu. Tapi tidak ia temukan.

 "Nenek ada di dapur. Katanya sambil menunggu Nenek ingin membuatkan makanan kesukaan kamu. Nenek bilang sudah lama Nenek tidak bertemu denganmu dan mulai hari ini, Nenek memutuskan untuk tinggal bersama kita. Katanya Nenek kesepian tinggal di desa sendirian setelah Kakek meninggal. "

  Bima menjelaskan keadaannya saat ini. Elvaro memang belum bisa menjenguk Ibunya lagi karena terlalu sibuk. Apalagi desanya sangat jauh sekali dari kota tempat ia tinggal sekarang. Pernah Elvaro mengajak Ibunya untuk tinggal di kota bersamanya. Tapi, Ibunya menolak karena alasannya tidak mau meninggalkan semua kenangan bersama suaminya.

  Elvaro menghampiri Ibunya di dapur. Nampak sosok wanita tua sedang sibuk memasak di sana. Rambutnya sudah setengah memutih. Dan pandangannya harus dibantu dengan memakai kacamata. Dan juga ia harus jalan terbata-bata tidak segesit waktu muda. Usianya kini sudah menginjak 76 tahun.

  Mungkin Elvaro terkesan anak yang kurang berbakti karena membiarkan ibunya tinggal di desa dengan usianya yang sudah sangat tua dan renta. Namun, sebenarnya walaupun Elvaro tidak mengurusnya ia membayar seseorang untuk merawatnya di desa dan setiap hari orang yang merawatnya itu selalu melaporkannya pada Elvaro.

  Elvaro datang dan memeluk lembut wanita tua yang ada di hadapannya itu.

 "Kenapa Mamah malah repot memasak. Baru datang seharusnya istirahat saja. Lain kali kalau mau datang tolong kasih kabar dulu. Jangan datang tiba-tiba, " bisik Elvaro.

 Wanita tua itu melepaskan pelukan Elvaro dan memandangi wajahnya sejenak. Lalu ia pun malah memukulnya dengan tongkat yang sering dibawanya untuk membantunya berjalan.

 "Aw! Kenapa?" tanya Elvaro.

  "Sudah begitu lama Mamah tidak pernah berkunjung. Bertahun-tahun lamanya. Tapi di rumah ini masih saja tidak terlihat cucu perempuanku, " sahut Wanita itu merajuk.

 "Mamah, aku kan duda. Gimana mau ada cucu perempuan, " bela Elvaro.

  "Makanya kamu menikah. Kamu mau hidup sendirian sampai tua dan hidup sendirian sampai mati?" sergahnya begitu kejam.

  "Wahh.. kata-kata Mamah sangat kejam."

   "Pokoknya Mamah tidak mau tahu. Sebelum Mamah meninggal kamu harus berikan Mamah cucu perempuan. Dan menikahlah dengan seseorang bulan ini. Apa kamu mau melihat Mamah mati menyedihkan seperti ini?"

  Wanita tua itu kembali memukuli Elvaro dengan tongkatnya.

  Elvaro merintih kesakitan tapi tidak dihiraukan.

   Mata Bima mendelik kesal ketika mendengar Neneknya menyuruh Elvaro menikah lagi. Tapi ia juga kasihan melihat Ayah yang selalu kena omel dan pukul saat ini oleh Neneknya.

  "Nyonya Dita Asmara Sugito! Alias Nenekku yang sangat bijaksana. Nenek tenang saja! Sebenarnya Ayah memang berencana mau menikah lagi. Jadi, Nenek tidak usah khawatir. Ayah pasti akan memberikan Nenek seorang cucu perempuan yang cantik seperti Nenek, " sela Bima yang sedari tadi memperhatikan mereka.

  Wanita tua bernama Dita itu pun berhenti memukuli Elvaro dan menatapnya tajam.

 "Beneran kamu mau menikah lagi?" tanyanya.

 Mata Elvaro malah bermain menatap Bima dan Neneknya bergantian.

 "Baru rencana, " jawab Elvaro.

 "Tidak Nek. Kemarin Ayah bilang, Ayah sudah punya calon, Nek, " tambah Bima lagi membuat Elvaro sedikit kesal.

 Bima hanya menyeringai penuh ketika melihat bola mata Elvaro yang seakan ingin keluar menatapnya.

 "Itu bagus. Siapa dia? Kapan kamu akan perkenalkan dia sama Mamah?"

  Dita begitu bersemangat mendengar kabar baik ini.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!