Azzam Syauqi Atharis pria yang dulunya memilik sifat ceria dan jahil berubah menjadi sosok pria dingin setelah tragedi na'as yang terjadi di dalam keluarganya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Joelisha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
Letta bersiap untuk pulang, karena jam kerjanya sudah selesai hari ini. Dia berjalan ke halte depan kantor untuk menunggu angkotan umum karena tadi pagi ia tidak membawa mobilnya yang kebetulan masuk bengkel.
Dia mengeluarkan headset dan mendengarkan lagu sambil menunggu busnya datang. Di halte ini memang sedikit sepi dari biasanya. Hanya ada Letta dan beberapa teman sekantor yang tidak begitu dia kenal.
"Tumben busnya belum datang"ujarnya sambil melihat ke arah dimana busnya akan datang dan masih belum menemukan tanda-tanda busnya akan sampai.
Tiba-tiba ada mobil sedan berwarna putih berhenti tepat di depan halte. Letta diam saja karena mengira itu adalah jemputan salah satu karyawan yang memang sedang menunggu juga. Namun anehnya tidak ada seorang pun yang mendekati mobil itu.
Perlahan kaca mobil itu sedikit turun menampakkan sosok pria yang duduk di kursi pengemudi, membuat mata gadis itu membelalak saat melihatnya.
"Apa yang mau pria itu lakukan? Bukannya kemarin bilangnya pergi keluar kota.? " ujar Letta dalam hati,karena ingat kemarin dia memintanya pulang bersama Daniel.
" Masuk."titahnya
Letta tersentak,namun tak ada kata protes sama sekali dia pun segera masuk kedalam mobil.
Azzam mencondongkan tubuhnya membantu memasangkan sabuk pengaman pada tubuh Letta, membuat gadis itu terkesiap karena jarak wajah mereka yang sangat dekat.
Setelah selesai, Azzam langsung menjalankan mobilnya. Wajahnya tetap datar tanpa adanya senyuman.
"Sudah makan?" Tanya Azzam mencoba memecahkan kecanggungan.
"Belum" Jawab Letta jujur karena dia memang belum makan sejak siang tadi,karena terlalu banyak perkerjaan membuatnya melewatkan makan siang.
Hal itu juga yang membuat Azzam dari bandara langsung tancap gas menuju kantor karena mendapat laporan dari Daniel yang memang ia tugaskan untung mengawasi Letta,tentang Letta yang melewatkan makan siangnya.
"Mau mampir makan dulu?"tawar Azzam.
" hhmm, nggak deh. Langsung pulang aja kebetulan kemarin habis belanja. Jadi makan dirumah saja."usul Letta
"Kamu bisa masak?" Pertanyaan itu lolos begitu saja dari mulut Azzam.
" Bisa,dikit nggak yang terlalu hebat juga."jawab Letta.
" Kita sudah sampai." Ujar Azzam membuat Letta menolehkan kepalanya keluar jendela dan benar saja mereka sudah sampai di depan gedung apartemennya.
" Boleh saya mampir?" Tanya Azzam
Membuat Letta hendak membuka pintu mengurungkan niatnya, dia menoleh ke arah Azzam tampak sedikit berpikir namun setelah itu mengangguk.
Pikirnya toh Azzam tunangannya tidak masalah sama sekali mengajaknya masuk ke apartemennya.
Azzam dan Letta tiba di unit apartemennya,membuka pintunya dan mempersilahkan Lelaki itu masuk.
Letta memberikan sepasang sendal ganti untuk Azzam.Dia menatap sendal itu cukup lama sebelum mengenakannya.
"Itu sendal bang Gio. Dia sering nginap disini" Letta yang peka,tidak ingin ada kesalahpahaman langsung menjelaskannya begitu saja.
Azzam mengangguk paham,Dia mengenal Gio abangnya Letta yang di sebutnya tadi karena pernah beberapa kali bertemu saat ada perjamuan. Tapi setelah bertunangan dia belum bertemu secara resmi dengan saudara Letta. Karena memang sama-sama sibuk dan belum ada waktu.
"Lo bisa duduk dimana aja,anggap aja rumah sendiri. Gue mau ganti baju dulu." Ucap Letta lalu pergi meninggalkan Azzam di tengah ruangan itu.
Azzam mengamati apartemen Letta. Bersih dan rapi terlihat sederhana jauh dari yang dia pikirkan sebelumnya. Dia sudah mencari tahu tentang Letta sehari setelah bertunangan dan sedikit kagum dengan gadis itu yang lebih memilih hidup sederhana jauh dari kata mewah, padahal dia terlahir dari keluarga yang cukup berada.
Gadis mandiri yang lebih suka mengandalkan diri sendiri,padahal dia bisa saja meminta apapun tanpa harus berkerja.
Lama Azzam mengamati apartemen yang terbilang tidak cukup besar tapi itu adalah hasil dari jerih payah gadis itu tanpa bantuan orang tuanya sepeser pun.
*
*
*
Setelah beberapa menit menunggu akhirnya gadis itu keluar dari kamarnya dengan wajah yang lebih fres dari sebelumnya. Rambut panjangnya yang sedikit masih basah ia biarkan tergerai tampaknya dia habis keramas.
" Mau minum apa"tanyanya basa-basi memecah kecanggungan di antara mereka.
Letta sebelumnya belum pernah membawa pria masuk ke apartemen kecuali abangnya. Bahkan Bima yang berpacaran dengannya selama dua tahun tidak pernah sekali pun dia biarkan masuk ke apartemennya. Menurutnya hanya sebatas pacaran belum ada kepastian dia tidak ingin membuat gosip yang tidak-tidak tentang dirinya. Letta sekuat mungkin membentengi diri agar tidak melakukan hal-hal di luar batas.
Sedangkan dengan Azzam dia tidak terlalu memikirkan toh dirinya akan menikah dengan pria itu tidak lama lagi.
"Apa saja, saya tidak pilih-pilih." Jawab Azzam yang sama canggungnya.
Letta berjalan menuju dapur yang hanya di sekat oleh meja pantry yang lebih mirip mini bar itu. Dia mengambil jus jeruk dari dalam kulkas lalu menuangkannya ke gelas,memasukkan beberapa cookies yang dia buat kemarin kedalam piring lalu membawanya dan meletakkan di atas meja di hadapan Azzam.
Kemudian kembali ke dapur membuka kulkas sambil mengeluarkan beberapa bahan masakan.
" Apa lo punya alergi atau tidak bisa makan sesuatu?" Tanya Letta sambil menatap ke arah Azzam.
"Tidak ada,hanya tidak begitu suka makan kedelai saja."jawab Azzam.
Letta mengangguk dan kembali sibuk.
Sedangkan Azzam terus memperhatikan Letta yang terlihat begitu cekatan benar-benar calon istri idaman. Cantik, baik dan bonusnya pintar masak pula.
Tidak butuh waktu lama Letta sudah selesai memasak beberapa menu sederhana,seperti cah kangkung, tumis udang asam manis dan ayam goreng krispy.
Aroma masakan yang lezat menguar di udara membuat cacing-cacing di perut Azzam demo minta segera di isi, tapi dia malu jika langsung mendekat tanpa di suruh.
"Ehemzz.." Letta sengaja berdehem,membuat Azzam lansung menoleh ke arahnya."Ayo makan."ajak Letta dengan senyuman yang terlihat sangat manis di mata Azzam.
Lantas perlahan dia berdiri menghampiri Letta,lalu duduk di hadapan gadis itu.Letta mengambilkan piring mengisinya dengan nasi kemudian meletakannya di hadapan Azzam. Dia hendak membantu Azzam mengambil lauk tapi pria itu melarangnya.
"Saya bisa ambil sendiri,sebaiknya kamu juga segera makan."ucap Azzam.
"Oke." Jawab Letta ia pun mengambil nasi beserta lauknya untuk di makan.
Di suapan pertama Azzam langsung merasakan kelezatan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya.
Enak batinnya
Di sela makannya Letta terus memperhatikan Azzam yang makan tetap dengan ekspresi dinginya,tapi terlihat pria itu menikmati makanannya dengan lahapnya.
Sepertinya masakanku cukup sesuai dengan seleranya batin Letta.
Dirinya sempat takut kalau Azzam tidak menyukainya. Tapi di lihat dari cara pria itu makan sepertinya dia sangat menikmatinya.
Setelah selesai makan Azzam berinisiatif untuk mencuci piring.
"Biar saya saja."ucapnya saat melihat Letta yang sudah bersiap ingin mencuci piring bekas mereka makan tadi.
"Nggak papa gue aja."
Seperti tidak menerima penolakan Azzam menarik Letta membawanya keruang tengah lalu menyuruhnya duduk di sofa.
Letta yang mengerti Azzam tidak mau di bantah jadi menurut saja membiarkannya kembali ke dapur untuk mencuci piring.
*
*
*
Berita tentang perselingkuhan seorang pengusaha Arthur Ravindra mencuat di media. Serta penggelapan dana perusahaan yang membuat beberapa fasilitas miliknya di sita oleh bank.
Perusahaan MHD-co dinyatakan sedang berada di ambang ke bangkrutan karena menurunnya saham perusahaan secara drastis, juga banyak para investor yang menarik kembali saham mereka.
Di sebuah ruangan tampak seorang pria yang tengah duduk di bangku kebesarannya tersenyum puas melihat berita yang di tayangkan di layar besar yang terdapat di dalam ruangan itu.
Leonardo Wilson putra tertua dari Billy Wilson.
Pria yang terlihat urakan dan masa bodo jika sedang berada di luar, siapa yang tahu kalau dia memiliki otak yang licik serta berbahaya. Leo jarang berada di perusahaan, pria itu lebih suka berkerja di belakang layar dan lebih banyak menghabiskan waktu di club malam miliknya. Walau seperti itu bukan berarti dirinya tidak ikut andil dalam menjalankan perusahaan.
Leo itu orangnya tidak suka terikat apalagi berdiam diri di dalam ruangan lebih dari satu jam. Leo lebih suka kerja lapangan dari pada berdiam diri di perusahaan. Dan karena itu pula dia banyak mengenal para investor karena sering melakukan perjalanan bisnis ke berbagai tempat di dalam maupun luar negeri.
Baru beberapa jam beredar berita tentang kebangkrutan MHD-co dunia maya kembali di hebohkan dengan berita tentang Athariz grub yang mengakuisisi perusahaan tersebut.
Di tempat lain seorang pria tampak mengamuk di dalam ruangan kerjanya. Ruangan itu sudah tak berbentuk lagi buku yang berantakan pas bunga dan beberapa keramik hias pecah berserakan.
Plaak
Bugh
Bugh
Arvin Ravindra sedang mengamuk di ruangannya bahkan sudah tak terhitung berapa kali memukul serta menampar putranya.
"Bodoh. Benar-benar bodoh! Sekarang lihat lah hasil dari perbuatanmu."bentak Arvin pada putranya.
Sedangkan Pria itu hanya diam tidak berani mengeluarkan suaranya.
"Tidak bisakah kau bermain secara halus? Bukankah sudah ku bilang jangan terburu-buru. Kenali musuhmu terlebih dahulu,baru menyerang."
"Maaf dad!" hanya itu yang keluar dari mulut Arthur setelah lama tediam.
"Lihatlah dari hasil kebodohanmu,kita harus merelakan satu perusahaan meskipun itu hanya perusahaan cabang. "
Mungkin kau bisa berbahagia sekarang, tapi lihat saja akan kubalas lebih dari ini."batin Arthur rasa bencinya sudah mendarah daging.
"Sekarang selesaikan masalahmu. Aku tidak mau tahu berita miring tentangmu itu harus hilang dalam waktu satu jam."titah Arvin
" Baik, Dad!" Arthur langsung melangkah pergi meninggalkan ruangan itu.
Beraninya bocah ingusan itu membuat masalah denganku. Apa dia tidak tahu sedang berurusan dengan siapa.