NovelToon NovelToon
Ciuman Sang Mafia

Ciuman Sang Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Mafia
Popularitas:6.5k
Nilai: 5
Nama Author: Bakwanmanis#23

Nayla Arensia hanyalah gadis biasa di kota Valmora hingga suatu malam, dua pria berpakaian hitam datang mengetuk pintunya. Mereka bukan polisi, bukan tamu. Mereka adalah utusan Adrian Valente, bos mafia paling kejam di kota itu.

Ayah Nayla kabur membawa hutang seratus ribu euro. Sebagai gantinya, Nayla harus tinggal di rumah sang mafia... sebagai jaminan.

Namun Adrian bukan pria biasa. Tatapannya dingin, kata-katanya tajam, dan masa lalunya gelap. Tapi jauh di balik dinginnya, tersembunyi luka yang belum sembuh dan Nayla perlahan menjadi kunci untuk membuka sisi manusiawinya.

Tapi bisakah cinta tumbuh dari ancaman dan rasa takut?
Atau justru Nayla akan hancur sebelum sempat menyentuh hatinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bakwanmanis#23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7: Luka yang Tak Terlihat

Hujan belum juga reda sejak malam pertemuan di pelabuhan tua. Kota seperti enggan berhenti menangis, seolah merasakan ketegangan yang membalut hati Nayla sejak Adrian pergi. Ia duduk sendiri di ruang tengah, hanya ditemani suara detik jam dan aroma kopi yang sudah dingin. Pikirannya mengembara, tak tenang. Ia tahu Adrian bukan lelaki biasa. Tapi semakin ia mengenal sisi gelap pria itu, semakin dalam juga rasa takut yang merambat dalam dirinya.

Pintu rumah terbuka. Nayla sontak berdiri.

Adrian melangkah masuk, jaket hitamnya basah kuyup, wajahnya keras dan penuh bekas perkelahian. Tapi matanya masih sama, mata yang menatap Nayla seolah ia satu-satunya alasan pria itu pulang malam ini.

“Adrian... kau—”

“Aku baik-baik saja,” potongnya, suara rendah dan lelah.

Nayla mendekat dan memegang wajahnya dengan tangan gemetar. Ada goresan di pelipis dan darah kering di ujung bibirnya. “Apa yang terjadi di sana?”

Adrian duduk di sofa, melepaskan jaketnya. “Dmitri mencoba memancing perang. Tapi aku beri dia peringatan yang cukup jelas.”

Nayla menelan ludah. “Kau membunuhnya?”

Adrian menatap mata Nayla sejenak, lalu menggeleng pelan. “Belum. Tapi dia tahu, selangkah lebih dekat padamu... dan aku akan membuatnya menyesal dilahirkan.”

Ada ketegasan dalam kalimat itu. Ketegasan yang tak bisa diganggu gugat. Nayla tahu, Adrian bukan pria yang bermain-main dalam ancaman. Ia mencintai Nayla, tapi cinta itu tak membuatnya lembut—justru menjadikannya lebih buas dalam melindungi.

Nayla duduk di sampingnya, menggenggam tangannya yang dingin dan basah. “Kau tak harus melindungiku sendirian. Aku ingin tahu segalanya, Adrian. Siapa musuhmu. Apa yang sedang terjadi.”

Adrian menghela napas. “Dmitri dulu salah satu anak buah ayahku. Tapi dia haus kuasa. Setelah ayah mati, dia merasa seharusnya dia yang memimpin. Aku ambil alih, dan dia keluar, mulai membangun kartel sendiri. Tapi dendamnya belum mati.”

“Dan dia menyerangku karena kau mencintaiku?” bisik Nayla.

Adrian menoleh, mengusap rambut basah Nayla dengan lembut. “Ya. Karena kau adalah satu-satunya hal yang bisa membuatku lemah. Dan dia tahu itu.”

Nayla tertunduk. Rasanya aneh dicintai begitu dalam, tapi sekaligus menjadi kelemahan mematikan bagi sang kekasih. Ia ingin bahagia, tapi dunia ini tidak mengizinkan cinta tumbuh tanpa luka.

______

Malam berganti larut. Adrian tertidur di sofa, kelelahan. Nayla tak bisa memejamkan mata. Ia berjalan perlahan ke kamar kerja Adrian dan membuka laci meja yang selalu terkunci.

Tangannya gemetar saat menemukan tumpukan berkas, paspor palsu, foto-foto musuh, dan... sebuah kotak kayu kecil. Di dalamnya ada cincin perak dengan ukiran kecil yang sangat familiar.

Nama Nayla terukir di sana.

Napasnya tercekat. Ia bahkan belum pernah membicarakan masa depan dengan Adrian. Tapi cincin ini... ini bukan cincin biasa. Ini seperti janji diam-diam yang Adrian simpan, jauh sebelum sempat diucapkan.

Langkah kaki terdengar di belakangnya.

“Aku menyimpannya untuk waktu yang tepat,” suara Adrian membuat Nayla tersentak.

Ia berbalik. “Kau tahu aku akan membuka laci ini?”

Adrian tersenyum tipis. “Aku tahu kau penasaran. Dan aku tak pernah menyembunyikan niatku untuk membuatmu tetap di sisiku, selamanya.”

Nayla menggenggam cincin itu dengan hati yang berdebar. “Adrian... aku tak tahu harus senang atau takut.”

Adrian melangkah mendekat. “Tak perlu memilih. Aku pun hidup dengan dua perasaan itu setiap hari sejak kau hadir.”

Mereka berdiri dalam diam. Dunia mereka mungkin gelap, berdarah, dan penuh ancaman. Tapi dalam sekejap itu, di antara rahasia dan luka, ada ruang kecil untuk cinta yang tumbuh perlahan tapi pasti.

_______

Pagi menyingsing tanpa janji damai.

Adrian menerima pesan rahasia dari anak buahnya. Dmitri dikabarkan merekrut kelompok bayaran dari luar negeri. Jumlah mereka cukup besar untuk membakar kota kecil sekalipun.

Adrian tahu, ini bukan lagi tentang kekuasaan. Ini soal balas dendam yang dibumbui darah dan cinta.

Ia memandangi Nayla yang tertidur di kamarnya. Wajah tenangnya kontras dengan dunia yang siap meledak kapan saja. Adrian mencium keningnya dan berbisik, “Aku akan lindungi kau... bahkan jika aku harus menghancurkan semua orang.”

Sementara itu, di sudut kota, Dmitri menatap foto Nayla dengan senyum licik. “Cinta adalah kelemahan terindah. Dan aku akan menggunakannya untuk menjatuhkanmu, Adrian.”

Perang belum dimulai, tapi cinta sudah lebih dulu diuji.

1
Pa'tam
Sayangnya sudah segitu banyak bab nya tidak di kontrak. Harusnya di bab 20 sudah ajukan kontrak biar dapat bab terbaik dan dapat reward kontrak.
Pa'tam: Iya, aku juga masih perlu banyak belajar dan terus belajar.
Bolang2: siap, jangan lupa dukung novelku uhuy, masih pemula/Facepalm/
total 4 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!