Ramadhan Permana seorang Suami yang terpaksa menikah lagi demi kesembuhan putranya,karena terhimpit ekonomi serta biaya pengobatan yang tidak sedikit, telah membuat seorang Ramadhan putus asa, Jihan sang istri selalu memberikan semangat untuknya, dan soal keputusan Rama untuk menikah lagi merupakan atas kesepakatan bersama, meskipun itu semua begitu berat untuk Jihan,di madu oleh suaminya tidak pernah terlintas di dalam benaknya.
Mayang Lesmana yang tengah hamil anak dari kekasihnya yang telah pergi begitu saja tanpa bertanggung jawab. Ayah Mayang, yang merupakan seorang pengusaha kaya, mengetahui kehamilan putrinya dan khawatir nama baik keluarganya akan tercoreng. Oleh karena itu,ayah Mayang yakni Tuan Mahesa Lesmana meminta Rama untuk menikahi putrinya dengan imbalan yang sangat fantastis dan pada saat itu posisi Rama hanyalah seorang pegawai biasa.
Rama dan Mayang akhirnya menikah,karena keterpaksaan,dan mereka harus beradaptasi dengan keadaan,mampukah Rama bersikap adil?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli Priwanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menjabat sebagai CEO
Rama menatap takjub ketika para karyawan menyambutnya dengan meriah di area Lobby kantor, mereka terlihat ramah dan juga sopan.
Rama melempar senyum kepada mereka yang sudah menyambut kedatangannya.
"Selamat siang Pak, selamat bergabung di perusahaan Alexion, semoga Bapak betah menjadi CEO di sini!" sapa Nadia yang merupakan Manager perusahaan.
"Terimakasih atas sambutan dan ucapannya!" jawab Rama tersenyum ramah.
Kini Rama bersama dengan Tuan Mahesa bergegas pergi menuju lantai sepuluh, dimana di lantai tersebut merupakan ruangan khusus CEO.
Setelah kepergian Rama dan juga Tuan Mahesa, para karyawan di bagian lobby kantor mulai membicarakannya.
"Wih, bening bener CEO yang sekarang, mana masih muda lagi!" ujar Renata salah satu pegawai di bagian Divisi pemasaran.
"Mending lah CEO kita yang sekarang sedap di pandang, gak kaya kemarin-kemarin noh, Pak Burhan yang tampangnya sepet, pait banget gue lihat dia!" sahut Stela sambil membayangkan CEO yang dulu menjabat di perusahaan ini.
"Beruntungnya dia tersandung kasus dan langsung di depak oleh Tuan Mahesa, kalau CEO modelan kaya sekarang sih, gue betah nih tiap hari datang ke kantor!" kelakar Renata yang terlihat genit.
"Heleh...kau itu jangan ngimpi di siang bolong, mana mau CEO tampan seperti Pak Rama naksir sama elo!" cela Stela mencoba mengingatkan.
Renata hanya bisa menghela napas saat temannya berkata seperti itu
"Ah elo, matahin semangat gue saja nih!" protes Renata menatap tidak suka Stela.
"Sudah akh, jangan kebanyakan ngayal, mending kita selesaikan pekerjaan kita, nanti mau kena omel Manager kita yang super galak!" ucap stela
"Maksud lo Bu Nadia si perawan tua?" ejek Renata.
"Aih...siapa lagi kalau bukan dia! Ops...yasudah yuk kita pergi! Nanti kalau terdengar oleh mata-matanya Bu Nadia, bisa kacau urusannya." kata Stela yang bergegas pergi bersama Renata menuju lantai Lima, dimana di lantai tersebut khusus untuk Divisi pemasaran.
Setibanya di lantai sepuluh, Rama di suguhkan oleh pemandangan Ruangan begitu luas, yang nantinya akan menjadi ruangan kerja miliknya, tempat ini begitu megah dan di kelilingi oleh kaca, Rama bisa menyaksikan langit indah kota Jakarta dan juga gedung pencakar langit yang berjejer.
"Nah, ini adalah ruangan mu, Rama. Semoga kau betah bekerja di sini, dan sebentar lagi ada Pak Santana dan juga Pak Dewa yang akan membimbing mu, tenang saja mereka berdua adalah orang kepercayaanku!" ujarnya meyakinkan Rama bahwa dirinya tidak sendiri di perusahaan ini, akan ada yang banyak membantunya, ternyata Tuan Mahesa sudah mempersiapkan semua ini secara matang.
Rama pun semangat menjalani aktifitas dan pekerjaan barunya, baginya ini adalah sebuah tantangan baru yang harus bisa ia hadapi, melihat semua ini ia jadi teringat saat dirinya masih berusia 17 tahun, dimana dulu sang Papah sering mengajarkannya soal bisnis, karena tadinya ia yang akan meneruskan usaha Papahnya, namun takdir berkata lain, dalam sekejap keluarganya jatuh miskin, akibat manusia serakah dan juga tamak, bahkan sampai saat ini pun tidak ada yang tahu siapa orang yang telah menipu mentah-mentah perusahaan Papahnya, seolah mendiang Papahnya merahasiakan darinya, dan Rama mulai akan mencari tahu setelah dirinya sukses menduduki sebagai seorang CEO di perusahaan milik Tuan Mahesa.
Rama sendiri sangat menyukai dunia otomotif sedari ia kecil, bahkan dirinya sempat menggambar sketsa beberapa kendaraan dalam buku gambar miliknya, dan ia masih menyimpannya dengan sangat rapih, serta koleksi mainan dirinya sewaktu ia kecil, masih ia simpan bahkan sering dimainkan oleh putranya.
Hampir seharian full Rama mempelajari tentang perusahaan Alexion, ia mulai sedikit bisa memahami perusahaan ini, dan Rama adalah type pria yang mudah beradaptasi dengan keadaan, ia bisa mengimbangi apa yang telah di ajarkan oleh pak Santana dan juga Pak Dewa.
Tuan Mahesa yang sedari tadi memperhatikan Rama, ia tersenyum bangga karena menurutnya Rama adalah pria yang cerdas dan tidak bisa di anggap remeh, hanya saja nasibnya selama ini tidak seberuntung dan sekarang Tuan Mahesa sudah berjanji bahwa dirinya akan membuat Rama menjadi seorang pria yang sukses dan di segani oleh para pebisnis lainnya, mengingat Tuan Mahesa tidak memiliki seorang putra, akhirnya ia berpikir untuk menganggap Rama sebagai putranya sendiri.
"Bagaimana dengan pembelajaran hari ini, Rama, Apakah menyenangkan?" Tuan Mahesa tampak penasaran akan jawaban dari Rama.
"Sangat menyenangkan Tuan, ternyata tak serumit yang saya pikirkan." jawabnya sembari merapihkan beberapa berkas penting perusahaan dari atas meja kerjanya.
"Syukurlah kalau begitu, besok aku tidak akan membimbing mu lagi, kau bisa melakukannya seorang diri, nanti ada Choki yang akan mengurus semua keperluanmu, dan mulai hari ini sampai kau menikah dengan putriku, kau akan tinggal di apartemen, dan hanya kau saja yang boleh menempati Apartemen itu, Rama! Kau paham kan atas perkataanku ini?"
"Faham Tuan, karena saya tidak boleh melanggar dari isi surat perjanjian yang sudah di sepakati, dan hanya dua tahun saja kan saya menyembunyikan status saya ini, Tuan?" cakapnya pelan namun penuh ketegasan.
"Betul sekali Rama, bersikap lah profesional, dan semoga kau bisa menjalankan keinginanku sesuai dengan harapan!" ujarnya datar dan penuh penekanan.
Rama mengangguk patuh atas perkataan dari Tuan Mahesa, ia berharap semoga bisa secepatnya menyelesaikan semua tugas ini, karena ia tahu bahwa dua tahun bukanlah waktu yang sebentar.
Sore menjelang malam, setelah selesai melaksanakan solat magrib, Rama akhirnya bergegas pulang bersama dengan Tuan Mahesa dan juga Hans, setibanya di kediaman Lesmana, Rama menyempatkan diri untuk makan malam di sana, itu semua atas permintaan dari Tuan Mahesa, dan setelah ini ia akan bergegas pergi menuju Rumah Sakit untuk mengunjungi putra dan juga istrinya yang pastinya sudah menunggu kepulangannya, dan Rama pun akan menjelaskan mengenai soal dirinya yang harus menyembunyikan status nya yang sudah menikah serta memiliki seorang anak.
Menjelang makan malam, akhirnya Mayang keluar dari dalam kamarnya atas perintah dari Papahnya, sebenarnya Mayang sangat malas, apalagi harus berhadapan kembali dengan Rama, ia pun akhirnya terpaksa menuruti kemauan Papahnya dan tidak mau sampai sang Papah murka padanya.
Saat dirinya menelusuri anak tangga, Mayang sempat terkesima melihat penampilan Rama yang berubah 180°
'What, Bukankah dia itu Rama? Pria yang paling menyebalkan kini telah menjelma menjadi pria yang berbeda, hemmm...ok juga Papah merubahnya menjadi jauh lebih tampan...aih, apa yang ada di dalam otakmu itu Mayang! Kau jangan sampai goyah oleh pesona pria tidak tahu diri itu, dia harus kau singkirkan secepatnya!' gerutunya dalam hati.
Saat dirinya hampir tiba di anak tangga yang terakhir, tiba-tiba Mayang tidak sengaja tersandung dan hampir terjatuh.
Beruntungnya Rama yang melihat hal itu, dengan gerakan cepat ia beranjak dari tempat duduknya dan meraih tubuh Mayang yang hampir terjatuh.
Bugh!
Kini Mayang jatuh kedalam pelukan Rama, kedua pasang mata saling menatap dalam diam.
Dag
Dig
Dug
Tiba-tiba detak jantung Mayang berdegup cukup kencang saat dirinya berada begitu dekat dengan Rama.
"Anda tidak apa-apa Nona? Apakah ada yang terluka?" Rama cukup panik, mengingat Mayang saat ini tengah hamil muda.
Tuan Mahesa yang menyaksikan hal itu, ia sampai mengulum senyum.
'Kalian terlihat sangat serasi!' pikirnya dalam hati.
Tak lama Mayang tersadar dari lamunannya yang sedari tadi menatap dalam Rama.
"Lepas, jangan mencuri kesempatan dalam kesempitan!" ujarnya dengan wajahnya yang mulai merona.
'Bukannya bilang terima kasih, tapi malah marah-marah, kalau bukan karena kebaikan Tuan Mahesa, aku juga tidak sudi menolong mu!' batinnya mengeluh.
Bersambung...
🌼🌼🌼🌼🌼🌼