Terpaksa Menikah Lagi

Terpaksa Menikah Lagi

Menerima Takdir

Di atas ranjang tempat tidur, seorang bocah laki-laki berusia enam tahun terbaring lemas diatasnya. Sedangkan sosok wanita yang terus berada di sampingnya berusaha untuk tegar dan tidak menangis.

"Adnan, putraku! Bunda yakin kamu pasti kuat dengan semua cobaan ini, maafkan Ayah dan juga Bunda karena belum bisa membahagiakan kamu!" Jihan adalah sosok seorang istri sekaligus seorang ibu yang sangat tegar, enam bulan sudah Putranya mengalami sakit Autoimun kronis. harta benda yang mereka miliki sudah habis tak tersisa untuk biaya pengobatan putranya, namun tak ada perubahan sedikit pun, Jihan dan juga Rama yakni suaminya sempat putus asa akan cobaan yang tak kunjung berakhir.

"Mas, apakah sebaiknya kau mencoba meminjam uang kepada Tuan Mahesa? Kita sudah tidak memiliki apapun bahkan sisa uang di tabungan sudah nol rupiah, tinggal uang yang ada di dalam dompetku ini saja yang masih tersisa!" Jihan menunjukan seluruh isi dompetnya kepada suaminya.

Rama Sampai melotot dan menjambak rambutnya."Tiga ratus ribu? Uang segitu tidak akan cukup Jihan, tapi baru saja bulan kemarin kita meminjam uang kepada Tuan Mahesa, aku malu Jihan, padahal aku baru bekerja empat bulan sebagai supirnya!" Rama sampai berdecak kesal, karena sisa gajinya telah habis di potong untuk membayar hutang-hutangnya selama ini dan hanya menyisakan lima ratus ribu saja, Rama sampai frustasi dengan keadaannya saat ini.

"Lantas bagaimana dengan putra kita Mas? Aku tidak mau sampai Adnan Kenapa-kenapa!" kini Jihan sudah tidak kuasa membendung air matanya, meskipun ia berusaha untuk tetap tegar, namun kali ini ia telah menunjukan betapa rapuhnya ia saat ini, rasanya begitu berat menjalankan hidup yang seperti ini.

"Kamu yang sabar Jihan, nanti aku akan coba untuk meminta bantuan Tuan Mahesa kembali, semoga ia bisa mengerti dan mau memberikan bantuan kepada kita!"

"Iya Mas, semoga saja!" lalu Jihan memeluk erat suaminya, ia menangis pilu dalam pelukannya.

Rama begitu terpukul saat melihat sang istri menangis seperti itu, ia merasa telah menjadi sosok suami dan Ayah yang gagal, karena tidak bisa membahagiakan keluarga kecilnya.

Kediaman Lesmana.

Plak!

Plak!

kedua pipi seorang gadis cantik telah terlukis bekas tamparan hingga bersemu merah oleh Papahnya sendiri.

Kini Tuan Mahesa Lesmana sudah tidak bisa menahan amarahnya ketika kecurigaannya selama ini terhadap putri semata wayangnya telah terbukti.

"Dasar anak tidak tahu di untung, Papah jauh-jauh mengirim kamu kuliah sampai keluar negeri agar kau bisa menjadi putri kebanggaanku dan mengelola perusahaan Papah untuk kedepannya, tapi apa hah? Kau telah membuat malu keluarga Lesmana? Apa jadinya jika sampai Kakek dan Oma tahu semua ini hah, bagaimana kalau keluarga besar kita tahu jika kau telah mencoreng nama baik keluarga Lesmana yang sangat terpandang!" amuknya sudah tidak bisa ia kendalikan.

"Ampun Pah, tolong maafkan Mayang, Mayang terlalu bodoh karena mudah percaya degan semua bujuk rayunya Willy, dia malah kabur dengan wanita lain, dan tidak mau bertanggung jawab." Mayang berupaya mendapatkan pengampunan dari Papahnya, ia sampai mengatupkan kedua tangannya dan bersujud di atas kedua kakinya.

"dasar anak bodoh, kau sama bodohnya dengan mendiang ibumu, aarrrkkhhhh..sial!" Tuan Mahesa sampai mengepalkan tangan, ia jadi teringat akan mendiang istrinya yang sama sekali tidak pernah ia cintai, menikah karena suatu perjodohan bukanlah keinginannya selama ini.

Kini Tuan Mahesa pergi meninggalkan putrinya seorang diri di dalam kamarnya.

Tes!

Tiba-tiba ia meneteskan air matanya, rasa kecewa teramat dalam terhadap putrinya telah membuatnya serasa remuk dan juga hancur, Mayang adalah putri yang selalu ia banggakan kini telah membuat dirinya sangat kecewa.

"Tuan, apakah anda baik-baik saja?" tanya Hans assiten pribadinya yang sudah puluhan tahun mengabdi padanya.

"Entahlah Hans, aku benar-benar merasa sangat kecewa dan semua harapanku telah hancur oleh kebodohan putriku sendiri!" Tuan Mahesa sudah tidak bisa berkata apapun lagi, ia benar-benar tidak habis pikir dengan semua kejadian ini.

"Anda harus sabar Tuan, memang cobaan seperti ini serasa tidak adil, tapi ambillah semua hikmahnya, setiap masalah yang datang pasti ada solusi untuk mengatasinya, anda harus bisa bersikap ikhlas dan juga bijak." perkataan dari Hans memang ada benarnya.

Kini Tuan Mahesa mencoba untuk menenangkan dirinya sejenak agar bisa menetralisir hatinya yang berkecamuk menjadi satu antara kecewa, marah dan juga sedih meratapi nasib putrinya yang saat ini telah berbadan dua.

Tak lama Rama datang untuk bertemu dengan Tuan Mahesa.

"Maaf Rama, kalau tidak ada hal yang lebih penting sebaiknya kau tidak menganggu istirahatnya Tuan Mahesa, karena beliau saat ini sedang mendapatkan banyak masalah!" tegas Hans.

Akhirnya Rama memutuskan untuk segera pergi, ia pun merasa sedih karena usahanya kali ini telah gagal, namun ia tidak patah semangat, Rama akan mencoba menemui kembali Tuannya besok pagi.

Keesokan harinya.

"Hans, kemarin Rama ingin bertemu denganku ya?"

"Benar sekali Tuan, dan sepertinya sangat penting!" jawabnya meyakinkan.

Kemudian Tuan Mahesa termenung sejenak."Kasihan juga dengan nasib putranya, padahal masih sangat kecil untuk menanggung penyakit mematikan seperti itu." ucapnya yang merasa iba akan kehidupan sopir barunya tersebut, tidak bisa di pungkiri baru kali ini Tuan Mahesa merasa cukup dekat dengan seorang sopir selain dengan Hans sang Assisten, menurutnya Rama adalah pria yang ulet dan juga cerdas, hanya saja nasib baik tidak berpihak padanya.

"Apakah dia sudah datang Hans?"

"Sudah Tuan, sekarang Rama telah menunggu Tuan di halaman depan, dia sudah ada di dalam mobil" tegasnya.

Tuan Mahesa tersenyum tipis, lalu ia bergegas pergi menuju lantai dasar, ia sempat menatap sekilas pintu kamar putrinya, yang sedari kemarin tertutup rapat, sepertinya Mayang enggan untuk keluar dari dalam kamarnya, dan Tuan Mahesa telah memerintahkan kepala ART yakni Bu Linda untuk merawat dan memenuhi kebutuhan putrinya.

Setelah itu, Tuan Mahesa segera pergi untuk menemui Rama, sedangkan Rama saat ini terlihat gelisah, ia takut jika Tuannya tidak akan meminjamkan uang padanya karena sudah terlalu sering ia melakukan hal itu.

Kecemasan Rama terlihat jelas oleh Tuan Mahesa, kemudian ia segera mendekatinya.

"Selamat pagi Rama! Kata Hans, kemarin malam kau mencariku, boleh tahu kenapa?" Tuan Mahesa menatap dalam Rama yang tertunduk ke arahnya.

Ia pun mencoba mengumpulkan keberaniannya untuk mengatakan apa yang ingin ia katakan sedari malam.

Lalu Tuan Mahesa mengajak Rama untuk duduk sejenak di atas kursi sofa ruang tamu

"Maaf beribu maaf Tuan Mahesa, sebenarnya saya sudah sangat malu mengatakan hal ini, namun hanya andalah saat ini satu-satunya harapan saya!"

Mendengar Rama berkata seperti itu, Tuan Mahesa sampai mengerutkan dahi.

"Coba kau katakan apa masalahmu, aku bisa melihat dari raut wajahmu yang terlihat kusut seperti itu." ujarnya yang terus memperhatikan Rama.

"Jadi begini Tuan, bisakah anda meminjamkan saya pinjaman uang untuk biaya pengobatan anak saya? Saat ini kondisinya tidak ada perubahan sama sekali, Tuan dan saya mendapatkan saran dari Dokter spesialis anak, agar Adnan di bawa ke rumah sakit spesialis Auto imun, dan setelah saya menanyakan informasi, Rumah Sakit tersebut tidak menerima asuransi dalam bentuk apapun, dan mau tidak mau saya harus membayar biaya pengobatan putraku tanpa bantuan asuransi pemerintah!" akhirnya Rama merasa lega karena ia bisa mengatakan apa yang seharusnya ingin ia katakan dari semalam.

Kemudian Tuan Mahesa menghela napas panjangnya."setelah semalaman aku berfikir, sepertinya kau bisa membantu masalahku, Rama! Aku akan membiayai pengobatan anakmu, tapi kau juga harus membantuku, bagaimana apa kau setuju?" Tua Mahesa sampai menatap dalam Rama, berharap Rama memberikan jawaban yang ia harapkan.

"Saya pasti akan membantu anda Tuan, Tuan Mahesa adalah orang yang baik, mana mungkin saya tidak membantu kesulitan Tuan!" jawabnya tanpa tahu kesulitan seperti apa yang sedang di hadapi oleh Tuannya.

Mendengar Rama berkata seperti itu, Tuan Mahesa merasa lega, sedangkan Hans sedari tadi hanya menyimak percakapan mereka berdua dan ia sendiri sangat penasaran terhadap Tuannya yang meminta bantuan kepada Rama.

"Kalau saya boleh tahu, apa yang bisa saya bantu untuk anda, Tuan?"

Kemudian Tuan Mahesa menatap tajam ke arahnya dan dengan mantapnya ia mulai mengatakan apa yang ingin ia katakan." Rama, apakah kau mau menikahi putriku?"

"Apa?" Rama sampai terbelalak karena kaget tidak percaya atas permintaan dari Tuan Mahesa.

Bersambung...

🌼🌼🌼🌼🌼🌼

Terpopuler

Comments

Juriah Juriah

Juriah Juriah

coba putraku di ganti dengan kata"anak saya" karena Rama ini kan LG bicara dengan bos nya atau atasan nya kecuali dengan teman nya 🙏

2025-06-05

1

꧁♥𝕮𝖎ҋ𝖙𝖆 𝑨𝒇𝒚𝒂~𝑻𝒂𝒏™✯꧂

꧁♥𝕮𝖎ҋ𝖙𝖆 𝑨𝒇𝒚𝒂~𝑻𝒂𝒏™✯꧂

kk mampir di sini thor

2025-06-06

1

Juriah Juriah

Juriah Juriah

mampir Thor semoga tidak terlalu banyak episode nya singkat padat jln ceritanya semangat 💪

2025-06-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!