Langit tak pernah ingkar janji
Dihina karena miskin, diremehkan karena tak berdaya. Elea hidup di antara tatapan sinis dan kata-kata kejam. Tapi di balik kesederhanaannya, ia menyimpan mimpi besar dan hati yang tak mudah patah.
Suatu hari, ia mendapatkan sebuah tawaran untuk melanjutkan sekolah di kota.
Apakah elea akan menerima tawaran tersebut? Apakah mimpi elea akan terwujud di kemudian hari?
Penuh teka teki di dalamnya, jangan lewatkan cerita ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kegabutanku, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 7
Candra menatap langit siang itu dengan perasaan tak karuan.
"memang benar apa kata ardan, gue harus melupakan perempuan itu. Buat apa aku terus mengejarnya bukankah cinta harusnya sama- sama diperjuangkan?" ucap candra dalam hatinya.
ketika ia sedang melamun, elea lewat di depan nya.
"siapa siswi itu? Sepertinya aku tidak asing." ucap candra dalam hatinya.
elea terua berjalan sendirian menelusuri lorong sekolah tersebut.
"dimana yaa tempatnya? Dari tadi aku hanya muter- muter disini?" ucap elea sendiri sambil kebingungan. Candra yang melihat elea yang tengah bingung, ia menghampirinya.
"haii..." sapa candra dengan pelan. Elea dengan sedikit berjingkat ia menoleh ke sumber suara.
"h-hai..." jawabnya singkat
"kamu ngapain disini? Sepertinya sedang mencari sesuatu? Boleh aku bantu?"
elea diam mematung melihat candra yang sedang berbicara.
"heii... Kok malah diam? Kamu melamun?" lagi- lagi suara candra mengagetkannya.
"ee...ini...anu...apa kak, maaf aku mau bertanya letak gudang yang menyimpan peralatan olahraga." jawab elea sambil tergugup.
"itu... Kamu tinggal lurus aja, nanti disana ada sebuah ruangan." jawab candra dengan lembut.
"ohhh... Iya, terima kasih kak." jawab elea lalu ia berlalu pergi.
"siapa nama siswi itu?" gumam candra dengan perasaan penasaran.
elea pun mengambil bola basket untuk dia bawa ke lapangan basket.
"kok kamu nggak ajak aku sih el, kan kamu nggak kesusahan bawa bola sebanyak ini." ucap vita dengan mengerucutkan bibirnya.
"udah jangan manyun, aku bisa kok bawa ini sendiri."
"ohh ya el, nanti sepulang sekolah main yuk." ajak vita dengan tatapan penuh harap.
"maaf ya vita, kan kamu tau sendiri bagaimana kegiatan aku sepulang sekolah?" ucap elea dengan pelan.
"hmmm...yaudah deh. Boleh nggak kalau aku ke rumah mu?" ucap vita dengan mata berbinar.
"maaf ya vit, bukan nggak boleh. Rumah aku jelek, hanya gubuk reot. Nanti kamu nggak nyaman disana?"
"ihh ngomong apa sih kamu, memangnya aku berteman sama kamu memandang harta? Enggak kan?"
"hehehe...tapi takutnya kamu nggak nyaman disana. Kapan- kapan aja ya..."
"yaudah deh..." ucap vita menyerah.
Bukan apa, elea hanya tak ingin jika sang sahabat mendengar apa yang tetangganya katakan.
"kamu kapan- kapan main dong ke rumahku lagi, mama ku nyariin tau." ucap vita sambil menggandeng tangan elea.
"iya, nanti aku kesana vita, oh iya sampaikan terima kasihku kepada mama mu ya atas semua kebaikannya."
"udah jangan dipikirin, kita manusia bukankah sudah selayaknya membantu." ucap vita.
...****************...
GUBRAKKKKK
"awwwww.... Maaf- maaf saya nggak sengaja" ucap elea yang tidak sengaja menabrak sesuatu yang keras di depannya.
"kamu..." ucap candra yang memang mengenali suara siapa itu.
"ka-kamu... Aduh maaf ya kak, aku tadi buru- buru." ucap elea.
"iya nggak apa- apa, ohh iya, kenalin nama ku candra beberapa hari aku belum sempat berkenalan." ucapnya sambil mengulurkan tangannya.
"a-akuu...elea." jawabnya sambil menyambut tangan candra.
"senang berkenalan denganmu." jawab elea.
elea pun pergi meninggalkan candra, ia kembali ke kelasnya.
"darimana sih el? Aku tadi mencarimu." tanya vita.
"i-itu dari toilet..." ucap elea.
"oooo..." vita hanya ber oh ria.
"ohh ya, nanti kamu jadi kan ke rumahku?"
"jadi dong, kan aku sudah berjanji dengan sahabatku yang paling cantik ini." ucap elea.
"dih... gitu amat."
"habisnya emang cantik kok." vita yang mendengarnya pun hanya memutar bola matanya.
"ohh ya... Kamu sudah pamit kan sama ibu?"
"iya, dan aku juga diizinkan kok."
mereka berdua pulang bersama, hari ini elea memang sudah berjanji kepada vita untuk bermain ke rumahnya. Tentu saja ini sudah ia fikirkan dan pamit kepada ibunya.
"haii el... kok lama banget kamu nggak main ke sini?" tanya mama rena.
"selamat siang tante, iya seperti yang tante tau el selalu membantu ibu sepulang sekolah. Buat biaya el sekolah tante." jawab elea dengan sopan.
"kamu anak yang hebat el, tante salut sama kamu. Kalau butuh apa- apa jangan sungkan- sungkan minta tolong sama kami el. Rumah kami terbuka untuk kamu.." rena memang sudah menganggap elea sebagai anaknya sendiri. ia iba dengan elea, namun elea dengan pendiriannya ia tidak mau merepotkan orang lain.
Ia akan berusaha menggapai semua mimpinya bahkan ketika ia kesulitan ia akan tetap mencari jalan keluarnya sendiri.
"iya tante, terima kasih ya. Elea selama ini selalu merepotkan tante." ucap elea.
"tidak, tante sangat senang bisa membantu kamu."
"iya el, kamu jangan sungkan gitu. Kami semua disini sudah menganggap kamu seperti keluarga sendiri." ucap vita. elea pun membalasnya dengan senyuman...
"darimana kamu jam segini baru pulang? Habis main sama lelaki mana kamu?" ucap toro yang saat itu tengah berpapasan dengannya dijalan.
"astaghfirullah paman, elea tidak seperti yang paman tuduhkan." jawabnya dengan tatapan nanar. Hatinya sangat sakit mendengar pertanyaan pamannya tersebut.
"bagus lah, kamu jangan jadi anak tidak tau di untung. ibumu sampai meminjam kesana kemari hanya untuk menyekolahkan kamu. mending putus sekolah aja, anak orang miskin tidak akan bisa menggapai mimpinya." ucap toro sangat menohok.
"elea pulang dulu paman.." pamitnya saat ia sudah tidak tahan dengan cacian pamannya tersebut.
"el..kamu baru pulang nak? Bagaimana keadaan orang tua vita? Apa mereka sehat?"
"sehat bu, elea mandi dulu bu." ucapnya dengan nada datar tidak seperti biasanya.
"ada apa dengan anak itu? tidak seperti biasanya seperti itu." ucap bu siti dalam hatinya.
selesai ia mandi, ia masuk ke dalam kamarnya ia membuka buku pelajarannya. Namun, disana tatapan matanya kosong. Ia, mulai menimang- nimang apa yang pamannya bicarakan.
Memang sudah menjadi makanan dia sehari- hari cemoohan mereka. namun, rasanya hari itu elea ingin menyerah.
Ia ingat- ingat kembali jika ia juga punya mimpi yanh harus ia kejar. Ia tidak mau kalah dengan keadaan ia kembali bersemangat untuk belajar.
"ell.. Aku nanti mau ke rumah kamu." ucap jefri saat ia berpapasan dengan elea.
"maaf kak, aku tidak bisa." jawab elea dengan singkat. Ia ingat betul cacian pamannya kemarin dan ia berjanji untuk tidak membawa lelaki ke rumahnya lagi. Meskipun ia hanya teman, karena tetangganya tidak akan terima itu.
"tapi mengapa el?"
"tidak ada apa- apa kak, maaf aku duluan." ucap elea yang terlihat berubah.
jefri hanya menatap punggung elea yang semakin menjauh.
"tumben banget, biasa nggak seperti itu." ucapnya pelan.
"haii jeff..." sapa ike sambil merangkul lengan jefri.
"ihh lepas... Jangan pegang- pegang." ucap jefri sambil melepaskan rangkulan ike.
"kenapa sih? Kok kamu selalu saja menghindariku?"
"...."
.
.
Kasian jefri, tidak tau apa- apa tapi kena imbasnya 🥲
.
like & komen gais... 🥰🥰