NovelToon NovelToon
Pertemuan Dua Hati Yang Terluka

Pertemuan Dua Hati Yang Terluka

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / CEO / Selingkuh / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Kehidupan di Kantor / Romansa
Popularitas:14k
Nilai: 5
Nama Author: Favreaa

Kisah CEO dingin dan galak, memiliki sekretaris yang sedikit barbar, berani dan ceplas-ceplos. Mereka sering terlibat perdebatan. Tapi sama-sama pernah dikecewakan oleh pasangan masing-masing di masa lalu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Favreaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 7

Beberapa orang datang untuk menemui Elena di kantornya. Mereka adalah para utusan dari vendor-vendor pernikahan yang sisa pembayarannya belum dilunasi. Tentu saja gadis itu sangat marah atas kejadian ini.

"Maaf, tapi saya sudah memberitahukan pada kalian kalau saya membatalkan pernikahan itu. Jadi kalau pernikahan itu dilanjutkan, berarti sudah bukan tanggung jawab saya lagi kan? seharusnya kalian menagih sisa pembayaran itu pada orang-orang yang bersangkutan, bukan pada saya lagi."

Elena mengeluarkan ponselnya. "Sebentar!" katanya.

Lalu tak berapa lama telepon Elena tersambung pada nomor tantenya. Tak lupa dia me-loudspeaker, supaya orang-orang di hadapannya ini bisa sekalian mendengar jawaban dari tantenya.

"Hallo assalamualaikum tante, maaf ganggu. Tapi ini ada beberapa vendor yang datang ke aku, menagih sisa pembayaran." Kata Elena langsung ke pokok masalahnya.

Dia tak ingin berbasa-basi, Cuma buang-buang waktu.

"Wa'alaikumussalam el, tante minta maaf, tapi tante tidak punya uang untuk melunasinya. Kamu coba hubungi Rian!" jawab Mira. Elena langsung merasa tegang mendengar nama laki-laki itu disebut.

"kenapa gak tante aja yang hubungi si kucing ga_maksud aku, kenapa gak tante aja yang hubungi dia? Tolong lunasi kewajiban kalian, aku tidak mau tau kalau mereka bertindak tegas ya." Elena sangat kesal dengan jawaban sang tante.

"Kamu begitu saja sangat perhitungan.'

"Tante, ini bukan uang sedikit, uang aku saja belum kalian kembalikan."

"Please Elena, tante minta tolong, pasti kamu dulu sudah menyediakan sisa pembayarannya kan, tolong tante ya nak!"

"Maaf tante, aku tidak bisa bantu. Aku harap tante mengerti. Mereka akan datang ke sana, aku harap kalian semua bertanggung jawab! Assalamualaikum."

Setelah mendengar jawaban salamnya, Elena pun langsung menutup teleponnya.

"Kalian dengar kan? ini sudah bukan tanggung jawab saya. Kalian bisa datang ke rumah tante saya, karena putri mereka yang melangsungkan pernikahan. Seperti yang sudah saya jelaskan tadi, saya tidak jadi menikah."

"Ada apa El?" Tanya Siska yang baru keluar dari toilet dan melihat Elena sedang bicara serius dengan beberapa orang.

"Gak apa-apa." Jawab Elena, seraya memberikan secarik kertas berisi nomor-nomor telepon Rian, Nadia, Mira dan Adam.

"Ini, mas dan mbaknya bisa hubungi mereka di nomor-nomor ini. Merekalah yang seharusnya bertanggung jawab untuk urusan ini."

Setelah kepergian orang-orang itu, Elena mendapat telepon. Kali ini dari Adam.

"El, bisa kita bicara? Istirahat makan siang, om temui kamu di kantormu ya?"

Elena hanya bisa menarik napas.

Bagaimana bisa dia menolak? Akhirnya dia hanya bisa mengiyakan.

Siska menatap lekat sahabatnya. Seakan tau yang ada di pikiran Siska, Elena pun menjawab, "itu om gue, minta bicara." Katanya.

Siska menatap prihatin sahabatnya. "Gue harap lo bisa tegas sama mereka. Bilang nggak, El! Disini lo yang disakitin, masa lo juga yang harus biayain pernikahan mereka?"

Elena tertawa, "udah yuk, balik kerja!"

***

Siangnya Adam benar-benar datang ke kantor Elena. Mereka mengobrol di kantin sambil mengisi perut.

"El, om sengaja ke sini untuk bicara tentang sisa pembayaran ke vendor-vendor itu. Bagaimana kalau uang yang tempo hari om kasih ke kamu dipinjam lagi, buat nambahin kekurangan pembayaran itu?"

Elena menatap pamannya seakan tak percaya dengan apa yang baru saja terucap dari bibir laki-laki di hadapannya ini.

"Apa sebenarnya yang ada di otak mereka, Tuhan?" batin Elena tak habis pikir.

"Ada apa El, kenapa diam saja?" Adam membuyarkan lamunan Elena.

"Nggak apa-apa, aku Cuma lagi mikir, apa om gak salah, ngomong gitu sama aku? Kenapa gak suruh teh Nadia atau Rian yang bayar? Kenapa harus aku?"

"Ini Cuma pinjam El, nanti juga om kembalikan semuanya. Kalau perlu berikut bunganya."

"Nggak bisa om, uang itu sudah aku depositokan. Lagian aku bukan rentenir, gak perlu membungakan apa yang aku pinjamkan, yang penting dibayar, itu sudah cukup."

Adam terdiam. Kepalanya tertunduk dalam. Dia bingung, harus kemana lagi mencari uang.

"Om, biar aku yang bicara sama Rian. Sebagai laki-laki, dia harus bertanggung jawab."

"Jangan El, ini sudah menjadi kesepakatan kami!"

Elena mengerutkan kening. Heran sekaligus kesal pada omnya ini. "Kesepakatan apa?"

"Waktu Nadia bilang dia hamil sama Rian, terus terang om sangat marah. Apalagi Rian kan akan menikah dengan kamu. Tapi om gak mau Nadia menambah dosa dengan mengug*rkan kandungannya, makanya om minta Rian untuk menikahi Nadia. Awalnya Rian tidak mau, dia tetap ingin menikah denganmu. Tapi om memaksanya demi anak yang dikandung Nadia. Akhirnya Rian setuju asal semua biaya nikah ditanggung kami."

Elena ternganga mendengar penuturan omnya. Sekarang dia benar-benar merasa, Tuhan begitu baik padanya. Menolongnya dengan cara yang tidak terduga. Meski awalnya merasa hidup ini tidak adil, api ternyata itulah cara Tuhan melepaskannya dari lelaki toxic seperti Rian.

"Bagus sekali om! Dan om menimpakan semuanya sama aku? Calon suamiku direbut, aku batal nikah dan aku juga juga yang harus membiayai pernikahan itu? Kalian benar-benar tak punya hati. Tapi beruntungnya aku, terlepas dari laki-laki brengsek seperti dia. Ternyata Tuhan sangat sayang padaku! Tapi maaf om, aku tetap tidak bisa menolong. Biar laki-laki itu dan teh Nadia yang bertanggung jawab. Bukankah mereka juga punya penghasilan?"

Adam tak bisa lagi membantah.semua yang dikatakan Elena memang benar.

Mungkin ini balasan dari yang maha kuasa atas apa yang sudah mereka lakukan pada Elena.

"Baiklah, om tak bisa memaksa."

Lelaki itu sudah menyelesaikan makannya. Dia meraih dompet di saku celana belakangnya, tapi Elena langsung melarang, "Biar aku saja, om!" katanya.

"Terimakasih." Lelaki itupun akhirnya berpamitan. Elena menatap iba pamannya yang berjalan sambil tertunduk. Sebenarnya dia tidak tega, tapi diapun tidak sudi mengeluarkan uang buat orang-orang yang tidak punya hati.

***

Tiba saatnya Elena mengundurkan diri dari pekerjaannya di kantor yang lama. Dia memang tidak ingin lagi sekantor dengan Rian dan Nadia, yang hari ini sudah mulai akan masuk kantor lagi, tapi ada alasan lain yang lebih rasional yaitu perbaikan financial. Yaaa, kalau ada kesempatan yang lebih baik, kenapa enggak?

Sebenarnya surat resign itu sudah dia layangkan beberapa hari yang lalu, saat Kiara menawari dia jadi penggantinya. Tapi baru hari ini di acc setelah sang bos mendapat pengganti dirinya.

"Semoga kamu betah di tempat kerja yang baru ya. Padahal saya sudah cocok sama kamu. Pekerjaan kamu bagus dan kamu sudah mengerti maunya saya. Tapi saya juga tak ingin menghalangi kamu untuk maju dan mengembangkan lagi keterampilanmu di tempat yang baru yang lebih menantang, karena kamu punya potensi untuk itu."

"Apa? Yang benar saja. Pak Rio bahkan pernah marah besar gara-gara gue tonjok calon kliennya yang waktu itu mau lecehin gue. Tapi emang akhirnya dia dukung gue sih pas udah gue jelasin semuanya." Batin Elena sambil cengengesan dalam hati. Dia masih ingat saat tinjunya melayang ke ujung bibir laki-laki botak berperut buncit yang mau meraba bokongnya saat itu. Sampai bibirnya pecah dan berdarah. Padahal tadinya dia juga ingin menendang pusaka orang itu, kalau saja pak Rio tak memarahinya.

"Iya pak terimakasih. Maaf saya sering bikin bapak kesal dan pernah kehilangan klien gara-gara saya, hehehe" Rio ikut tersenyum meski sedikit meringis, saat mengingat kejadian itu. padahal saat itu dia dia dan si buncit berkepala botak itu hampir menjalin kerjasama. Tapi mungkin belum rejeki.

Setelah cukup lama berbasa-basi, Elena pun segera berpamitan. Dia kembali ke mejanya untuk membereskan sisa-sisa barangnya yang masih tertinggal. Lalu menampungnya dalam sebuah kardus berukuran sedang.

"El, lo tega banget ninggalin gue!" Siska mencebikkan bibir, berlagak ingin menangis. Tapi matanya memang beneran memerah.

"Yaelah, kaya mau gue tinggalin kemana aja. Gue Cuma pindah kantor bukan pindah alam, Net."

"Lo tuh suka asal ya kalau ngomong!" Siska langsung menoyor bahu Elena. Gadis itu hanya cekikikkan.

"Lo kan bisa main ke apartemen gue. Mau nginep juga boleh, asal lo bawa makanan." Elena masih dengan cengengesannya. Sementara Siska cuma memutarkan bola matanya.

"Gue pergi dulu ya, lo baik-baik disini. Doain gue dapet cowok tajir, baik, ganteng dan setia!"

"Yeeeyyy, itumah gue juga mau. Sebelum doain lo, ya doa buat gue dulu lah."

"Huuu dasar perhitungan!" ujar Elena sambil ngeloyor pergi.

Di belokan saat menuju lift, Elena berpapasan dengan laki-laki yang sama sekali tak ingin ditemuinya sampai kapanpun. Tapi dewi fortuna kali ini memang sedang tidak berpihak padanya.

Rian mematung dengan bola mata yang mengarah pada sosok mantan kekasihnya. Dia begitu terpesona dengan perubahan penampilan gadis itu. Setelah putus darinya, Elena terlihat semakin cantik dan mempesona di matanya. Sangat berbeda jauh dengan Nadia yang wajahnya selalu kusut kaya rambut yang nggak disisir berhari-hari.

"El, kamu mau kemana bawa-bawa kardus gitu? Mau aku bantu?"

Rian melangkah ke depan gadis itu. Tangannya terulur untuk mengambil alih kardus dari tangan Elena.

"Apaan sih, gak usah!" tolak Elena ketus.

"Jangan gitu El, meskipun kita gak jadi nikah, tapi sekarang kita kan iparan." Kata Rian tanpa dosa.

"Minggir!" usirnya lebih tegas dan lebih ketus.

"El, aku minta maaf. Aku janji, setelah Nadia melahirkan aku janji bakalan cerein dia dan kita bisa nikah."

Sumpah, Elena ingin sekali menendangkan kakinya ke arah selangkangan lelaki itu. tapi dia masih punya otak waras. Akhirnya membiarkan lelaki itu berkata seenak udel tanpa berminat untuk menanggapi.

Dia langsung masuk ke dalam lift yang sudah terbuka.

"El tunggu!" Rian menggunakan tubuhnya untuk menahan pintu lift agar tidak menutup. Membuat Danisha kesal.

"Ian, daripada kamu ngehalu, mendingan bayar tuh sisa pembayaran ke para vendor dan balikin juga uangku!"

Di skakmat seperti itu, perlahan tubuh laki-laki itu mundur dan membiarkan pintu lift tertutup dan menyembunyikan tubuh Elena, lalu membawanya ke lantai bawah.

1
Siti Rahayu
up
Siti Rahayu
seruuuu bgt ..lanjut
Siti Rahayu
up
Rasshke Cndv
aku suka banget,ceritanya ngak membosankan.
Rasshke Cndv
sangat suka ceritanya...up terus ya...
Adyava
sukaa banget sama ceritanya/Kiss/
diselingkuhi sama tunangannya gak bikin FL nya nangis sampe mewek² tapi malah tetep tegar/Kiss/
A F I S ❀
upp
Sri Buwana Yuliati
bacanya lumayan
Yong Chel
cerita yang sangat menarik🥰
HjRosdiana Arsyam
Luar biasa
Dewi Andayani
Nice, please... up thor
A F I S ❀
lanjutt
Bunda HB
gaya lah semampunya, klo gubuk reot knpa gk diperbaiki rmh nya biar jdi istana. angel" org miskin gaya org KAYA SULTAN...
Denna
biarin aja si cassandra ketimpa sama buldoser biar sekalian end aja/Grin//Chuckle/
Denna
kan kan si cassandra kejebak sama mucikari/Tongue/
Queen
seorang elena mau dilawan? ya jelas kalah lah si ulet bulu cassandra itu
Queen
al, gak mau to the point aja gitu sama mamamu alasan kalian putus?? daripada mantanmu makin ngarang ceritanya ke mamamu.
Queen
bau bau cassandra bakal dijual sama dika
Queen
elenaa badas, suka banget sama sikap tegasnyaa/Drool//Drool/
Queen
cassandra masuk jebakan batman wkwk/Chuckle//Chuckle/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!