Merasa patah hati di kalah ingin meminang wanita yang selama ini dia kagumi ternyata sudah menikah hal itu menjadikan Syamil memilih ke suatu tempat untuk pelarian cinta nya, dia pun memutuskan tidak akan jatuh cinta lagi. Tapi takdir berkata lain disaat dia bertemu dengan gadis malam yang membuat Syamil tertarik yaitu Syakilah. Tanpa disadari kedekatan mereka telah menumbuhkan rasa cinta Syamil kembali, tapi banyak sekali kendala yang menyeret kisah cinta mereka juga jarak yang harus memisahkan mereka ketika Syamil di tuntut untuk meneruskan usaha ayahya. Sebuah kerudung telah di berikan Syamil untuk Syakilah sebelum perpisahan mereka.
"Pakailah jika kau sudah yakin dengan keputusan mu!" pesan Syamil.
"Kerudung ini akan aku simpan, seperti cintaku padamu" lirih sendu.
Syakilah selalu mengharap suatu saat Syamil datang dan memakaikan kerudung itu untuknya. Tapi apakah semua itu bisa terjadi?
Adakah cinta tanpa batas untuk seorang wanita malam seperti Syakilah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cty S'lalu Ctya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kartu Identitas
Malam ini keluarga Fernando berkumpul di restoran yang ada di salah satu hotel milik keluarga Dirgantara, hotel dan restoran yang begitu strategis terletak di tengah kota. Tak ayal banyak pengunjung yang bermalam di hotel ini, meski hotel yang berbintang lima tapi harganya cukup ramah.
Di ruang VIP semua sudah berkumpul, baik Fernando bersama anak dan istrinya, juga Wardah dan Syamil, sengaja makan malam ini untuk acara penyambutan Wardah.
"Wardah, papa kamu bilang kamu ambil S2 di Paris?" tanya Fernando seusai menyantap hidangan. Wardah mengangguk membenarkan.
"Kenapa di Paris?" Nura penasaran.
"Wardah mengambil jurusan Desainer Tante" jawab Wardah.
"Oh, bagus dong kak Wardah bisa melihat menara Eiffel terus disana" celetuk Arkan.
"Ya tentu dong kak Wardah bahkan tinggal di sana lho" timpal Wardah sumringah pada Arkan.
"Benarkah?"
"Hem.." angguk Wardah pada Arkan. Arkan lalu melihat ke samping kiri dimana ada ibunya.
"Umi, kapan-kapan kita berkunjung ke Paris ya!" tanya bocil itu pada ibu.
"Ok, tapi jika baba tidak sibuk" jawab ibu. Sedangkan Arkan nampak cemberut menatap ayahnya, karena ayahnya selalu sibuk hingga jarang sekali mereka berlibur bersama.
"Baba kan selalu sibuk" sendu Arkan. Fernando menarik nafas panjang, dia sadar karena kesibukan nya jarang sekali ada waktu untuk berlibur bersama.
"Arkan, jika baba sibuk, Arkan bisa ajak kak Syamil" timpal Syamil menengahi. Arkan menatap Syamil dengan binar bahagia.
"Serius kak Syamil mau?"
"Hem,, kalau bisa sepuluh rius" jawab Syamil. Arkan begitu senang, Fernando merasa sedikit lega karena Syamil bisa membujuk Arkan. Arkan pun kembali ceria membuat para orang dewasa itu senang dan mereka kembali menyantap hidangan pencuci mulut, jam sembilan Fernando dan istrinya pamit untuk pulang, sedangkan Syamil memilih untuk menginap di hotel, karena besok dia dan Wardah akan berkeliling pulau ini bersama.
Syamil dan Wardah berjalan melewati lorong dimana kamar mereka berada. Wardah berhenti di depan kamar nya.
"Ok, aku masuk dulu, jangan lupa besok!" pesan Wardah pada Syamil sebelum masuk ke dalam.
"Siap tuan putri" jawab Syamil.
"So, aku masuk, bye" pamit Wardah seraya masuk kedalam. Syamil hendak kembali melangkah setelah memastikan Wardah menutup pintu.
Bruk...
Tubuh Syamil di tabrak seorang wanita. Apalagi tas wanita itu jatuh dan isinya berceceran.
"Maaf tuan!" ujar wanita itu seraya berjongkok mengambil tas dan isinya berceceran Syamil terdiam jujur saja dia agak kaget, apalagi setelah tahu wanita yang menabrak nya sepertinya agak keburu, sehingga wanita itu mengambil barang-barangnya dengan gugup.
"Sekali lagi maafkan saya!" ujar wanita itu membungkuk pada Syamil, tapi lagi-lagi Syamil terdiam seraya memperhatikan wanita yang ada di depan nya.
"Permisi tuan!" wanita itu segera melangkah pergi meninggalkan Syamil dengan gugup. Syamil seolah membeku lagi-lagi dia bertemu dengan wanita yang sama. Sempat ada rasa penasaran kenapa wanita itu begitu gugup dan nampak takut. Tapi pikiran itu segera Syamil tepis, dia memutuskan untuk melangkah kembali tapi matanya tertuju pada benda yang tergeletak di bawahnya. Syamil menyipitkan mata dan melihat benda tersebut, dengan segera dia mengambil benda itu, pasti milik wanita tadi Syamil menengok ke belakang hendak memanggil tapi wanita itu sudah naik lift. Syamil mengambil benda yang tergeletak tersebut.
"Ini kartu identitas wanita itu" guman Syamil, dengan segera dia mengejar wanita itu yang sudah turun. Syamil menekan pintu lift tapi tak kunjung terbuka, Syamil memilih turun dari tangga darurat. Sampai di lobi Syamil mendapati wanita itu sudah masuk ke dalam mobil Syamil hendak memanggil tapi mobil sudah melaju. Syamil menarik nafas panjang seraya memperhatikan kepergian mobil yang membawa wanita itu.
"Biarlah, besok aja dia kan tetangga om Fernando" guman Syamil sendiri, dia melihat kartu identitas tersebut.
"Syakilah Dwi Naomi, nama yang bagus" guman Syamil tanpa sadar. Dia kemudian memasukkan KTP tersebut ke dalam saku kemejanya Syamil memutuskan kembali ke kamar nya, mengejar Syakilah membuat tubuh nya terasa lelah.
Syamil lagi-lagi matanya tak bisa terpejam, entah kenapa dia masih memikirkan kejadian tadi. Syamil memilih duduk bersandar di dasboard ranjang nya, dia mengambil sesuatu yang tergeletak di atas nakas. Syamil memandang nama yang tertera begitu juga alamat nya. Tak tahu dorongan dari mana Syamil mengambil ponselnya yang ada di atas nakas lalu mencari tahu alamat tersebut.
***
Syakilah memilih merebahkan tubuhnya di ranjang setelah membersihkan diri. Syakilah teringat kejadian dimana dia di suruh ibunya untuk menemani pria dinner. Syakilah yang baru selesai menari lantas dia hendak menolak, tapi ibunya menyuruhnya bilang jika ada lelaki yang hanya ingin Syakilah dinner, bahkan pria itu sudah membayar Syakilah.
"Tuan itu hanya ingin mengajakmu dinner di restoran, dia sudah menunggumu dari tadi" ujar sang ibu ketika Syakilah memakai sweater untuk membalut tubuhnya.
"Katakan aku tidak mau" jawab Syakilah, yang ingin mengambil tas nya di loker. Syakilah hendak pergi. Tapi masih di cegah ibunya.
Ting'
"Lihatlah bahkan dia sudah mengirim langsung uang di rekening mu" ujar sang ibu. Syakilah menatap kesal dia melihat ternyata benar.
"Pergilah temani dia, mungkin hanya satu atau dua jam saja, cukup fantastis kan nominal yang dia kirim" seru ibu seraya melenggang pergi. Syakilah lagi-lagi tak bisa menolak. Dengan langkah berat dia menemui pria itu.
"Hai,," sapa pria yang berumur sekitar 30 tahun itu menyapa Syakilah. Syakilah membalas dengan senyum manis.
"Kenapa anda meminta saya temani dinner?" tanya langsung Syakilah yang memilih duduk di samping pria itu.
"Penasaran saja, lagian aku juga belum makan malam" jawab pria itu santai.
"Ok, lalu kamu mau makan dimana?" tanya Syakilah to the poin karena tubuhnya sudah cukup lelah. Pria itu menatap Syakilah dengan nakal lalu dia tersenyum.
"Aku mau memakan mu" ujar nya tepat di telinga Syakilah. Syakilah tersenyum kecut menanggapi.
"Sayang nya aku tak ingin di makan oleh mu tuan" balas Syakilah menatap tajam pria itu. Pria membalas dengan tatapan yang tak kalah tajam. Syakilah lalu tersenyum.
"Ini untukmu nona!" ujar Yosi memberikan minuman untuk Syakilah. Syakilah mengambil minuman tersebut lalu melirik pria yang ada di sampingnya.
"Tenanglah tuan, aku hanya bercanda" ujar Syakilah. Pria itu pun tersenyum, lalu dia menghabiskan minuman yang ada di gelas nya.
"Ok, kalau gitu kita pergi sekarang, aku sudah sangat lapar!" ajak pria itu pada Syakilah. Syakilah hanya mengikuti langkah kaki pria itu. Sebelum dia beranjak Syakilah melirik ke arah Yosi. Seperti sebuah kode yang hanya mereka berdua yang tahu.
Sampai di sebuah hotel, pria itu mengajak Syakilah untuk makan di restoran yang tersedia di hotel tersebut. Beruntung pria itu tidak mengajak di ruang privat atau VIP. Jadi Syakilah cukup lega, setidaknya pria itu tidak akan macam-macam. Tapi dugaan Syakilah salah, pria itu mendadak kepalanya pusing, dia meminta Syakilah mengantarnya ke kamar, awalnya Syakilah percaya dan dia memapah pria itu kembali ke kamarnya, tapi sampai di kamar ternyata pria itu hanya pura-pura, Syakilah menatap tajam pria itu, dia ingin segera pergi dari kamar tapi pria itu lebih dulu mengunci pintu.
"Asal kamu tahu uang yang aku transfer itu cukup banyak dan aku juga menginginkan tubuh mu yang begitu menggoda itu" seringai pria itu. Syakilah tersenyum kecut, tak ada pilihan. Lalu dia mendekati pria itu.
"Ok, lalu kenapa tuan tidak jujur saja jika menginginkan bercinta dengan ku?" kata lembut syakilah seraya mendekati pria itu.
"Oh, apa itu berarti kamu mau" tanya pria itu merasa sedikit ragu. Syakilah mengangguk.
"Sebenarnya sih, mau-mau aja, tapi-"
"Tapi apa?"