Cinta Yang Tersembunyi

"Ari sedang apa kamu disini?" Tanya Dea pada Ari yang berdiri di depan pintu rumahnya

"Minta janjinya kemarin! yuk beliin aku kado!" jawab Ari semangat

"Tapi nggak sekarang Ri! Aku lagi sibuk!" Sesal Dea mengingat beberapa naskah yang harus ia kerjakan

"Kamu selalu aja gitu Dea! Kamu tidak pernah perhatian sama aku! sudahlah percuma juga kalau bicara sama kamu!" ucap Ari berpura-pura marah, sambil menyilangkan tangannya di dada, padahal itu hanyalah gertakan semata

"Ari jangan ngambek! ya udah iya! Kita beli kadonya sekarang!" ujar Dea mengalah, Dea merasa tidak enak jika mengabaikan Ari, apalagi selama ini Ari yang selalu membantu dan menemaninya, menurutnya tidak masalah jika dia harus bergadang nanti malam untuk mengejar target hariannya yang terpenting Ari tidak ngambek padanya

"Dengan kamu mau jalan-jalan sama aku itu udah ko Dea! Nggak harus beliin aku apa-apa! Aku lagi mau jalan-jalan soalnya!" bohong Ari, kenyataannya ia sengaja mengajak Dea pergi untuk melakukan misinya

"Kalau mau jalan-jalan kenapa nggak ajak Bima aja sih Ri! Ribet banget kamu ini!?" ucap Dea tidak habis pikir dengan pemikiran Ari, padahal Ari sendiri tahu pekerjaan yang dia tekuni bisa membuat seorang Dea tidak pernah absen untuk libur selama ini

" Aku maunya jalan sama kamu! Gimana dong? Ayo kita jalan sekarang!!" balas Ari memeluk lengan Dea

"Bentar aku pamit sama Kevin dulu! mau ganti baju juga! Masa aku jalan-jalan pakai pakaian kaya gini?! ayo masuk dulu kebetulan Kevin lagi main di dalam game di dalam!" Ajak Dea sengaja mengatakan Kevin dan game, karena Dea sangat tahu Ari sangat suka bermain game dan bahkan sering kali mengajak adiknya main game bersama jika dia bermain ke rumah Dea

Sampai-sampai Dea sendiri pernah bertanya apakah benar Ari mencarinya kerumah itu atau sebenarnya mencari Kevin, karena saking asiknya Ari bermain dengan adiknya sampai mengabaikan Dea yang menyempatkan waktu untuk Ari seorang

"Kalau gitu aku main sama Kevin dulu De! kamu jangan cepat-cepat ganti bajunya ya!!" pinta Ari berbinar bahagia mendengar pernyataan Dea, Dea yang mendengar permintaan Ari sontak mendengus kesal, mana mau dia lama-lama berganti pakaian orang dia masih banyak pekerjaan, lebih baik dia bergantinya cepat-cepat supaya cepat pulangnya juga

Akhirnya Ari benar-benar bermain dengan Kevin, Dea hanya menggelengkan kepalanya karena merasa heran, bisa-bisanya Ari suka game yang menurutnya membuat kepalanya pusing itu

...****************...

"Sudah dong mainnya! kalian kalau main suka lupa sama waktu!" ucap Dea kesal dengan tingkah Ari dan Kevin yang selalu lupa waktu kalau sedang bermain

"Tapi kak ini lagi seru-serunya kak! bentar lagi Kevin menang!!" kata Kevin yang sama sekali tidak melirik kakaknya yang sedangkan menghela nafas lelah dengan tingkahnya

"Ya Dea! Kevin benar nanggung ini lagi sebentar!" ucap Ari juga tanpa menatap Dea

"Ya udah aka nyari kadonya sendiri aja! Kamu main aja sama Kevin sampai puas!" peringkat Dea, yang tentunya juga mencibir Ari yang lupa akan tujuannya

Mungkin jika keduanya tidak mengabaikan keberadaan Dea, Dea tidak akan masalah menunggu lagi 5 menitan, tapi masalahnya keduanya sudah membuat Dea menunggu lama, hampir 20 menit lalu Dea selsai siap-siap dan selama itu juga Dea menahan diri untuk menantikan keduanya benar-benar selsai dengan game mereka, tapi lihatlah bahkan Dea diabaikan bagaikan orang tidak penting disana, benar-benar adik dan sahabat kurang ajar mereka itu

"Jangan!!" pekik Ari yang langsung menghentikan permainannya

"Udah??!" ucap Dea datar, sedangkan Ari hanya cengengesan karena membuat Dea menunggu lama

"Kevin bersihkan sisa permainan kamu ini! Jangan sampai kakak liat ada yang berantakan lagi nanti! Kakak pamit dulu nanti kakak balik jam 5!" pamit Dea yang hanya di ia-kan oleh Kevin yang masih fokus dengan permainannya

"Ko cepat banget sih de? Ini aja udah jam 3 masa kita jalan-jalannya cuma 2 jam?" keluh Ari yang melirik jam tangannya menunjuk jam 3 sore, yang berarti memang dia hanya punya waktu 2 jam dari sekarang untuk jalan-jalan bersama Dea

"Aku nggak mau buang-buang waktu!" ucap Dea yang meninggalkan Ari, Dea sudah membuang waktunya setengah jam hanya untuk melihat seorang Ari dan adiknya bermain, seharusnya tadi saat dia udah selesai siap-siap Ari langsung membawanya pergi

Tapi yang terjadi adalah Ari asik bermain dengan adiknya, jangan salahkan Dea jika dia tidak mau lama-lama keluar bersama Ari karena pekerjaannya juga masih banyak dirumah, selain itu karena dia juga masih kesal di abaikan oleh sahabatnya itu

...****************...

"Dea kita duduk disana dulu yuk! Udah lama kita nggak ngobrol-ngobrol!" ucap Ari menunjuk kursi taman yang ada di depan toko

"Kita sibuk mengejar masa depan Ri!!" kekeh Dea, yang juga merasakan dirinya sudah lama tidak melakukan me time bersama Ari, keduanya fokus pada masa depan masing-masing membuat baik Dea maupun Ari tidak memiliki banyak waktu untuk bersama

Apalagi sejak lulus kuliah keduanya asik mengejar mimpi mereka, Ari dengan kegiatannya mencari kerja dan berhasil bekerja di suatu perusahaan dan Dea dengan dunia menulisnya, dulu Ari sempat heran dengan sahabatnya itu, kenapa tidak mengambil jurusan sastra saja jika ingin menjadi penulis

Jawaban Dea cukup membuat dia terkejut karena gadis itu mengatakan menjadi penulis itu membutuhkan banyak pengalaman, dan menjadi manusia itu membutuhkan banyak tantangan agar hidupnya terasa lebih hidup, ucapan Dea waktu itu menyadarkan Ari untuk selalu mencari tantangan untuk membuat dirinya lebih semangat menjalani kehidupan

"Dea apa kamu udah yakin buat semua ini? dia sudah kembali!" ucap Ari saat keduanya sudah duduk dan sempat diam sesaat menikmati pemandangan di depan mereka

"Ri aku mohon jangan pernah ikut campur dalam masalah ini, udah cukup bagiku untuk semua ini! aku udah memutuskan berhenti dan aku mohon jangan pernah ungkit lagi!" ucap Dea sambil tersenyum meyakinkan Ari

"Apa Wisnu tahu semuanya?" tanya Ari mengingat Wisnu sahabat mereka sejak SMP dan tahu tentang perasaan Dea

"Baik kamu ataupun Wisnu nggak bisa cegah aku lagi, kedatangan dia tidak berarti untuk aku, cukup selama ini aku udah korbankan perasaan aku buat hal-hal yang sia-sia, tolong jangan buat aku merasa tidak pernah bahagia selama ini!"

"Kamu yakin mau menerima perjodohan itu?" tanya Ari meyakinkan Dea tentang perjodohan yang keluarganya rencanakan

"Aku sama dia cuma mau kenalan, doain aja yang terbaik buat aku! Kalau dia yakin mau nikah sama aku, aku siap, aku sudah pasrah sama jalan cerita yang tuhan takdirkan untuk! Mungkin ini akan menjadi momen yang terbaik dalam hidup aku!" ucap Dea sebisa mungkin tersenyum

"Tapi Indra udah datang Dea! dia masih sangat berharap sama kamu! Bahkan dia sering nanyain kamu lewat aku!"

"Jika dia berhasil itu adalah keberuntungan untukku, tapi kalau dia nggak berhasil itu berarti kita memang nggak jodoh!"

"Aku nggak mau ribet, aku udah pasrah kalau orang tua aku milih Nathan buat aku, itu berarti dia memang yang terbaik untuk aku! Aku seorang gadis dan aku pasrahkan jodoh aku pada kedua orangtuaku!" sambungan Dea lagi

"Dea sebesar apapun lo bersembunyi hati lo kayanya hanya akan jadi milik dia!"