Obsesi, suatu kecenderungan untuk memiliki ataupun memperhatikan sesuatu secara berlebihan.
Perasaan yang tidak sehat dan berlebihan terhadap seseorang ini di miliki oleh Grania Ivy Livingston, putri sulung dari Garrick Filbert Livingston dan Jennifer Priscillia Livingston.
Jika obsesi itu tertuju pada orang lain tentu akan sedikit lebih mudah situasi nya, tetapi wanita berusia dua puluh lima tahun itu terobsesi pada kekasih sepupu nya sendiri.
Hingga akhirnya obsesi itu berbalik pada dirinya tanpa diri nya ketahui bahwa sebenarnya diri nya di obsesikan oleh dua pria berbahaya.
Siapakah dua pria itu? Dan siapa yang akhirnya akan menang?
-Jika meleset dari alur mohon di maklumi
-Sequel dari karya "Garrick Possesion"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon riri_923, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7. Pertarungan.
Seperti ajakan Ivy sebelum nya, kini wanita itu tengah berdiri berhadapan dengan pria bermata keemasan yang sungguh indah terkena pancaran sinar matahari di halaman luas ini.
"Kamu yakin Ivy?" Tanya memastikan Cio.
"Jangan banyak bicara, aku memberi mu kesempatan untuk menyerang ku terlebih dahulu" Sahut Ivy dengan tangan bersedekap dada, terlihat begitu arogan.
Mendengar itu Cio pun menatap ke arah Garrick dimana pria berusia lima puluh lima tahun yang tidak terlihat berubah sejak dulu itu mengangguk tanda setuju.
"Lebih baik kamu saja lebih dulu" Pinta Cio.
Ivy berdecih, menatap remeh Cio. "Bilang saja jika kamu tidak memiliki kemampuan apapun!"
Setelah mengatakan kalimat tersebut Ivy langsung maju dengan tangan yang berniat mencekik leher Cio.
Namun dengan cepat Cio menghindar, tak berhenti di situ Ivy pun mengayunkan kaki nya hendak menendang kaki Cio, tetapi lagi-lagi Cio menghindar dengan melompat.
"Boleh juga" Seru Ivy tersenyum miring.
Kemudian dengan segala bekal kemampuan nya Ivy terus menyerang Cio yang selalu di tangkis dan di tahan oleh pria itu. Tentu hal tersebut sangat membuat Ivy geram.
"Lawan bodoh!" Teriak kesal Ivy.
"Baiklah nona, jangan menyesal" Sahut Cio menyunggingkan senyum nya.
Tak di tahan lagi Cio pun mulai menyerang Ivy, mulai dari menahan tangan Ivy yang hendak memukul nya kemudian ia menarik nya lalu mengangkat tubuh itu bersiap untuk di banting ke tanah.
Tetapi kaki Ivy malah melingkar kuat di pinggang nya dan kesempatan itu langsung Ivy gunakan untuk memukul punggung Cio dengan sikut nya.
"Erghh.." Erang Cio yang setelah nya langsung mencekik leher Ivy membuat kepala wanita itu mendongak.
"Nona.." Seru seorang pria yang saat ini berdiri di samping Garrick, berniat menghampiri sang ketua.
"Diam lah" Tahan Garrick membuat gerakan para pria yang di beri julukan Mafioso itu langsung terdiam.
"Putri ku tidak selemah itu" Lanjut Garrick dengan tatapan tajam yang tertuju pada sepasang manusia yang masih melanjutkan pertarungan nya.
Ivy menepuk-nepuk bahu Cio dengan napas tersengal, setelah itu Cio melepaskan tubuh wanita itu yang langsung ambruk ke tanah.
Prok.. Prok.. Prok..
Garrick bertepuk tangan seraya menghampiri kedua nya, tidak sia-sia selama beberapa tahun belakangan ini ia mendidik Cio saat pria kembali menghubungi nya.
"Menyerah sayang?" Tanya Garrick yang berjongkok seraya membantu putri nya untuk duduk.
Tidak ada yang terluka pada bagian wajah wanita itu tetapi seperti nya ada memar di punggung nya karena Garrick melihat dengan jelas saat Cio memukul punggung putri nya.
"Maaf om, maaf Ivy" Ucap tulus Cio membungkuk merasa bersalah.
Garrick mengangguk dan tersenyum. "Sejauh ini hanya kamu yang bisa membuat wanita itu menyerah" Ucap nya dengan senyum mengejek pada Ivy.
"Daddy ih!" Rengek kesal Ivy.
"Bagaimana, pilihan Daddy tepat 'bukan?" Tanya Garrick menaikturunkan alis nya.
"Ck, tetap saja dia masih harus di latih!" Kesal Ivy dengan keputusan nya.
Setelah nya wanita itu bangkit lalu meninggalkan halaman tersebut, kembali masuk ke markas nya.
Garrick pun menepuk-nepuk bahu Cio membuat pria yang seperti putra nya sendiri itu langsung menatap nya.
"Pelajari apa yang harus kamu pelajari, lingkaran ini tidak semudah itu" Pesan Garrick.
"Pasti om, terima kasih sudah membawa ku ke sini" Jawab Cio.
Setelah dua tahun lalu kehilangan Grandma nya yang menyusul Grandpa nya hidup Cio kini tidak memiliki siapa lagi. Lalu bagaimana dengan mama nya? Ah entah lah dimana wanita itu berada dan seperti apa sekarang wajah nya.
......................
"Kamu jadi berangkat hari ini?" Tanya kaget Jennifer saat melihat pelayan sudah membawa koper milik Ivy.
"Iya Mom, besok aku soft opening sebelum grand opening dan aku harap kalian datang" Jawab Ivy menatap keluarga nya.
"Mommy dan Daddy pasti datang, tetapi tidak tau dengan Om mu" Jawab Jennifer menatap Ricard dan Casey.
"Maaf ya keponakan Om yang cantik, seperti nya Om tidak bisa datang karena Om di kejar deadline dengan beberapa rekan Om" Jawab menyesal Ricard.
"Maaf Ivy, tante juga tidak bisa datang. Kondisi Bella masih belum memungkinkan untuk di tinggal" Timpal Casey.
"Padahal aku sudah menanti-nanti untuk menghadiri grand opening butik kakak di Baltimore itu" Dengus sedih Bella.
Ivy mendekati Bella kemudian memeluk wanita yang duduk di kursi roda itu.
"Jangan sedih cantik, nanti aku bawakan sesuatu oke?"
Bella mengangguk cepat. "Memang kak Ivy yang paling mengerti" Seru nya bahagia.
"Ck, dasar otak shopping" Decak Atlanta selaku kakak Bella.
"Biarin wlee" Ledek Bella menjulurkan lidah nya.
Orang-orang yang ada di meja makan itu terkekeh, tak terkecuali Ivy.
"Kalian" Ivy menunjuk kedua adik nya serta Atlanta dengan tatapan galak. "Harus datang, titik!" Perintah nya mutlak.
"Tanpa kamu suruh pun aku akan datang" Jawab Victor.
"Ah iya, aku lupa pada adik ku yang posesif ini. Dia tidak akan membiarkan ku bebas" Cibir Ivy yang langsung mengundang tawa.
*
Pintu ruangan di buka tanpa di ketuk terlebih dahulu membuat sang pemilik ruangan langsung mengangkat pandangan nya untuk melihat siapa yang begitu tidak sopan.
Tetapi tak lama setelah melihat siapa orang itu, Gama pun langsung membuang pandangan nya.
"Hai honey" Sapa Ivy yang berlari pelan menghampiri Gama yang saat ini duduk di kursi kebesaran nya.
"Bagaimana kamu bisa masuk?!" Seru kesal Gama.
Pasalnya tidak ada pemberitahuan dari resepsionis di lobi atau pun asisten nya tentang kedatangan wanita gila ini.
Bukan nya menjawab Ivy malah memutar kursi Gama lalu duduk di pangkuan pria itu dengan tangan yang langsung memainkan dasi Gama.
"Turun si--"
"Aku akan pergi dan pasti akan sangat merindukan mu" Tutur sedih Ivy, mencakup kedua pipi lembut milik Gama lalu mengusap nya.
Tanpa punya belas kasih Gama langsung berdiri dan beruntung nya Ivy dengan tanggap menahan tubuh nya hingga tidak berakhir terduduk di lantai.
"Ishh Gama!" Seru kesal Ivy.
"Pergi lah yang jauh dan jangan pernah kembali agar kehidupan ku tenang!" Hardik pedas Gama.
"Jahat sekali" Ivy mengerucutkan bibir nya kemudian memeluk pria itu. "Kamu pasti akan merindukan ku"
"Tidak akan, dan pergi lah!" Gama melepas paksa pelukan Ivy lalu mendorong tubuh dengan tinggi sebatas dada nya itu.
Tatapan manja Ivy kian berubah menjadi tatapan penuh kelicikan yang sangat Gama benci.
"Walaupun aku pergi, aku tetap tau apa yang kamu lakukan" Ucap Ivy, mendekat dan menjalankan jemari nya di bahu hingga turun ke dada Gama.
"Wanita gila!" Gama menyentak tangan Ivy.
"Jadi jangan coba-coba untuk dekat wanita lain apalagi mendekati Bella lagi" Lanjut Ivy penuh ancaman.
...****************...
btw semangat kak, aku menanti eps selanjut nya 💪😋