Perbedaan kasta yang terlalu jauh membuat Dina hanya bisa menjadi wanita simpanan seorang CEO muda dan kaya, dapatkah ia hidup bahagia bersama irang yang ia cintai dan harapkan, meski semua menentang dan memisahkan Dina dan kekasihnya ?
Update seminggu 5x ya kalau lebih berarti aq lagi baik dan ada waktu lebih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cahaya_bintang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Backstreet
Dina kembali ke meja Resepsionis dengan sedikit ngos-ngosan karena bergegas dan takut apa yang dilakukannya tadi diketahui orang lain, apalagi jika sampai ada yang tau kalau ia baru saja memuaskan nafsu sang pimpinan perusahaan bisa-bisa ia menjadi gosip hangat di kantor.
Dina melihat Ikha yang memperhatikannya dengan tatapan yang tidak bisa di tebak bahkan Dina sangat gugup di dekat Ikha.
"Ada apa kok lihat aku sampai segitunya ?" tanya Dina saat ia kembali duduk dikursinya.
"Kamu itu abis ngapain aja sih di toilet sampai sejam, goreng bakwan ?" tanyanya dengan muka datar.
"a aku aku tadi habis BAB". jawab Dina dengan gugup yang ketara.
"kamu diare ?" tanya ikha.
"iya bener diare, tadi soalnya aku makan sambel banyak banget". jawab Dina yang beruntung karena ikha memberinya ide untuk menjawab.
" oalah jawab diare aja sampai gugup gitu makanya jangan makan sambel banyak - banyak" ucap ika.
Untung saja Ikha percaya dengan omongan Dina hingga gadis itu bisa menghembuskan nafas lega. Dan ia kembali kerja walaupun masih nyeri di bagian bawahnya juga agak lengket karena perbuatan Rey tadi, sungguh Dina amat kesal karena Rey melakukannya apalagi di kantor.
******
Jam pulang telah tiba termasuk Rey yang tidak lembur dan meminta Dina untuk pulang bersamanya, Rey mengirim pesan ke Dina untuk masuk ke mobilnya di parkiran karena suasana parkiran sudah sepi hingga mereka bisa bebas berada di mobil yang sama.
Braak
Dina membanting pintu ketika ia masuk kedalam mobil juga menampilkan wajah yang terlihat akan kemarannya dan itu tak terlepas dari penglihatan Rey namun Rey hanya diam walau hatinya ingin tertawa karena tau sebab dari kemarahan Dina. Rey mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang dan mereka hanya diam sepanjang jalan.
Sebenarnya Dina amat kesal kepada Rey namun lebih kesal lagi saat dia marah malah tidak ditanya apa sebabnya ataupun meminta maaf dan malah mendiamkannnya seperti ini, padahal kan ia sedang ngambek dan butuh dibujuk bukannya didiamkan "dasar tidak peka" gumam Dina dalam hati.
Rey sesekali mencuri pandang Dina yang tak berbicara dan memperlihatkan wajak ngambeknya, dalam hati Rey ingin tertawa terbahak-bahak karena wajah Dina saat ini amat menggemaskan bagi Rey, sebenarnya Rey ingin bicara kepada Dina namun karena biasanya kalau wanita sedang ngambek itu pasti inginnya dibujuk dan dituruti keinginanya.
Namun Rey bukanlah tipe pria yang akan menuruti wanita hingga ia merendahkan dirinya, Rey adalah tipe yang akan mendiamkan wanita jika wanita itu mendiamkannya dan semakin lama wanita itu pasti akan kalah juga.
"Rey" Ucap Dina yang tak tahan dengan sikap Rey yang diam sedari tadi.
"Hem apa ?" ucap Rey datar dan masih fokus menyetir.
"Kok dari tadi kamu diam saja gak minta maaf sama aku ?!". ucap Dina yang kesal.
"Kenapa aku harus minta maaf sama kamu ?" tanyanya masih dengan wajah datar, jika masih ada satu piala oskar maka Rey pantas mendapatkannya karena masih bisa menampilkan wajah datarnya padahal hatinya tertawa keras.
"Karena kamu mamaksaku melakukan itu dikantor bahkan saat jam kerja, apa kamu gak ngerasa bersalah sama aku ?!" ucapnya marah karena Rey masih menampilkan muka datarnya bahkan tak melihatnya kala ia bicara. Rey menghentikan mobilnya dan kini ia melihat Dina disampingnya.
"dengar ya aku gak suka jika ada yang mendekati wanitaku dan aku lebih tidak suka lagi kalau kamu meminta maaf atas namanya, kalau sampai itu terjadi lagi maka fajar atau siapapun lelaki yang mendekati kamu akan menyaksikan siaran langsung betapa panasnya kita tadi di ruang meeting faham kamu". ancam Rey sambil memegang kedua bahu Dina dan menampilkan wajahnya yang sangat serius dan juga mengerikan.
Dina yang mendengar ancaman Rey seketika ngeri dan takut, sungguh sosok Rey kini membuat Dina seperti sedang bersama dengan orang lain karena bukan seperti Rey yang ia cintai. Rey melihat Dina yang takut dengan dirinya dan langsung memeluk tubuh Dina juga menghadiahkan kecupan di puncak kepala Dina.
"jangat takut kepadaku, aku hanya tidak ingin kau didambakan oleh lelaki lain, kau mengerti kan mangsudku ?" tanya Rey yang memeluk dan juga mengelus punggung Dina dan dibalas anggukan oleh Dina.
"sudahlah jangan takut, aku ingin kita makan diluar kau pasti sudah lelah jadi tidak perlu memasak hari ini" ucap Rey sambil mencium dahi Dina dan dibalas senyuman oleh gadis itu.
Rey mengarahkan mobilnya ke salah satu restoran yang ramai dan terkenal enak, mereka makan berdua dengan suasana hati Dina yang sudah membaik, bahkan mereka makan sambil berbincang hingga membuat keduanya terbawa suasana.
Dari kejauhan Dina melihat Ikha dan temannya sedang menuju ke meja yang Dina duduki, segera Dina bersembunyi dibawah kolong meja dan itu membuat Rey bingung.
"kenapa kau sembunyi ?" tanya Rey saat Dina sudah berada dibawah meja.
"Sssstt diam temanku sedang menuju kesini, aku tau dia tadi melihatku" ucap Dina dengan pelan.
Tak lama Ika juga temannya ada di hadapan Rey dengan bingungnya karena yang tadi ia lihat adalah Dina sementara yang duduk dimeja adalah bosnya.
"loh pak Reymond, saya kira teman saya yang tadi duduk disini" ucap Ika bingung.
Dina dibawah meja meringis sakit pasalnya Ikia tak sengaja menginjak tangannya, bahkan Dina hanya bisa menutup mulutnya agar tak bersuara karena tangannya yang terinjak kini bahkan sudah memerah.
"Tidak dari tadi aku yang duduk disini". ucap Rey dengan wajah datarnya.
" Bapak sendiri aja makan disini ?". tanya Ikha.
"Iya memangnya kenapa?". ucap Rey kini menampilkan wajah galak.
" gak apa-apa pak cuma kok piringnya ada dua". ucap Ikha menunjuk piring yang tadinya milik Dina sehingga Dina yang mendengarnya dibawah meja hanya bisa tepuk jidat.
"kalau piringnya ada dua kenapa lagipula saya sangat lapar ? masalah buat kamu ?" tanyanya ketus.
"gak pak gak apa-apa, kalau gitu saya permisi dulu". Ikha lekas pergi karena wajah Rey yang sangat tak bersahabat juga karena teman Ikha yang sedari tadi melihat keketusan Rey mengajak Ikha cepat pergi, bahkan saking kesalnya teman ika mendengar perkataan Rey kala gadis itu pergi" gateng tapi kok galak" kata teman ikha yang masih bisa didengar oleh Rey padahal jaraknya sudah agak jauh. Dina akhirnya bisa menarik tangannya ketika kaki Ikha sudah bergerak pergi dan mengelus tanganya yang memerah.
"mereka sudah pergi, kamu bisa keluar". ucap Rey kepada Dina yang ada dibawah. Saat Dina sudah setengah berdiri Rey mengarahkan kepala Dina agar kembali masuk ke dalam meja.
" eh kenapa ?". tanya Dina kala Rey memegang kepalanya dan membuatnya kembali sembunyi.
"ssst diam dulu" ucap Rey cemas.
"Rey dengan siapa kamu disini ?" ucap tuan Riyan. Dina yang mendengar suara tidak asing itu lalu tau apa mangsud Rey menyuruhnya kembali sembunyi karena yang sedang berbicara dengan Rey adalah bosnya dulu sebelum Rey dan sekarang tuan Riyan malah duduk dikursi Dina.
"aku.......sedang bersama client pa kita sedang membicarakan tender". ucap Rey mencari alasan.
" lalu dimana clientnya ?". tanya tuan Riyan.
"Dia sedang ada di toilet pa, papa sendiri sama siapa disini ?" tanya Rey mencoba mengalihkan perhatian.
"Papa sendiri, tadi mama kamu minta dibelikan makanan, karena papa sedang berada dekat sini jadi mampir untuk membelikan pesanan mama". ucap tuan Riyan.
" oh gitu ". jawab Rey
" oh ya kamu akhir-akhir ini jarang pulang sampai mama kamu pusing mikirin kamu, dan papa dengar kamu beli apartemen baru benar ?" tanya tuan Riyan.
"iya pa......aku kepengin mandiri". jawab Rey.
" cliennya dari tadi gak balik-balik coba kamu telepon ". ucap tuan Riyan.
Rey menuruti papanya dan pura-pura menelepon agar tidak menimbulkan kecurigaan bagi papanya. Setelah selesai pura-pura menelfon Rey mengembalikan hpnya ke saku
" dia bilang kalau ada urusan mendesak jadi pulang lebih dulu dan lupa pamitan pa". ucap Rey bohong.
"oh gitu" ucap tuan Riyan dan tak lama pelayan memberikan bungkusan kepada tuan Riyan.
"pesanan papa sudah dapat, papa pulang dulu, oh ya walaupun kamu mau hidup mandiri setidaknya sesekali pulang kerumah biar mama nggak khawatir". ucap tuan Riyan seraya berdiri dari tempat duduknya.
" iya hati-hati pa" ucap Rey.
Rey menghembuskan nafas lega begitupun Dina, setelah tuan Riyan sudah pergi Rey menyuruh Dina untuk keluar dari persembunyian, dengan kaki yang sudah kesemutan dan juga tangannya yang merah ia keluar dari kolong meja, sementara Rey yang melihat Dina hanya bisa menyuruhnya untuk sabar.
sehingga membuat dadakuu sakit.