Kisah sang Gigolo

Hari ini jadwalku lumayan padat karena harus melayani 2 tamu.

1 tamu minta untuk di temani karaoke saja. Dan malamnya ada tamu yang meminta untuk di temani pertempuran.

" Yang nemenin karaoke perlu bertempur juga apa cuma pegang pegang aja? " Tanyaku pada Alrik ketika ia menjemput aku di sekolah.

" Biasanya si tante cuma minta di mainin aja, tapi lo bawa pengaman aja buat jaga jaga. Takut takut di jadi tinggi dan mau bertempur "

Lokasi pertama di karaoke sebuah mall besar. Menurut cerita Alrik, si tante ini suka sesuatu yang memicu adrenalin. Terakhir kali ia minta di temani untuk bertempur outdoor di ruang terbuka di sebuah villa.

Waktu itu dia sudah meminta aku untuk menemaninya, tapi karena aku masih sekolah jadi di gantikan oleh yang lain.

Dan hari ini dia meminta ku lagi, dan minta di layani di room karaoke, dan setahuku ini family karaoke yang cukup ramai di kota bandung.

Bagaimana jika ada yang salah masuk room dan kami sedang melakukan pertempuran. Tapi karena bayarannya lumayan besar karena resikonya pun besar, aku mengambil pekerjaan ini.

Malamnya tante kedua yaitu Tante Sonya, minta di temani bertempur di villa pribadi miliknya.

Kalo dari foto dan biodata yang Alrik berikan, kedua tante ini masih belum terlalu tua, sekitar 40 tahun.

Setelah mandi dan berganti kostum aku diantar Alrik langsung menuju ke mall tempat janjian pertama dengan si tante satu yaitu Tante Nike.

Tante sudah ada di small room. Gila rutuk ku, small room ini benar benar kecil tempatnya, dan jika ada yang membuka pintu kita pasti bisa saling pandang pandangan mata saking kecilnya.

Memang benar benar memacu adrenalin. Aku jadi penasaran Tante Nike seperti apa orangnya.

Aku sudah tiba si ruangan yang Tante maksud. Ku ketuk pintunya, dan langsung masuk.

Tante Nike sedang bernyanyi dan dengan gerakan tangan dia meminta aku duduk.

Aku duduk dan mendengarkan Tante Nike bernyanyi yang mana suaranya lumayan enak.

Tante Nike ini rambutnya pendek sebahu, cantik, masih terlihat seperti umur tiga puluhan, sambil bernyanyi dia sambil menghisap rokok di tangan kirinya.

Sepintas Tante Nike terlihat tomboy, tidak heran kalo dia suka hal yang memacu adrenalin.

Selesai bernyanyi Tante Nike langsung minum dan menyapaku.

" Akhirnya kita ketemu ya Wil, saya udah minta kamu dari kapan tapi si Richard ga ngasih ngasih " Richard adalah nama samaran Alrik.

" Langsung aja deh, saya ngeliat kamu makin tinggi. Kamu persis seperti di foto ya ganteng " Tante Nike sepertinya bukan orang yang suka berbasa basi.

Dia memilih lagu rock dan sambil bernyanyi aku mulai menjelajahinya.

Aku tiup telinga dan lehernya sambil tanganku menjelajah ke dua gunung, dan Tante Nike mulai mendesyah.

Bibir dan gunung pun bertemu, lama aku bertemu dengan gunung sambil tanganku menuju ke goa yang masih di bungkus.

Kuraba dari luar goa yang sudah mulai banjir, pisang ambonku sudah meronta ronta.

Tante nike meletakan mic di meja, membiarkan alunan ragu rock mengalun menambah suasana menjadi panas.

Sebelum pisang ambon memakai pengaman, Tante nike mau mencobanya.

Dia mencoba pisang dengan sangat ganas. Diputar ke kiri dan ke kanan, ke atas dan kebawah bahkan lato lato pun dia coba.

Benar benar panas sekali pertempuran ini. Sambil sesekali melihat pintu aku menggempur goa itu dengan pisang ambon yang sudah tegak berdiri.

Bertempur bersama Tante Nike lumayan memberikan pengalaman baru untukku.

Ini pertama kalinya aku melakukan pertempuran di tempat unum dan di temani musik rock.

Musik rock membuat jantungku berdegup tambah kencang dan membuat pertempuran semakin panas.

Sekitar lima belas menit kami bertempur sampai kami berdua mencapai puncaknya.

Wow mungkin ini pertama kalinya juga aku merasakan puncak seolah olah semua hormon dopamin dan endorfin ku keluar bersamaan dan membuat tubuhku bergetar.

Setelah pertempuran itu aku benar benar lemas dan juga rileks.

Tante Nike tidak melanjutkan karaokenya " Lemes banget saya, tadi hot banget deh Will ampun deh saya " Puji Tante Nike.

" Saya mau pulang aja kayanya Will, kamu mau saya anter kemana? "

" Ga usah Tante, nanti aku di jemput Richard "

" Oke kalo gitu saya duluan ya, makasih loh Will saya udah di bikin lemas " Dan Tante Nike pin meninggalkan aku di ruang karaoke ini.

Sebelum menemui Alrik di lobby, aku membersihkan diriku di toilet karaoke.

Untung saja aku membawa baju ganti, karena baju yang aku pakai sudah basah dengan keringat.

Aku mengirim pesan kepada Alrik kalau aku sudah selesai dan memintanya untuk menjemput aku di lobby mall.

Jam sudah menunjukan pukul empat sore kami berdua menuju villa pribadi milik Tante Sonya.

" Tumben nih Tante Sonya ga bisa di hubungin , padahal 1 jam yang lalu masih mehubungi gue "

Menurut google maps, dua puluh menit lagi kami akan tiba si villa.

" Terus gimana Rik? "

" Gue mau langsung masuk takutnya dia ketauan sama suaminya atau gimana, bisa bahaya buat kita "

Kamipun sepakat nanti jika tiba di Villa untuk tidak langsung masuk tapi menunggu di luar dulu sampai Tante Sonya membalas pesan kami.

Namun begitu kami tiba di Villa, asa mobil ambulan dan mobil polisi terparkir di depan Villa.

Alrik sengaja parkir maju beberapa meter dari villa untuk mengetahui ada kejadian apa.

Kami turun dari mobil dan sudah ada beberapa masyarakat sekitar yang berkumpul di depan villa.

Setelah bertanya tanya, ternyata Tante Sonya di temukan meninggal dunia oleh pembantunya di kamar pribadi Tante Sonya.

Penyebab kematiannya masih menurut masyarakat sekitar, dikarenakan terjatuh pada saat keluar dari kamar mandi dan kepalanya membentur pinggir pintu.

Aku dan Alrik terkejut sekaligus takut mendengar kabar itu.

Kami langsung kembali ke mobil dan mengecek mutasi rekeningnya untuk mengecek apakah Tante Sonya mentransfer uang menggunakan rekening pribadinya atau lewat orang lain.

Untungnya setelah si cek rekening pengirim bukan dari rekening pribadi si Tante, karena jika dari pribadi si Tante, Alrik takut akan diperiksa oleh polisi karen nominal uang keluarnya cukup besar.

Alrik langsung membawa mobilnya untuk pergi dari Vila Tante Sonya untuk mengantarku pulang.

" Kayanya mulai besok gue ganti nomor deh, takut banget gue kalo polisi sampe nanya nanya "

Alrik masih panik dengan meninggalnya Tante Sonya.

" Jangan Rik, kalo lo ganti nomor lo malah di curigai nanti. Sekarang lo tenang dulu, besok coba kita diskusi sama anak anak di tempat Gym, oke? "

Alrik pun setuju dengan saranku dan sudah mulai tenang menyetir mobilnya.