Kedatangan teman lama yang tiba-tiba membuat Aruna sangat terkejut. Rasa iba Aruna terhadap teman lama nya membuka kesempatan hubungan antara suami dan teman lamanya.
Bagaimana kah kisah antara Aruna, suami, dan teman lamanya?
Follow IG @wind.rahma
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wind Rahma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Merasa Segan
"Hai, sayang .." sapa Aruna begitu ia keluar dari resto tempatnya bekerja, dan mendapati suaminya tengah menunggu di depan body mobil.
"Hai .. Kenapa lama sekali?"
"Maaf, ya. Tadi aku di minta untuk membersihkan piring yang kotor. Dan jumlahnya lumayan banyak," jelas Aruna.
"Bukankah sudah ada bagian nya?"
"Iya, tapi tadi dia sakit. Jadi pulang lebih awal. Maka dari itu aku yang harus menggantikannya."
Abian mengusap lengan Aruna. "Kau pasti sangat lelah. Kau sudah makan?"
Aruna menggeleng. "Belum."
"Kita makan dulu sebelum pulang, ya."
"Elona bagaimana? Apa Elona juga sudah makan?" tanya Aruna memastikan.
"Sudah."
"Baguslah."
"Ayo, nanti kita kemalaman."
"Iya."
Abian membukakan pintu mobil samping untuk Aruna, setelah itu barulah dia masuk ke dalam jok bagian kemudi.
"Ah ya, Elona tadi bilang teman mu mengajarinya belajar di rumah. Elona merasa senang," ujar Abian saat mereka dalam perjalanan.
"Iya, jadi Ziva ini sebelumnya pernah menjadi seorang guru. Maka dari itu dia menawarkan diri untuk mengajar Elona di rumah sebagai balas budi karena kita sudah memberinya tumpangan tempat tinggal," jelas Aruna.
"Memangnya dia akan seberapa lama tinggal di rumah kita?"
Aruna mengangkat bahunya. "Aku tidak tahu. Ziva sudah menceritakan permasalahannya padaku tadi. Katanya dia mengalami kekerasan dalam rumah tangga. Dan dia yakin suaminya sekarang pasti sedang mencari keberadaannya. Dia akan pergi dari rumah kita setelah dia merasa cukup aman."
"Itu artinya dia akan lama tinggal di rumah kita."
"Iya. Apa kau keberatan?"
"Tidak. Tapi kau yakin dia teman yang baik?"
"Tentu. Aku sudah berteman dengan Ziva sejak lama. Jadi aku yakin kalau dia tidak mungkin macam-macam," jawab Aruna cukup yakin.
Abian memandang Ziva untuk seperkian detik, Aruna begitu yakin dengan ucapannya. Mengingatkan Abian dengan kejadian tadi saat teman istrinya itu mengusap dadanya meski itu bermaksud untuk membersihkan noda minuman.
Abian segera menepis pemikiran itu, ia berharap apa yang di katakan istrinya benar. Jika Ziva tidak akan pernah macam-macam.
***
Sementara di rumah, usai menidurkan Elona, Ziva tidak segera pindah ke kamarnya. Ia ingin saat tuan rumah datang terutama Abian, mereka melihat ia ketiduran di sana. Agar mereka menganggap jika ia begitu sayang terhadap Elona.
Tapi sudah satu jam lebih, mereka belum juga pulang.
"Sabar, Ziva. Kau harus tenang, mereka sebentar lagi pasti akan pulang."
Ziva menghirup napas panjang, menghembuskannya secara perlahan. Berusaha mengontrol diri agar tidak cepat emosi.
Jarum jam terus berputar. Tiga puluh menit sudah berlalu. Tiga puluh menit berikutnya pun sudah berlalu. Itu artinya, Ziva sudah menunggu selama dua jam. Kesabarannya hampir habis, ia putuskan untuk kembali saja ke kamar.
Baru saja ia memutuskan bangun dari lantai samping tempat tidur Elona, suara mobil yang memasuki halaman terdengar.
"Itu pasti mereka," pikir Ziva.
Ia mengurungkan niat untuk kembali ke kamar, dengan cepat ia kembali ke posisi semula. Yaitu duduk di lantai dengan tangan yang di lipat di atas tempat tidur Elona sebagai bantalan.
Di ruang tamu, Aruna mengurungkan niatnya untuk langsung ke kamar.
"Aku ingin menemui Elona sebentar," pinta Aruna pada Abian.
"Iya, aku juga. Ayo."
Keduanya pun memutuskan untuk pergi ke kamar putri mereka. Mereka terkejut saat mendapati Ziva masih ada di sana dan tertidur dengan posisi duduk di lantai.
"Ah ya ampun, Ziva .."
Aruna bergegas masuk ke dalam, ia merasa segan dengan temannya. Ia segera bangunkan wanita itu.
"Ziva .. Va .. Ziva .." Aruna menepok-nepok baju temannya pelan.
Ziva pun membuka matanya. Dia tampak kaget begitu melihat Aruna dan Abian ada di sana.
"Ah ya ampun, aku ketiduran .." ujarnya dengan cepat ia bangun dan berdiri.
"Maaf Aruna, aku ketiduran di kamar putrimu," ucap Ziva kemudian.
"Tidak, Ziva. Aku yang seharusnya meminta maaf padamu. Terima kasih sudah menjaga dan menidurkan Elona," ucap Aruna.
"Iya, tidak masalah. Kalau begitu aku permisi ke kamar, ya," pamit Ziva.
Wanita itu melipir pergi, dia memberi seulas senyum begitu berjalan melewati Abian. Pria itu segera memalingkan wajah, takut jika Aruna sampai melihatnya.
"Aku merasa segan dengan Ziva. Dia baik sekali," ucap Aruna.
Aruna berjalan menghampiri putrinya dan memberi sebuah kecupan hangat di kening bocah itu.
"Mimpi indah, sayang .." ucap Aruna kemudian.
Setelah itu, giliran Abian yang mencium kening putrinya. Kemudian mereka memutuskan untuk keluar dari sana, takut jika Elona sampai terbangun dari tidur pulasnya.
Sementara di kamar tamu, Ziva tengah bersorak gembira lantaran rencananya berhasil.
"Sekarang Aruna pasti merasa segan denganku, begipula dengan Abian. Abian pasti akan merasa kagum denganku," ujarnya.
"Aku harus bergerak cepat, aku tidak ingin terlalu membuang-buang waktu. Tapi aku juga harus hati-hati. Jangan sampai pergerakan aku membuat aku harus angkat kaki dari rumah ini. Jangan sampai."
Ziva tampak sedang memikirkan sesuatu yang akan menjadi rencana berikutnya. Setelah itu, dia memutuskan untuk tidur.
_Bersambung_