NovelToon NovelToon
Ciuman Sang Mafia

Ciuman Sang Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Mafia
Popularitas:6.5k
Nilai: 5
Nama Author: Bakwanmanis#23

Nayla Arensia hanyalah gadis biasa di kota Valmora hingga suatu malam, dua pria berpakaian hitam datang mengetuk pintunya. Mereka bukan polisi, bukan tamu. Mereka adalah utusan Adrian Valente, bos mafia paling kejam di kota itu.

Ayah Nayla kabur membawa hutang seratus ribu euro. Sebagai gantinya, Nayla harus tinggal di rumah sang mafia... sebagai jaminan.

Namun Adrian bukan pria biasa. Tatapannya dingin, kata-katanya tajam, dan masa lalunya gelap. Tapi jauh di balik dinginnya, tersembunyi luka yang belum sembuh dan Nayla perlahan menjadi kunci untuk membuka sisi manusiawinya.

Tapi bisakah cinta tumbuh dari ancaman dan rasa takut?
Atau justru Nayla akan hancur sebelum sempat menyentuh hatinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bakwanmanis#23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10: Luka yang Tak Terucap

Hujan turun deras malam itu. Di luar jendela kaca apartemen Adrian, petir menyambar langit gelap seperti amarah yang tak kunjung padam. Nayla berdiri membelakangi pintu kamar, menatap ke luar, diam. Matanya basah, bukan karena cuaca... tapi karena hatinya pecah dalam diam.

Adrian masuk dengan langkah berat. Tubuhnya basah kuyup, jasnya meneteskan air. Matanya langsung menangkap punggung Nayla. Ia ingin memeluknya, menenangkannya, tapi untuk pertama kalinya… dia ragu.

“Nayla... kenapa tidak mengangkat teleponku?” tanyanya pelan, suaranya serak.

“Aku tidak tahu harus bicara apa,” jawab Nayla tanpa menoleh.

“Aku mencarimu ke mana-mana. Kau pergi tanpa bilang sepatah kata pun..”

“Aku butuh waktu,” potong Nayla, suaranya bergetar. “Waktu untuk bertanya pada diriku sendiri... apa aku bodoh karena mencintaimu, atau hanya terlalu berharap kau mencintaiku dengan cara yang berbeda.”

Adrian terdiam. Nayla berbalik, matanya merah, napasnya tak beraturan.

“Kau selalu berkata akan melindungiku. Tapi kau juga selalu menyakitiku. Kau bilang aku segalanya bagimu, tapi dalam setiap keputusanmu... aku selalu jadi pilihan terakhir.”

Adrian mendekat. “Itu tidak benar. Aku mencintaimu, Nayla. Dengan seluruh nafas yang aku punya.”

“Kalau mencintaiku, kenapa kau masih sembunyikan semuanya? Tentang siapa yang membunuh keluargaku, tentang masa lalumu dengan perempuan itu, tentang ancaman yang semakin dekat! Kau mempercayai pistolmu lebih dari hatimu.”

Adrian menghela napas panjang, lalu duduk di sofa, menunduk. “Karena... kalau aku jujur padamu, Nayla... kau akan membenciku.”

Nayla menatapnya, menahan tangis. “Lebih menyakitkan dibohongi orang yang kita percaya... daripada ditusuk musuh sendiri.”

Adrian perlahan menatapnya, matanya merah. “Baik. Kalau itu yang kau mau, aku akan jujur. Aku tahu siapa dalang pembunuhan orang tuamu. Itu bukan Dmitri. Itu... ayahku.”

Nayla terpaku.

“Dia menyuruh membunuh ayahmu karena proyek bisnis. Ibuku tahu, dan dia mencoba menghentikannya. Tapi saat itu aku masih remaja. Aku tak bisa berbuat apa-apa.”

Suasana seketika sunyi. Yang terdengar hanya detak jam di dinding dan derasnya hujan.

Nayla terdiam lama, tubuhnya gemetar. “Kau tahu semua ini selama ini... dan kau memilih untuk mencintaiku?”

“Aku tidak memilih jatuh cinta padamu, Nayla. Itu terjadi begitu saja. Dan saat aku sadar, aku sudah terlalu dalam untuk mundur. Aku ingin menebus semuanya. Aku ingin melindungimu dari keburukan yang diwariskan oleh darahku sendiri.”

Nayla menahan isak. Ia berbalik, menyandarkan punggung ke jendela, air mata mengalir deras.

“Aku membenci ayahmu... Tapi aku tidak bisa membencimu,” ucapnya lirih.

Adrian bangkit, berjalan mendekat. “Aku tidak sempurna, Nayla. Tapi aku mencintaimu dengan cara yang tidak akan pernah bisa aku jelaskan. Aku rela kehilangan segalanya... asalkan tidak kehilanganmu.”

“Tapi kau sudah kehilangan aku, Adrian,” jawab Nayla, hampir berbisik.

Adrian berhenti. Dunia seolah berhenti bersamanya. Kata-kata Nayla menusuk lebih dalam dari peluru.

“Lalu... apa ini akhir kita?” tanyanya dengan suara berat.

Nayla menatapnya. Mata mereka bertemu penuh luka, cinta, dan kemarahan yang tak terbendung. Lalu ia menggeleng pelan.

“Bukan akhir. Tapi mungkin... ini waktu untuk memberi ruang. Untuk saling menyembuhkan. Karena cinta tanpa kepercayaan... hanya akan saling melukai.”

Adrian mengangguk pelan, meski jelas dalam hatinya ia menolak. Ia ingin memeluknya, mencium keningnya, mengatakan bahwa ia akan berubah. Tapi Nayla sudah melangkah ke pintu.

“Aku butuh waktu, Adrian. Dan kau juga.”

Pintu ditutup perlahan. Tak ada bentakan. Tak ada amarah. Tapi rasa kehilangan itu jauh lebih menusuk daripada perpisahan yang penuh keributan.

Adrian menatap pintu kosong. Kemudian, seperti menyadari kenyataan yang baru saja terjadi, ia berlutut dan untuk pertama kalinya dalam hidupnya... Adrian menangis.

Tak ada peluru. Tak ada darah. Tapi luka hati yang baru saja mengoyaknya... membuatnya hampir tak sanggup bernapas.

1
Pa'tam
Sayangnya sudah segitu banyak bab nya tidak di kontrak. Harusnya di bab 20 sudah ajukan kontrak biar dapat bab terbaik dan dapat reward kontrak.
Pa'tam: Iya, aku juga masih perlu banyak belajar dan terus belajar.
Bolang2: siap, jangan lupa dukung novelku uhuy, masih pemula/Facepalm/
total 4 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!