NovelToon NovelToon
Debar Indah Untukmu Tuan Penolongku

Debar Indah Untukmu Tuan Penolongku

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Cinta Seiring Waktu / Enemy to Lovers
Popularitas:216
Nilai: 5
Nama Author: ewie_srt

zahratunnisa, gadis berparas ayu yang sedang menempuh pendidikan di Dubai sebuah musibah menimpanya, hingga akhirnya terdampar di amerika.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ewie_srt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

sepuluh

"kalau aku jadi kamu ra, aku terima lamaran pangeran ommar, punya kakak madu seperti putri latifa yang baik hati seperti itu langka tahu?" kata adiba dengan semangat dan wajah berbinarnya, langkah kaki mereka terlihat serentak kompak.

Zahra tetap melangkah, tanpa menyahuti kata-kata adiba. Putri latifa memang terlihat baik, namun hati zahra tetap merasakan was-was terhadap sikap baik putri itu. Entah hanya karena rasa takutnya atau apalah, tapi zahra merasa putri itu sedikit mencurigakan.

"kamu emang sama sekali tak mau mempertimbangkan lamaran pangeran ommar ra.."

"iya.." sahut zara singkat, ia meraih handle pintu kamar,

"aku tetap pada prinsipku adiba, aku tak mau berbagi cinta atau suami pada siapapun"

Zahra melangkah masuk, membuka sandalnya. Tangannya membuka jilbab dan menyampirkan di atas ranjangnya.

Adiba yang langsung duduk di lantai, terlihat bingung, namun gadis hitam manis itu mengangguk, ia meluruskan pinggangnya yang terasa kaku.

"jadi kapan kamu ketemuan dengan pangeran itu?,jangan sampai istri keduanya nyamperin kamu kemari duluan, mendengar cerita putri latifa tadi, aku yakin istri kedua pangeran ommar itu pasti berbahaya"

Adiba bergidik ngeri, membayangkan entah apa. Zahra hanya mengedikkan bahunya, terkadang teman sekamarnya itu sedikit absurd dengan pikirannya sendiri.

"ra, kamu nggak mandi?sebentar lagi maghrib"

Zahra mengangguk, menyambar handuknya dari gantungan.

"aku duluan yah"

#####

Zahra menatap layar ponselnya lama, pesan dari nomor tak disimpan itu, membuat jantungnya berdegub kencang.

Zahra sudah yakin pesan itu dari istri kedua ommar, sekarang zahra kebingungan dalam kekalutannya.

"aduh gimana nih?, aku balas apa nih" gumamnya risau, adiba yang sedang fokus mendengarkan dosen,menoleh heran.

"kamu ngomong apa?"

Zahra tersentak,ia tersenyum menggeleng. Tanpa sadar tadi ia menggumam dengan bahasa Indonesia. Zahra memilih mengabaikan pesan chat tersebut, ia fokus menatap dosen yang menjelaskan materi siang itu.

"kamu tadi kenapa ra?" tanya adiba penasaran, ketika mereka istirahat makan di kantin,

"ahhhh...iya..." zahra mengeluarkan ponselnya dari saku roknya, membuka roomchat dan memberikan pada adiba.

Adiba membaca dengan wajah memias, matanya memicing,

"pesan ini pasti dari putri amira ra, gimana tuh?"

Zahra mengangguk setuju,

"aku juga yakin itu dari istri kedua pangeran ommar, bagaimana menurutmu? Apakah aku harus menerima ajakannya bertemu?"

Adiba mengedikkan bahunya bingung, ia menyerahkan ponsel itu ke zahra,

"apapun keputusanmu, jika kamu mau menemui putri amira, aku akan menemanimu"

Zahra meraih jemari adiba, meremasnya hangat penuh terima kasih. Tak dapat ia bayangkan seandainya saja zahra tak memiliki sahabat seperti adiba di perantauannya ini, entah bagaimana lah hidupnya sekarang.

Adiba dan zahra tersentak kaget, ketika ponsel zahra berdering, zahra menatap layar ponselnya, nomor yang ia yakini milik istri kedua pangeran ommar itu masuk memanggilnya.

Tangannya bergetar, menggulir panggilan itu ke mode terima,

"assalamualaikum..." sapa zahra sopan,

["waalaikumussalam.."] jawab suara lembut dari seberang.

["benarkah ini nomornya zahra?"] tanya suara lembut itu lagi dengan bahasa inggris yang cukup fasih.

"ya benar.."

["alhamdulillah.."] terdengar hembusan nafas lega dari suara merdu itu.

["saya takut salah nomor, sebab pesan saya tidak kamu balas"]

"maaf.." pinta zahra dengan tak enak hati.

"tadi saya sedang ada kelas.."

["ohh..maafkan saya yah!, apakah panggilan ini menganggu?"] tanya wanita bersuara lembut yang zahra yakini adalah istri kedua ommar itu.

"tidak..." geleng zahra cepat, walau ia tahu gelengannya itu tak mungkin terlihat oleh wanita yang sedang meneleponnya itu.

"kelas saya sudah selesai.."

["bisakah kita bertemu zahra?, kamu sudah bisa menduga siapa sayakan?"]

Lagi-lagi zahra mengangguk, adiba yang duduk di hadapannya,menatapnya tanpa bergeming sedikitpun, wajah manis gadis tunisia itu terlihat sangat fokus dan serius.

"dengan putri amirakan?"

["ya..benar"]

"baiklah putri, share saja tempatnya, insya Allah saya akan datang" ujar zahra menutup pembicaraan mereka.

"sepertinya putri amira juga lembut yah?" tanya adiba penasaran, wajahnya terlihat sangat bingung.

"tidak seperti cerita putri latifa tempo hari"

Zahra juga heran, cerita putri latifa tidak sesuai dengan kenyataan, walaupun ia belum bertemu langsung dengan istri kedua ommar itu, dari suara dan tutur katanya, sepertinya putri amira tidak seperti yang putri latifa ceritakan.

"ra, gimana nih?sepertinya kamu harus sesegera mungkin ketemu dengan pangeran ommar, apalagi besok kamu harus sudah menjawabnya kan?"

Zahra mengangguk, ia menatap adiba yang sedang menatapnya balik.

"temani aku sore ini yah, aku tadi sudah mengirim pesan pada beliau, dan pangeran ommar setuju"

"sip" gadis tunisia itu menunjukkan jempolnya tanda setuju.

Sore hari selepas salat ashar, zahra dan adiba sudah menunggu di cafe tempat dimana pangeran ommar pertama kali mengajaknya bertemu,

Gadis berhijab lebar itu, mengenakan rok berwarna maroon dengan tunik batik, badannya yang mungil, membuat zahra seperti anak abg di sisi adiba yang tinggi besar.

Mereka disambut seorang pria yqng zahra tahu adalah ajudan pangeran ommar, pria itu menunjukkan tempat yang sama dimana mereka pertama kali ke situ.

Gadis itu mengangguk sopan, saat memasuki ruangan dimana ia disambut senyum manis ommar.

Wajah tampan pria itu terlihat berbinar, mengamati zahra yang terlihat sungkan, gadis cantik itu duduk di hadapannya dengan senyum manis.

"apa kabar zahra?"

Zahra tersenyum ramah, kepalanya menunduk sopan,

"alhamdulillah, sehat dan baik"

Pangeran ommar juga mengangguk ramah pada adiba yang menatapnya tak berkedip,

"kalian pesan apa?" tanyanya ramah, saat pelayan datang hendak melayani mereka,

Zahra hendak menolak, ia tak ingin berlama-lama di dekat pangeran ommar, namun lagi-lagi, gadis manis di sisinya itu dengan santai menyambar daftar menu dari tangan pelayan dan memesan makanan untuk mereka berdua.

Zahra menghembuskan nafasnya, dan hembusan itu terdengar berat. Ia melirik adiba yang terlihat tak perduli, gadis itu hanya cengengesan.

"padahal besok baru 1 minggu dari waktu yang kamu minta, kenapa kamu mengajak ketemuan hari ini?" tanya pangeran ommar menatap zahra penuh tanya, senyum manis tetap terlihat di wajah tampan luar biasanya itu.

"anu.., ommar..!" zahra merasa gugup, ada rasa tak tega ingin menyampaikan jawabannya. Mata hazel pria yang menatapnya itu terlihat penuh harap.

"sepertinya aku tidak bisa menerima lamaranmu.."

Ommar terbelalak, mulutnya ternganga tak percaya,

"boleh aku tahu alasannya?"

Zahra menunduk tak enak hati,

"istrimu..!" jawabnya singkat.

Ommar menghela nafasnya yang terasa berat, ia mengamati zahra yang tertunduk. Ia tahu gadis cantik yang duduk tertunduk di hadapannya,menolaknya bukan karena tak menyukainya.

"zahra..!" panggil ommar lembut, panggilan itu membuat zahra mendongakkan kepalanya.

"jika aku menceraikan mereka berdua, maukah kamu menerima lamaranku dan menjadi istriku?"

Zahra terperanjat tak percaya, matanya membola sempurna. Ia sangat terkejut mendengar ucapan pangeran ommar barusan, sebegitu inginnya kah pria ini memperistrinya, sampai ia tega menceraikan istri-istrinya.

"aku benar-benar menyukaimu zahra, tidak...sepertinya aku benar-benar jatuh cinta padamu, kumohon pikirkan matang-matang zahra, aku akan melakukan apapun, asal kamu mau menerima lamaranku ini"

Zahra terperangah, ucapan pangeran ommar membuatnya tak mampu berkata-kata. Hal yang paling ditakutkan dalam hidupnya adalah menjadi perusak dalam rumah tangga orang lain.

"pangeran.." panggil zahra, setelah menetralkan rasa kaget luar biasanya,

"kumohon zahra, pertimbangkan lagi" mata pria itu mengerjab indah penuh harap, zahra sampai melengos karenanya. Wajah itu terlalu tampan untuk diabaikan.

Bersambung...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!