MAWAR MILIK TUAN MUDA

Sementara di tempat lain, tepatnya di sebuah cafe di bagian paling pojok, sepasang manusia sedang beradu pandang. Yang perempuan nampak kesal namun yang laki laki tak menunjukkan wajah berdosa.

"Mas Dika.?" Ucap perempuan itu sembari melipat tangannya.

"Hmmm..? Kenapa lagi.?" Jawab laki laki itu.

"Kenapa.? jadi dari tadi aku protes benar benar nggak ada gunanya sama sekali.."

"Ya bukan begitu.? maksud aku.." Jawab laki laki itu gusar.

"Terus maksud kamu apa.? kamu akan terus menggantung hubungan seperti ini.?" Tanya perempuan itu dengan nada yang sudah mulai meninggi.

"Nggak Sin, serius."

"Mas Dika selalu maksa ngajak jalan, aku deket sama teman kampus mas Dika marah marah, tapi kalau jalan bareng, mas Dika lebih kaya patung banyak diemnya."

"Kita makan dulu yah.?"

"Siapa yang lagi minta makan.?" Ucap Sinta spontan hingga beberapa pengunjung sontak menoleh ke arah mereka.

"Jangan marah dong, maaf, udah ya jangan marah.?" Ucap Dika pelan dengan menunjukkan senyum manisnya. Sinta hnya mendengus kesal.

"Udahlah mending aku pulang." Ucap Sinta sembari beranjak membuat Dika terkesiap. Sinta mulai melangkah, namun baru saja beberapa langkah, tangannya ada yang menariknya secars keras hingga dia seketika membalikkan badannya dan

Grepp..

Dia jatuh dalam pelukan seorang pemuda tampan yang sedari tadi bersamanya. Laki laki itu memeluknya erat erat. Berharap perempuan di dekapannya tenang dan tidak meninggalkannya.

Dan semua mata seperti terhipnotis, serentak menatap kejadian di tempat yang sama. Ada yang iri, banyak juga yang terbawa suasana, menurut mereka, sepasang manusia itu terlihat sangat romantis

"Lepas mas, malu ih,"

"Nggak mau, nanti kamu pergi.."

"Nggak, lepas ih mas, malu itu diliatin.."

"Biarin, daripada kamu pergi mending kaya gini.."

"Siapa yang akan pergi.?"

"Jangan bohong, barusan aja mau pergi.."

"Ya lagian, siapa suruh mas Dika ngeselin.."

"Ya maaf, aku kan adanya kaya gini, suka bingung kalau ngomong sama cewek yang aku suka. aku nggak kaya Damar atau Aldi."

"Ya belajar dong sama mereka, biar perempuan yang mas Dika suka tu nggak pergi.."

"Aku nggak akan membiarkan kamu pergi, kalau perlu kita nikah secepatnya ya.?"

"Mana bisa, aku nggak mau ngecewain Om Kusuma, dia udah banyak membantuku."

"Yang penting kamu jangan berpikiran untuk pergi dari pria yang banyak kekurangan ini. atau kamu mau mendengar berita pria bunuh diri.?"

Bugghh..!!!!

Sinta memukul punggung Dika.

"Kalau ngomong tuh ya.?"

"Ya makanya, jangan berpikiran pergi jauh."

"Tau ah, ini lepas dong, malu tau dilihatin.."

"Nggak mau.."

"Astaga.." Dan mereka pun tetap berdebat sembari berpelukan seperti tak peduli dengan orang sekitar.

Sementara perdebatan juga terjadi antara sepasang manusia di dalam sebuah mobil.

"Serius, aku ngga ada hubungan apa apa sama Novi, dianya aja yang mudah baper dan kepedean.." Ucap Laki laki yang wajahnya nampak sudah kehabisan akal mencari alasan.

"Ngga usah pake alasan pak, gimana dia nggak baper kalau laki lakinya nggak genit, tiap cewek di godain, ke kampus sukanya tebar pesona, semua cewek disapa di genitin. kalau ada yang hamil dan ngaku anak kamu, baru tahu rasa.."

"Amit amit aku ngehamilin anak orang, aku mungkin laki laki brengsek tapi aku paling anti hubungan ranjang sebelum halal, aku juga tahu agama meski ibadahku banyak yang berlobang.."

"Eh ya kali aja, hati orang kan nggak tahu, kali aja bibirnya ngomong A hatinya ngomong B,."

"Tapi bibir dan hatiku kan cuma ada nama adiknya Mawar, bahkan dalam doa setelah sujudku.."

"Hhahha doa setelah sujud, playboy kalau gombal emang paling bisa yah.."

"Tapi playboy kalau sudah ada satu nama di hatinya tuh berarti play boy itu sangat serius,"

"Satu nama.? Hahahha, ada Novi, mela, Dita, Lidia, Sania, dan..."

Ucapan perempuan itu terpotong saat tiba tiba ada tangan yang memegang kepalanya bagian belakang dan mendorongnya ke arah laki laki di sebelahnya kemudian

Cuuppp

Bibir mereka bertemu.

Sesaat suasana mendadak hening, namun beberapa saa kemudian sang perempuan seketika membelalak dan dan mendorong tubuh laki laki itu.

"Ah sialan, laki laki brengsek, kurang ajar," Maki perempuan itu sambil memukul mukul lengan laki laki di sebelahnya. "Kamu pikir aku cewek gampangan apa hah.!!!" Si cewek murka sembari menangis, diapun segera keluar dari mobil yang memang terparkir di taman kota yang nampak ramai.

Sang laki laki seketika bereaksi, dengan cepat dia beranjak menyusul perempuan itu dan setelah dekat, dia segera membalikkan badan sang perempuan dan mendekapnya.

"Lepas..!!!" Teriak perempuan itu.

"Teriaklah, semakin kamu teriak dan banyak bergerak maka pelukan ini akan semakin kencang memelukmu."

Perempuan itu terus memberontak hingga lambat laun gerakan tubuhnya berangsur melemah, melemah dan diam.

"Maaf, aku tak pernah ada niat melecehkanmu Mit, aku cuma ingin kamu tahu, satu nama perempuan yang hanya ada dalam hatiku. Dan aku sungguh sungguh dengan perempuan itu, aku harap kamu tahu Mita." Ucap laki laki itu masih dengan mendekap tubuh Mita dan membenamkan kepala mita di dada bidangnya.

Dan disalah satu komplek perumahan, seroang pria yang sedang asyik berjalan kaki dengan menenteng tas plastik bermerk JuliMart, tiba tiba dikejutkan dengan munculnya sosok perempuan yang nampak panik berlari ke arahnya.

"Kamu..?"

"Pak Bagas.?"

"Apa yang kamu lakukan.?"

"Tolong aku pak Bagas, tolong aku.." Ucap perempuan itu dengan panik.

"Iya, tenang dulu, tenang, ada apa.?"

"Tolong aku pak, tolong sembunyikan aku, "

"Iya kamu tenang dulu dong, ada apa ini sebenarnya.? bukankah kamu tadi di kantor baik baik saja.?"

"Aku mau di dijodohkan oleh ibu tiriku pak Bagas, aku ngga mau, aku ngga mau jadi istri ke empat pak Bagas, tolong selamatkan aku, "

"Apa.?"

"Tolong aku pak.? aku butuh tempat sembunyi.."

Namun tiba tiba dari kejauhan terdengar suara.

"Kemana anak sialan itu.? Cari cepat sampai ketemu, di kasih enak malah main kabur aja, dasar anak ngga tau di untung."

Perempuan itu pun makin panik mendengar suara itu, dia bingung dan berpikir cepat. Sedangkan Bagas, dia juga bingung nggak tahu harus berbuat apa,

Perempuan itu melihat tembok yang lumayan gelap dengan dedaunan diatasnya. Dia seketika menarik tangan Bagas menuju kesana.

"Aku pinjam badan pak bagas yah untuk bersembunyi, tolong pak bagas agak merapat.." Dan Bagaspun menurutinya. mereka berhadapan dengan tubuh perempuan menempel di tembok.

Suara teriakan itu semakin jelas terdengar dan sontak saja membuat sang perempuan semakin panik dan dia lagi lagi berpikir cepat.

Dilihatnya wajah pria yang sedang menatapnya bingung. Dan dia menemukan sebuah ide. Seketika dia mangangkat tangannya dan meraih kepala belakang Bagas dan mendorongnya ke depan. Bagas yang dalam keadaan tak siap, tak mampu menolak tangan yang mendorong kepalanya maju dan

Cuppp..

Bibir mereka bertemu. Mata Bagas membelalak. Jantungnya berdegup sangat cepat saat dia menyadari kini bibir sucinya telah ternoda.

"Dasar anak muda, mesum tak tahu aturan.." Umpat seorang perempuan yang tidak menyadari kalau yang berciuman adalah anak tiri yang dia cari.

@@@@@