Mengisahkan tentang seorang gadis muda yang bernama Mutiara Sanjaya atau biasa di sapa Ara, Ara adalah anak pertama dari seorang pengusaha yang cukup ternama bernama Surya Sanjaya
Ara juga mempunyai seorang adik perempuan yang bernama Berliana Sanjaya atau biasa di sapa Nana, Nana terlahir dari pernikahan papanya yang kedua. Hal tersebut bisa terjadi karena mama kandung Ara meninggal dunia saat melahirkan dirinya
Suatu malam Ara di jebak oleh mama Tania dan Nana menyebabkan dia harus kehilangan kehormatan nya dengan laki-laki yang sama sekali tidak dia kenal
Pria tersebut adalah Raditya Mahardika seorang CEO muda yang paling di segani di kota tersebut
Hasil hubungan satu malam tersebut membuat Ara mengandung seorang anak yang menjadi kekuatan bagi dirinya, di awal kehamilannya Ara pun merasa sangat terpuruk tetapi orang di sekitarnya membuat dia bangkit kembali
Apakah takdir akan mempertemukan kembali dirinya dengan sang pria pada malam itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Triana mutia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sahabat Terbaik
Ara yang sudah tidak mempunyai arah tujuan memilih untuk pergi ke rumah sahabat terbaik yang dia miliki, dari masa SMA hanya orang ini lah sahabat yang Ara miliki. Kini mereka sudah berada di dalam kamar seorang gadis yang bernama Alvira atau bisa di sapa Vira
"Kamu kenapa?" menatap tajam
"Aku ga apa kok," Ara melepaskan senyuman terbaik yang dia miliki
"Kamu tau ga kamu itu paling bodoh saat berbohong, saat kamu bilang ga ada apa-apa aku tau banget saat itu kamu lagi ada masalah" tersenyum meledek
"Kamu itu memang sahabat terbaik yang aku punya, karena aku ga pernah bisa bohong sama kamu dari dulu"
"Ga usah pake muji segala ga mempan buat aku, sekarang bilang kamu kenapa?"
"Sebelum aku cerita boleh ya aku numpang tidur di sini beberapa hari, cuma sampe aku dapat tempat kost aja kok"
"Bukan ga boleh sih, tapi apa ga akan jadi masalah sama papa kamu? kamu kan tau sendiri kalo kamu pulang telat sedikit aja bisa panjang urusannya"
Ara pun membuang napasnya dengan kasar, mencoba mengumpulkan kembali kekuatan di dalam hatinya karena dia harus menceritakan kembali tentang semua kejadian yang terjadi. Dan saat itu Vira sudah yakin masalah yang hadir di dalam hidup Ara pasti sesuatu yang berat, karena dua belum pernah melihat Ara seperti itu
"Aku udah memutuskan untuk keluar dari rumah papa," tersenyum getir
"Ga usah senyum terus kalo terpaksa kayak gitu ga enak di liatnya, kalo memang masalah kamu berat ga ada orang yang larang kamu buat nangis"
"Jangan akh sayang air mata aku"
"Kamu ga pernah berubah ya, di saat semua orang pasti akan menangis kamu akan tetap tersenyum. Tapi kamu ga akan bisa bohong sama aku Ara"
"Masih ga mau cerita apa masalah kamu?"
"Bukan ga mau cerita Vira sayang, tapi kamu harus janji dulu kamu ga boleh ketawa"
"Aku yakin cerita yang mau kamu bilang bukan cerita lucu"
"Iya aku janji ga akan ketawa," dengan yakin
Ara pun mulai bercerita di mulai dari kejadian pada malam itu dan semua kejadian yang telah terjadi di rumah papanya tanpa mentesakan air matanya sama sekali, sedangkan Vira yang hanya mendengarkan cerita dari sahabatnya itu saja sudah mulai berkaca-kaca
"Keterlaluan banget sih, pasti itu kerjaan mama tiri kamu itu sama si Nana," dengan menggebu
Vira mulai mencari di mana letak ponselnya dan sudah hendak menghubungi seseorang
"Kamu mau telpon siapa Vir?"
"Aku mau telpon kak Dion, seluruh dunia boleh ga percaya sama cerita kamu. Tapi khusus buat aku sama Dion ga boleh ga percaya sama cerita kamu"
Dengan cepat Ara langsung merebut ponsel Vira dari tangannya dan menjauhkan ponsel tersebut
"Jangan ya Vira sayang, aku ga mau punya urusan lagi sama kak Dion. Buat aku semuanya udah berakhir waktu dia bilang begitu"
"Akh!! aku jadi kesel sendiri dengar cerita kamu, ya minimal aku harus marahin dulu si Dion itu!!"
"Kak Dion ga salah kok Vir, coba kamu bayangin kalo kamu jadi dia. Apa ada laki-laki di dunia ini yang ga marah saat tau perempuan yang jadi pasangannya berhubungan intim dengan laki-laki lain?"
Vira sebenarnya tak ikhlas melepaskan Dion begitu saja, karena dia sudah menyakiti sahabatnya. Vira tak akan melarang saat mereka berdua akan mengambil keputusan untuk berpisah, tetapi setidaknya Dion tetap harus mendengarkan penjelasan Ara terlebih dahulu. Tetapi akhirnya Vira memilih untuk menghargai keputusan Ara
"Tapi apa kamu ga mau cari tau tentang laki-laki itu?"
"Buat apa?" mengerutkan keningnya
"Minimal kamu bisa minta dia untuk tanggung jawab"
"Gimana ya? aku juga bingung aku harus minta tanggung jawab apa dari dia?"
"Ya kan dia udah lakuin itu sama kamu, itu juga pertama kali kamu melakukan itu"
"Kamu tau Vir waktu aku bangun aku yakin banget kalo kamar itu bukan kamar biasa, jadi ga mungkin mama pesan kamar itu cuma buat aku istirahat. Jadi laki-laki itu ga seratus persen salah, gimana aku mau menuntut tanggung jawab dari dia?"
"Ya ampun Ara kamu kenapa bisa begini sih?"
"Aku ga apa kok Vir, makanya kalo kamu kasihan sama aku kamu harus ijinin aku tinggal beberapa hari di sini" tersenyum
"Ya kamu tenang aja nanti aku bilang sama mama"
"Makasih ya Vira sayang, kamu memang sahabat terbaik yang aku punya"
"Sekarang apa rencana kamu?"
"Aku butuh tenangin diri aku dulu Vir habis itu aku harus mulai cari kerja, kan kamu tau sendiri tabungan pribadi aku selama kerja part time ga seberapa. Tapi kamu tenang aja soalnya aku bawa ijazah aku kok"
"Ya udah sekarang kamu istirahat dulu aja, aku keluar dulu ya sekalian bilang sama mama kalo sementara kamu mau tinggal di sini"
"Kamu memang sahabat terbaik aku Vir, di saat ga ada satu pun orang yang percaya sama aku. Cuma kamu yang tetap berdiri di samping aku"
"Hem... Apa ga capek itu mulut muji orang terus? aku tinggal dulu ya," mulai bangkit dari duduknya
"Tapi Vir aku minta tolong sesuatu sama kamu"
"Apa lagi? jangan bilang kalo kamu minta temenin dulu sampe kamu tidur"
"Ya enggak lah Vir, aku cuma mau minta tolong jangan kasih tau ke siapapun termasuk kak Doni kalo aku ada di sini"
"Ya kamu tenang aja, udah tidur sana"
Vira pun memilih untuk keluar dari dalam kamar agar Ara dapat beristirahat, Vira pun langsung menuju ke kamar mamanya sedangkan Ara memilih untuk merebahkan tubuhnya di atas kasur, dia harus membuat tubuhnya beristirahat sejenak agar dapat berpikir dengan jernih
Setelah menceritakan semua kisah Ara kepada mamanya sudah pasti mamanya Vira memberikan izin agar Ara tinggal di rumahnya, bahkan mamanya Vira mengizinkan Ara selamanya berada di sana tanpa harus mencari tempat tinggal lain
"Terus apa rencana dia sekarang sayang?"
"Katanya dia mau cari kerjaan mah"
"Mau ga ya dia ikut kerja sama Kak Gilang? kakak kamu baru aja di angkat jadi manager di sana, pasti dia bisa bantu Ara dapat kerjaan, ya itu juga kalo Ara mau soalnya kan di luar kota"
"Nanti aku bilang ke Ara mah, tapi aku juga mau ikut ya mah," tersenyum
"Kalo buat kamu mama ga akan kasih izin" dengan tegas, Vira pun langsung memasang wajah cemberut
"Coba dong kamu bayangin semua kakak kamu kan udah berkeluarga, cuma tinggal kamu sama kak Gilang yang belum itu juga dia kerja di luar kota. Masa kamu tega tinggalin mama sendirian sih?"
"Hem... Aku doang anak mama yang ga mama kasih izin kerja jauh," memajukan bibirnya
"Kan kamu anak bontot kesayangan mama," mencubit hidung Vira
smgt trs
tapi jgn terlalu baik.sb klau lemah dgn mudah nya kamu di tindas. jadi lah wanita yg kuat di mata mereka. aku sbgai wanita ibu tunggal akan mendukung mu. smgt thor
1 malam bersama dan berdekatan wajah pun gk tau. waktu berciuman psti kan ttp wajah nya. dunia novel mmg nyleneh. smgt ae thor