NovelToon NovelToon
MONOLOG

MONOLOG

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda
Popularitas:460
Nilai: 5
Nama Author: Ann Rhea

Kenziro & Lyodra pikir menikah itu gampang. Ternyata, setelah cincin terpasang, drama ekonomi, selisih paham, dan kebiasaan aneh satu sama lain jadi bumbu sehari-hari.

Tapi hidup mereka tak cuma soal rebut dompet dan tisu. Ada sahabat misterius yang suka bikin kacau, rahasia masa lalu yang tiba-tiba muncul, dan sedikit gangguan horor yang bikin rumah tangga mereka makin absurd.

Di tengah tawa, tangis, dan ketegangan yang hampir menyeramkan, mereka harus belajar satu hal kalau cinta itu kadang harus diuji, dirombak, dan… dijalani lagi. Tapi dengan kompak mereka bisa melewatinya. Namun, apakah cinta aja cukup buat bertahan? Sementara, perasaan itu mulai terkikis oleh waktu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ann Rhea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Maunya Apa?

Berlin meletakkan nasi ke piring anaknya, menatap Kenziro dengan mata yang penuh iba. Ia tahu betul bagaimana anaknya bekerja keras, tapi tetap saja diremehkan oleh keluarga istrinya.

"Kegagalan kamu seharusnya bukan alasan mereka musuhin kamu, Nak. Harusnya mereka nyemangatin. Mama lihat sendiri kamu udah banting tulang, walaupun akhirnya kamu jatuh lagi," ucap Berlin, suaranya bergetar menahan marah.

Kenziro hanya diam, berusaha menahan emosinya setelah disindir habis-habisan oleh Merin di depan semua orang.

"Gapapa, Ma," jawabnya singkat.

Berlin menghela napas panjang. "Mama gak bisa diem aja. Udah, kamu pulang ke rumah Mama aja dulu. Disini Mama gak bakal marahin kamu." Ia benar-benar geram; bagaimana mungkin anak satu-satunya yang sudah ia besarkan dengan susah payah malah diperlakukan seperti itu?

"Kamu sama Lily… masih saling sayang, gak?" tanyanya pelan.

Kenziro mengangguk lemah. "Masih, Ma. Kita baik-baik aja… cuma aku sekarang kehilangan pekerjaan. Aku kepikiran mau buka jasa lama aja, kayak dulu. Melindungi sistem perusahaan."

Berlin langsung menggeleng tegas. "Enggak. Mama gak mau kamu terlibat lagi sama yang ilegal-ilegal, paham? Cukup Papa kamu aja. Papa aja udah berhenti, masa kamu mau ngulangin jejak dia yang bahaya?"

Kenziro menunduk, menahan gejolak di dadanya. "Tapi aku punya keluarga, Ma. Masa aku diem aja?"

Berlin mengetukkan jarinya ke meja, nadanya meninggi. "Mama gak ngerti lagi sama pola pikir mertua kamu itu. Sombongnya kebangetan. Mama aja bisa sayang sama kamu, tapi mereka? Gak bisa sama sekali! Kalau memang gak bisa bertahan sama istri kamu, mending… cerai aja."

"Mama!"

"Astaghfirullah..." Berlin tersentak, lalu menghela napas. "Gak gitu maksud Mama. Cuma... Mama kasian sama kamu. Sekeras apa pun kamu berusaha, tetep aja gak pernah mereka lihat. Mentang-mentang mereka kaya. Bukannya dukung, malah terus jatuhin."

Kenziro terdiam. Berlin menatapnya dalam.

"Kamu kuat, Nak?"

"Bisa, Ma," jawabnya pelan.

Berlin mengangguk lirih. "Saran Mama... pergi jauh aja. Jangan dengerin omongan orang. Biar hidup kamu, sepenuhnya hak kamu."

Kenziro menoleh, matanya berkaca. "Mama izinin?"

Berlin tersenyum tipis. "Boleh. Asal kamu bahagia... kenapa enggak? Mama gak boleh egois."

--✿✿✿--

Kenziro datang ke rumah Lyodra dengan wajah lelah. Ia sudah melamar ke beberapa perusahaan, tapi belum ada satupun panggilan.

Lyodra menyuguhkan segelas kopi hangat, lalu duduk di sampingnya dan mulai memijat bahunya. "Masih belum ada kabar, ya?"

"Belum," jawab Kenziro singkat.

Lyodra tersenyum tipis, meski matanya tampak cemas. "Jangan putus asa, ya. Aku… aku juga udah keterima kerja, jadi personal asisten. Boleh kan? Aku janji nggak akan ngelirik yang lain. Percaya sama aku. Kita bangun semuanya dari awal, Mas… jangan tinggalin aku," ucapnya lirih, lalu memeluk Kenziro erat.

Kenziro mengusap punggungnya. "Kerja di mana?"

Alih-alih menjawab, Lyodra justru menangis.

Kenziro terkejut. "Eh… kenapa, Sayang? Kok nangis?"

Lyodra menarik napas dalam, suaranya bergetar. "Mama maksa aku buat kerja sama…" ucapannya menggantung, ragu untuk melanjutkan.

Kenziro menatapnya penuh tanya. "Sama siapa? Aku percaya kok, kamu bukan orang kayak gitu."

"Sama… Romeo," lirih Lyodra, lalu tangisnya pecah lagi. Ia takut Merin akan memanfaatkan situasi untuk mendekatkan mereka.

Kenziro terdiam beberapa detik. Lalu ia tersenyum tipis dan menarik Lyodra ke dalam pelukannya. "Nggak masalah. Kamu keren… udah dapet pencapaian besar. Semoga kamu betah di sana," ucapnya lembut.

Namun jauh di lubuk hatinya, ada rasa takut yang tak bisa ia usir, takut kehilangan Lyodra, apalagi ia tahu dulu istrinya sempat ingin dijodohkan dengan Romeo.

Lyodra tak kuasa menahan sedih. Padahal ini cuma soal pekerjaan, tapi rasa takut akan kemungkinan buruk tetap menghantuinya. "Tadi kamu mau bilang apa?" tanyanya pelan.

Kenziro menatapnya, lalu tersenyum tipis. "Aku sebenernya mau ngajak kamu pindah ke luar kota. Tapi karena kamu udah dapet kerja, gak apa-apa. Kita bisa sewa apartemen di pusat kota. Keberatan, Sayang?"

Lyodra menggeleng cepat, senyum tipis mengembang di wajahnya. "Enggak. Aku malah seneng. Kapan kita pindahan? Pakai uang aku dulu aja kalau kamu kurang, aku tambahin. Jangan sungkan, ya."

Kenziro meraih tangannya, menggenggam erat. "Nanti kalau dia macam-macam sama kamu, laporin aku, oke?"

Lyodra terkekeh, berusaha mencairkan suasana. "Aku janji gak akan. Lagian kalau sampai iya, Mama yang bakal aku salahin."

Kenziro tertawa kecil, lalu mengusap hidung istrinya. "Untuk merayakan kamu dapet kerja, gimana kalau kita makan di luar?"

"Ayo!" seru Lyodra, matanya berbinar. Ia segera bersiap.

Saat mereka turun bersama, rapi dan bersemangat, Merin tiba-tiba menghadang di ruang tamu.

"Mau ke mana kalian?"

"Dinner dong," jawab Lyodra ceria.

Merin tertawa meremehkan. "Emang punya uang?"

Kenziro menarik napas dalam, memilih tetap sabar. "Ada kok, Ma," jawabnya lembut.

Lyodra meraih lengan suaminya, mengajaknya keluar sambil berbisik, "Gak apa-apa, Sayang. Jangan diambil hati. Maaf, ya."

--✿✿✿--

Restoran itu remang, cahaya lilin berkelip lembut di atas meja bundar yang dipenuhi hidangan hangat. Di luar jendela kaca, hujan rintik-rintik turun, menambah suasana intim.

Kenziro menatap Lyodra tanpa kata, hanya senyum tipis yang selalu membuatnya merasa pulang. Jari-jarinya meraih tangan Lyodra, mengusap punggungnya perlahan.

"Aku nggak pernah nyangka kita bisa duduk tenang kayak gini," ucapnya pelan.

Lyodra terkekeh, matanya berbinar. "Kenapa? Karena kita biasanya ribut dulu baru baikan?"

Kenziro tertawa kecil, kemudian mencondongkan tubuh. "Iya. Tapi justru itu... aku sadar, sesulit apapun kita, aku nggak mau kehilangan kamu."

Lyodra menatapnya lama, seolah kata-kata itu menyusup sampai ke relung hati. "Aku juga. Selalu."

Mereka saling tersenyum, mengangkat gelas, bersulang sederhana untuk cinta yang mereka perjuangkan. Dan malam itu, dunia terasa berhenti sejenak hanya ada mereka, hangat, saling mencintai.

--✿✿✿--

Aura menatap layar ponselnya lama, jantung berdegup kencang. Titik koordinat yang dikirim mengarah ke sebuah gudang tua di pinggiran kota yang sepi, gelap, dan berdebu.

Begitu ia melangkah masuk, suara pintu berderit di belakangnya, menutup rapat. Langkah kaki berat terdengar mendekat, berdecit di lantai kayu lapuk. Dari balik bayangan, muncullah sosok lelaki tinggi, tegap, dengan tatapan tajam menusuk. Aroma maskulin bercampur bau tembakau samar tercium saat ia semakin dekat.

"Saya tau kamu bakal datang," suaranya dingin, datar, tapi mematikan. Kedua tangannya masuk ke dalam saku mantel, seolah santai, namun penuh kuasa. "Kamu kira semua ini kebetulan?" Ia terkekeh rendah, sinis.

Aura menelan ludah, tapi berusaha tegar. "Apa… maksud lo?"

Pria itu mendongak sedikit, menatapnya tajam. "Setelah saya membaca CV-mu dulu… saya baru sadar. Kamu istri rahasia dari sahabat saya. Kev. Dia sempat menitipkan pesan jika ajal menjemputnya, saya harus memastikan kebenaran tentangmu dan menjagamu juga padahal menurut ku kamu bisa diri sendiri."

Dahi Aura mengerut, meski matanya menyala hijau. "Lalu… lo mau nikahin gue sekarang, gitu?"

Romeo mendekat perlahan, berhenti tepat di hadapannya. Senyumnya tipis, bukan senyum manis, tapi ancaman yang membungkus dendam. "Kev mungkin sudah mati… tapi pengkhianatanmu nggak akan ikut mati. Dan kamu, Aura…" ia menatapnya dalam, "…adalah kunci untuk membuka semuanya."

"Gue beneran gak ngerti, maunya lo apa, sih?"

"Saya akan mewujudkan keinginan sahabat saya," jawab Romeo dengan senyum miring, "tapi juga nggak akan menghapus kesalahannya."

Aura menatapnya tanpa gentar. "Gue gak suka orang bertele-tele. Langsung aja. Punya nyali, gak?"

Romeo terkekeh pendek. "Kamu memang seperti yang saya duga. Keras kepala, susah diatur. Sampai Kev sendiri kewalahan… bahkan mengurungmu." Nada suaranya penuh sindiran. "Tapi tenang, mulai sekarang saya yang akan 'menjaga' kamu. Dengan satu syarat, kamu harus membayar dosa Kev juga."

Aura menghela napas, seolah tak peduli. "Oke. Jadi… rencananya?"

"Benar-benar siap ikut saya?" tatap Romeo tajam, menguji.

"Selama lo bisa lindungin gue dari kasus pembunuhan Kev, kenapa enggak?"

Romeo mencondongkan tubuh sedikit. "Saya pastikan kamu aman. Tapi kamu harus bayar mahal untuk itu. Setuju?"

Aura menyipitkan mata. "Apa dulu yang gue dapet? Kalau untung buat gue… kenapa nggak?"

"Saya jamin, ini menguntungkan… untuk kita berdua, Aurania Lauren."

Aura tersenyum miring. "Menguntungkan itu… maksudnya gue nikah sama lo?" Tatapannya penuh perhitungan sekaligus harap.

Romeo membalas tatapan itu, sulit ditebak apakah itu ancaman atau penerimaan. "Kamu tertarik dengan konsep pernikahan?"

"Kalo sama lo… iya."

Romeo menahan senyum, lalu mengulurkan tangan. "Itu… mudah."

Aura menatap tangannya sejenak, lalu menjabat dengan mantap. "Deal."

1
douwataxx
Seru banget nih cerita, aku gk bisa berhenti baca! 💥
Ann Rhea: makasihh, stay terus yaa
total 1 replies
menhera Chan
ceritanya keren banget, thor! Aku jadi ketagihan!
Ann Rhea: wahh selamat menemani waktu luangmu
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!