Di dunia lama, ia hanyalah pemuda biasa, terlalu lemah untuk melawan takdir, terlalu rapuh untuk bertahan. Namun kematian tidak mengakhiri segalanya.
Ia terbangun di dunia asing yang dipenuhi aroma darah dan jeritan ketakutan. Langitnya diselimuti awan kelabu, tanahnya penuh jejak perburuan. Di sini, manusia bukanlah pemburu, melainkan mangsa.
Di tengah keputusasaan itu, sebuah suara bergema di kepalanya:
—Sistem telah terhubung. Proses Leveling dimulai.
Dengan kekuatan misterius yang mengalir di setiap napasnya, ia mulai menapaki jalan yang hanya memiliki dua ujung, menjadi pahlawan yang membawa harapan, atau monster yang lebih mengerikan dari iblis itu sendiri.
Namun setiap langkahnya membawanya pada rahasia yang terkubur, rahasia tentang dunia ini, rahasia tentang dirinya, dan rahasia tentang mengapa ia yang terpilih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adam Erlangga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 09
Terlihat Rudy duduk di depan seorang anak laki-laki yang tampak kebingungan.
"Apa maksudmu dengan pencuri?" tanya Rudy.
"Maaf, aku bercerita aibku sendiri. Tapi sekarang aku bukan seorang pencuri lagi," jawab anak laki-laki itu.
"Apa kau mencuri barang-barang milik orang lain?" tanya Rudy lagi.
"Hiks, aku mencuri makanan untuk adikku. Aku tidak punya uang untuk membeli makanan, bahkan aku tidak bisa berburu hewan iblis," kata anak laki-laki itu sambil meneteskan air mata.
Rudy terkejut mendengarnya, lalu menoleh ke arah mayat perempuan di dekat mereka.
"Maaf, apa dia meninggal karena kelaparan?" tanya Rudy.
"Ini semua salahku. Tidak seharusnya kami hidup seperti ini. Hiks, maafkan aku… maafkan aku," ujar anak laki-laki itu sambil menangis, menatap adik perempuannya.
"Aku sangat terkejut dengan kondisinya, Emma. Apa manusia di dunia ini memang sekejam itu?" kata Rudy dalam hati.
[Itu benar, Rudy. Di dunia ini, reputasi sosial sangat berpengaruh. Manusia yang lemah akan ditindas karena dianggap tidak berguna bagi manusia lain.]
"Tapi mereka berdua masih anak kecil, Emma. Ini sangat memprihatinkan," sahut Rudy.
[Kau juga masih bocah, Rudy.]
"Ah" sahut Rudy sambil melihat tubuhnya yang masih berumur 11 tahun.
"Maaf, hanya ini yang aku punya," kata anak laki-laki itu sambil memberikan suguhan kepada Rudy.
"Ehm?" sahut Rudy dengan kebingungan melihat rumput liar yang disajikan di depannya.
[Kau harus menghargainya, Rudy.]
"Tapi ini rumput liar, Emma… ini bukan makanan," kata Rudy dalam hati dengan terkejut.
"Silakan, aku akan mengambil air minum," ucap anak laki-laki itu.
Rudy hanya memandangnya dengan raut wajah terkejut.
"Ah, terima kasih," sahut Rudy dengan sedih.
"Sebelumnya, perkenalkan, namaku Marco. Dan adikku ini bernama Lilia," kata Marco sambil menaruh segelas air putih.
"Marco, kah? Perkenalkan, namaku Rudy. Salam kenal, Marco," jawab Rudy.
"Salam kenal, Rudy," sahut Marco.
"Apa kau sudah lama tinggal di sini?" tanya Rudy.
"Sudah satu bulan lebih tinggal di sini," jawab Marco sambil membakar batu untuk memasak rumput liar.
"Apa? Jadi adikmu sudah meninggal selama itu?" tanya Rudy.
"Adikku sudah meninggal dua bulan yang lalu. Aku mengawetkan tubuhnya dengan sihirku," jawab Marco.
"Ah… tapi tetap saja, kau harus menguburkannya," kata Rudy.
"Aku sudah mencari tempat yang cocok untuknya, tapi aku masih belum menemukannya," ujar Marco.
"Tempat seperti apa yang dia inginkan?" tanya Rudy.
"Dia suka bunga. Aku ingin menguburkannya di taman bunga," jawab Marco sambil menaruh rumput liar di atas batu panas.
"Baiklah, bolehkah aku membantumu mencari tempat itu?" tanya Rudy.
"Eh?" sahut Marco terkejut.
"Apa boleh, Marco?" tanya Rudy.
"Aku tidak ingin merepotkanmu, Rudy," jawab Marco.
"Anggap saja itu balas budi untuk makanan dan minuman ini," kata Rudy.
"Kau bahkan tidak menyentuh makanan itu," sahut Marco.
"Ah, ahahaha…" Rudy tertawa malu.
"Aku hanya kasihan dengan adikmu, Marco. Dia harus dikremasi dengan layak, agar jiwanya bisa tenang di alam sana," kata Rudy.
"Eh? Apa maksudmu, Rudy?" tanya Marco kebingungan.
"Em… mungkin di dunia ini tidak ada adat seperti itu," sahut Rudy.
"Aku juga ingin menyucikan tubuhnya, biar jiwanya bisa diterima oleh sang dewa," kata Marco.
"Ah, itu yang aku maksud," sahut Rudy.
"Baiklah, biarkan aku makan dulu, Rudy. Aku sangat lapar. Setelah itu kita akan pergi mencari tempatnya," kata Marco sambil mengambil rumput liar yang dimasaknya.
"Tunggu Marco, maaf sudah lancang, jangan makan rumput itu. Aku akan memberikan makanan yang lebih layak untukmu," kata Rudy sambil mengeluarkan beberapa makanan dari inventarisnya.
"Heee?" suara Marco terdengar sangat terkejut melihat beberapa makanan keluar begitu saja dari udara.
"Silakan dimakan, Marco. Ini semua untukmu. Dan ini minumannya," kata Rudy sambil mengeluarkan kantong air.
"Hiks…" Marco mulai meneteskan air mata.
"Marco?" tanya Rudy, kebingungan.
"Terima kasih, Rudy. Hiks… ini adalah makanan terbaik yang pernah aku lihat. Andai saja adikku masih hidup, dia pasti akan sangat senang melihatnya," kata Marco sambil menangis.
"Ah…" sahut Rudy dengan terkejut.
[Apa kau ingin menggunakan item Resurrection Magic, Rudy? Kau bisa menghidupkan orang yang sudah mati, meskipun sudah lama, asalkan tubuhnya masih utuh.]
"Ah kau benar, Emma. Aku sampai melupakan item itu. Mungkin ini saatnya menguji item langka," kata Rudy dalam hati.
"Marco, sepertinya jiwa adikmu masih berada di sekitar sini," kata Rudy mencoba membuat alasan.
"Hee? Benarkah?" tanya Marco sambil menoleh ke kanan dan kiri.
"Ah, dia sedang melihatmu dengan tersenyum," kata Rudy.
"Hiks… terima kasih atas hiburanmu, Rudy," kata Marco tersenyum sambil menghapus air matanya.
"Aku tidak bercanda. Aku serius, Marco. Bahkan jiwanya masih ada di dalam tubuhnya. Apa kau mengizinkanku untuk menyentuhnya?" tanya Rudy.
"Apa yang akan kau lakukan, Rudy?" tanya Marco.
"Sudah jelas, aku akan menghidupkannya kembali. Dengan jiwa dan ingatan yang sama seperti sebelumnya," jawab Rudy.
"Apa?" Marco terkejut.
Rudy mengeluarkan item langka Resurrection Magic dari inventarisnya. Cahaya terang menyinari item itu, membuat Marco tercengang dan menelan ludah berkali-kali.
[Item tidak bisa digunakan pada tubuh itu, Rudy. Ada potion seperti racun yang menyelimuti tubuhnya.]
"Apa maksudmu, Emma?" tanya Rudy.
[Tubuh anak itu diawetkan dengan racun. Itu adalah skill yang dimiliki Marco.]
"Benarkah?" sahut Rudy.
"Marco, apa kau yang menaruh potion tipe racun pada tubuh adikmu?" tanya Rudy.
"Dari mana kau tahu, Rudy? Aku tidak pernah bertemu anak seumuranku yang memiliki skill penglihatan sepertimu," jawab Marco.
"Apa kau bisa menarik skillmu kembali?" tanya Rudy.
"Tubuh adikku akan membusuk jika aku menarik potion itu. Kau jangan bercanda, Rudy. Bahkan kau bilang ingin menghidupkan adikku… aku tidak percaya," jawab Marco.
"Aku tidak bercanda, Marco. Akan kuberikan sihir pelindung pada tubuh adikmu sebagai pengganti potionmu," kata Rudy sambil mengarahkan tangannya ke tubuh Lilia.
ZIING. Cahaya terang keluar dari tangan Rudy, membentuk sihir pelindung yang menyelimuti tubuh Lilia hingga tubuhnya terangkat melayang.
"Tidak bisa dipercaya… siapa kamu sebenarnya, Rudy?" tanya Marco dengan ketakutan.
"Tenanglah, Marco, dan mohon kerja samanya," sahut Rudy.
"Apa kau seorang pangeran? Tidak… apa kau dewa?" tanya Marco tercengang.
"Aku hanya orang biasa, Marco. Semua keluargaku meninggal saat aku berumur lima tahun. Berhentilah bertanya, dan tarik kembali potionmu itu," jawab Rudy.
"Baiklah, aku percaya padamu, Rudy," sahut Marco terkejut.
ZEEEP. Suara potion racun yang ditarik dari tubuh Lilia.
"Ini mustahil… tubuhnya tidak membusuk," kata Marco dalam hati.
"Sekarang, aku akan menghidupkannya kembali," ucap Rudy sambil menaruh item Resurrection Magic di dada Lilia.
Di alam malaikat, Lilia menangis di tengah kegelapan, memanggil kakaknya berulang kali.
"Kakak… kakak… hiks… aku takut. Di mana ini, kakak?"
Tiba-tiba, dari dalam kegelapan, muncul sosok malaikat raksasa yang memancarkan cahaya terang.
"Hiks… apa itu?" kata Lilia.
Tangan malaikat itu terulur mendekatinya. Lilia hanya terdiam, terkejut melihat sosok besar di hadapannya.
Di dunia nyata, Marco masih terpaku.
"Apa dia benar-benar bisa menghidupkan orang mati? Ini sulit diterima oleh akal sehat," pikir Marco sambil menatap Rudy.
Tiba-tiba, tubuh Lilia yang pucat kembali berwarna normal, tanda jiwanya telah kembali.
"Marco…?" ucap Lilia yang telah kembali ke dunia.
"Mustahil…" ujar Marco dengan terkejut.
....