Season 2 'Married With Ketos'
Menjalani hubungan jarak jauh itu susah dijalani bagi sebagian orang yang tidak kuat menahan rindu. Seperti kata Dylan, rindu itu berat dan..
Begitu juga yang sedang dijalani oleh pasangan muda Alsava dan Gerald. Ibarat kata baru diajak terbang tinggi kemudian harus terhempas pada sebuah kenyataan. Kenyataan bahwa salah satu dari mereka harus mengejar cita-cita dan impian.
Lalu bagaimana pertemuan mereka setelah lama terpisah? masih samakah hati yang dulu dirasa?
Jawabannya ada di kisah cinta mereka yang baru ya gaes 😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riria Raffasya Alfharizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembali Merasakan
Dnegan sorot mata tajam nan hangat, Gerald membaringkan tubuh Alsa lembut di ranjang. Tadi setelah berhasil membuat Alsa beku di tepi dinding Gerald langsung menggendongnya.
Arah tatapan matanya tidak terlepas dari wajah Alsa yang terlihat sangat merah. Gerald tahu Alsa panik, tetapi tidak ada salahnya jika Gerald meminta Alsa untuk menghilangkan kekesalannya mendengar Alsa yang sudah berani pulang bersama dengan laki-laki lain.
Susah payah Alsa menelan ludahnya. Melihat Gerald yang benar-benar sudah menjadi laki-laki dewasa dengan segala tindakannya saat ini.
"Jangan bikin gue hukum lo Al," bisik Gerald dengan kecupan ringan di telinga Alsa.
Mata Alsa terpejam. Tadinya Alsa panik karena merasa belum siap meladeni Gerald saat ini, tetapi mendapat bisikan Gerald barusan malah membuat Alsa merasa lain.
Deru napas Gerald sangat terasa di sekitar permukaan kulit Alsa. Terlebih ketika jemari Gerald dengan lembut bermain di sekitar leher jenjangnya. Ada sensasi lain yang Alsa rasakan saat ini.
Alsa beranikan diri untuk menoleh ke arah Gerald, sorot mata itu sudah berubah menjadi ingin, sesuatu yang sudah Alsa tahu.
"Rald, sorry."
Gerald menatap Alsa begitu lekat. Seakan meminta ijin kepada Alsa untuknya melakukan apa yang sangat ingin dia lakukan sekarang. "Lo cantik," puji Gerald tanpa berniat membahas apa yang membuatnya ingin menghukum Alsa saat ini.
Detik berikutnya Alsa sudah tidak bisa membalas pujian yang Gerald lontarkan. Karena Gerald sudah lebih dulu menyerang Alsa dengan ciuman di bibir.
Alsa tertahan, dia mulai menikmati permainan Gerald. Meski masih sedikit canggung karena pertemuan pertama mereka sekarang setelah 2 tahun terpisah dan langsung menuju ke sesuatu yang sangat int*m, tetapi Alsa tidak lagi berniat untuk menolak. Gerald lelaki normal yang jelas saja begitu rindu akan waktu berdua mereka ketika di ranjang.
"Emmhh..." lenguh Alsa ketika Gerald memainkannya dengan begitu lembut.
Alsa seakan tidak dibiarkan untuk membalas perlakuan Gerald. Sedari tadi Gerald terus menyerang Alsa dengan berbagai cumb*an di tubuh Alsa.
Gerald benar-benar berubah, dia tahu cara memperlakukan Alsa dan membuat gadisnya terbang.
"Gue ingin," ucap Gerald membuat mata Alsa terbuka
Alsa menatap Gerald yang juga sedang menatapnya sekarang, lucu memang jika Gerald masih meminta ijin kepada Alsa. Sedangkan perlakuannya barusan saja sudah membuat Alsa terbang melayang.
Alsa mengangguk pelan. Malu sebenarnya, tetapi sudah kepalang tanggung, Alsa juga menginginkan sekarang. "Lakukan."
Jawaban Alsa membuat sudut bibir Gerald tertarik ke atas. Asli Gerald terlihat sangat tampan dengan jarak yang begitu dekat seperti sekarang ini. Apa lagi tubuh tegap Gerald sekarang, semakin menambah kesan cool dan seksi di mata Alsa. Gerald paket komplit yang harus Alsa syukuri.
Bukan hanya visual menawan Gerald saja, tetapi juga perlakuan manis dan luar biasa Gerald, seperti saat ini contohnya. Berkali-kali Alsa memejamkan mata hanya untuk menikmati sentuhan yang Gerald berikan.
Bahkan Alsa sampai tidak sadar jika mengeluarkan suara dan rintihan yang membuat Gerald semakin semangat melakukannya.
"Sekarang baby," bisik Gerald bersamaan dengan Alsa yang kembali memejamkan matanya.
Sudah sekian lama Alsa kesepian tanpa adanya Gerald di sisinya. Dan sekarang Gerald datang langsung membawanya terbang melayang.
_________
Pukul 5 sore, masih di hotel Ivander. Alsa terbangun dari tidurnya. Matanya terbelalak melihat ke sekeliling ruangan dengan keadaannya dirinya yang masih n*k*d hanya ditutupi selimut, sebelum akhirnya tersadar akan sesuatu hal.
"Gerald," lirih Alsa lalu terbangun dengan selimut sebagai penutup tubuh pol*snya.
Langkah kaki Alsa membawanya menuju ke ruang depan. Dimana Gerald sedang duduk di sofa dengan layar laptop menyala di depannya. Jangan lupakan Gerald juga masih setengah telanjang. Dia hanya memakai celana pendek sedang.
Deg
Alsa tertegun melihat tubuh tegap Gerald. Lagi-lagi Alsa dibuat salah tingkah sendiri melihat Gerald yang sekarang. Merasa tidak percaya saja jika lelaki tampan di depannya ini ialah suaminya.
Pantas jika Gerald menjadi idola di SMA dulu, teman-teman sekolahnya tahu jika sosok seperti Gerald akan semakin menawan dengan bertambahnya usia.
Sadar akan kedatangan Alsa membuat Gerald menoleh.
"Sini Al," suruh Gerald menepuk sofa di sebelahnya.
Alsa terkesiap, dia melangkah pelan menghampiri Gerald.
"Rald," panggil Alsa membuat Gerald kembali menoleh.
"Apa sayang?" tanya Gerald menatap Alsa yang terlihat tidak nyaman.
"Ini beneran lo kan?" pertanyaan Alsa membuat Gerald menaikan sebelah alisnya.
"Why?" tanya Gerald yang mendapat gelengan kepala dari Alsa.
Gerald menutup laptop di depannya. Menggeser tubuhnya menghadap ke arah Alsa. "Apa gue berubah?"
Alsa terdiam sejenak, sebelum akhirnya mengangguk mengiyakan apa yang Gerald katakan. Begitu juga dengan Gerald yang juga ikut mengangguk, paham dengan keraguan Alsa.
"Gue...sekarang lebih hebat di ranjang bukan?"
Pertanyaan Gerald seketika membuat mata Alsa membola. Alsa menatap Gerald tidak percaya, tetapi yang ditatap malah tertawa lepas menyadari ucapannya.
Gerald meraih tangan Alsa untuk dia genggam. Tatapan mata yang tadi terlihat menggoda sekarang berubah menjadi serius.
"Denger Al, gue Gerald yang dulu pernah menjadi ketlay," ucap Gerald seketika membuat Alsa menatap lekat.
Iya, ketlay nama yang Alsa tujukan untuk Gerald ketika masih menjabat sebagai ketua osis di sekolah. Dan ternyata Gerald masih ingat itu.
"Dan lo.." Gerald masih menatap Alsa lekat.
"Badut cantik pada masanya," lanjut Gerald membuat Alsa seketika tertawa.
Gerald juga ikut tertawa. Mereka sampai tidak sadar jika Alsa masih pol*s tanpa pakaian sehelai benangpun yang melekat di tubuhnya, terkecuali selimut besar yang memang sengaja sebagai penutup.
"Tapi sekarang lo sudah berubah Al," ucap Gerald membuat Alsa yang sekarang bergantian mengernyit bingung.
"Gue?" tanya Alsa memastikan, dan dijawab Gerald dengan anggukan kepalanya.
"Lo berubah jadi bunga mekar yang sangat indah," jelas Gerald seraya menyelipkan anak rambut Alsa ke belakang telinga.
Pandangan mata mereka kembali bertemu. Ini yang keduanya rindukan, saat-saat waktu berdua seperti saat ini. Dan beruntungnya sekarang mereka bisa kembali bersama dengan harapan tidak kembali di pisahkan dengan waktu yang bagi mereka berdua sangatlah lama.
"Tapi hati gue tetap," jawab Alsa membuat Gerald menyunggingkan senyumnya.
Senyum manis Gerald yang kembali memperlihatkan gigi ginsulnya. Salah satu yang paling Alsa sukai melihat senyuman itu pada diri Gerald.
Drrttt
Drttt
Drrttt
Ponsel Alsa bergetar. Ada yang menghubungi Alsa lewat sambungan video call, tetapi yang membuat Alsa beku sekarang karena sejak kapan ponsel Alsa sudah berada di atas meja sebelah laptop Gerald.
"Tadi Abim telepon, dan gua yang angkat," jelas Gerald membuat Alsa mengangguk lega.
Sementara ponsel Alsa masih terus bergetar meski sudah dia abaikan.
"Angkat saja Al," suruh Gerlad membuat tangan Alsa terulur untuk meraih ponselnya. Dan..
Betapa terkejutnya Alsa melihat nomor Viko yang tertera, Alsa memang tidak menyimpan nomor Viko, tetapi dia cukup paham karena nomor itu sering muncul di layar ponselnya.
"Siapa?" tanya Gerald membuat Alsa membeku.
Jlep
Alsa benar-benar dibuat mati kutu dengan kedua sosok laki-laki yang sangat bertolak belakang masuk ke dalam hidupnya.
"Al, are you okay?" tanya Gerald memastikan.
Alsa mengangguk pelan. Meski dalam hatinya berkata lain. Tidak mungkin dia baik-baik saja dihubungi laki-laki lain di depan suami sendiri. Meski Alsa tidak pernah menanggapi, tetapi Alsa tetap merasa tidak enak hati dengan Gerald yang baru saja pulang untuk mengobati rasa rindu mereka.
Dan anehnya. Nomor Viko masih saja bisa menghubunginya meski sudah seratus kali sengaja Alsa blokir. Alsa tidak tahu lagi laki-laki jenis apa Viko sampai begitu misteriusnya dia dengan segala usahanya untuk mendapatkan Alsa.
Gerald meraih ponsel Alsa yang tadi masih dipegang oleh Alsa. Lalu menekan tombol hijau untuk menjawab. Jelas saja Alsa langsung terkejut melihat apa yang Gerald lakukan.
Lalu setelah mengangkat sambungan video call itu, Gerald kembali menyerahkan ponsel Alsa.
Hay baby
Sapa Viko membuat Alsa melotot.
Biasanya Alsa langsung bisa memaki Viko dengan segala kata-kata kasarnya, tetapi di depan Gerald entah kenapa malah membuat nyali Alsa menciut.
Sementara Gerald yang berada di sebelah Alsa tersenyum tipis.
Wait, lo dimana Al?
Viko kembali bertanya melihat background Alsa yang tampak asing.
Alsa masih terdiam. Entah kenapa mendadak otaknya tidak bisa berjalan dengan semestinya.
Alsa, lo selalu cantik meski dalam keadaan apapun
lanjut Viko membuat Alsa tersadar jika rambutnya setengah berantakan karena pertempurannya dengan Gerald tadi.
Sementara Gerald dengan sengaja menarik Alsa ke dalam peluknya. Sontak saja Alsa terkejut dan langsung menjatuhkan ponselnya ke lantai.
"Apa? lo punya gue Al," ucap Gerald kembali mengecup bibir Alsa.
"Rald...gue emmhhh..." Alsa tidak lagi melanjutkan kata-katanya karena Gerald sudah kembali menyerangnya.
Sementara di sebrang sana mata Viko terbelalak mendengar ucapan Alsa tadi. Tangannya terkepal hebat. Antara percaya dan tidak dengan apa yang baru saja di dengar olehnya. Tetapi jika Alsa benar-benar gadis yang mudah dibawa ke suatu kamar. Maka Viko juga akan melakukan itu kepada Alsa.
"Brengs*k, gue juga bisa dapatin lo Al, lihat saja," gumamnya yakin.
kok segitu nya merawat anak hasil hubungan gelap mami Eva daripada Alsa yg anak kandung nya?