Erika yang merupakan gadis cantik dan baik, harus menikah kontrak dengan pria yang sudah merebut kesuciannya.
Perjanjian mereka hanya sampai Erika melahirkan seorang anak untuk Bima.
Tanpa di duga Erika melahirkan bayi kembar, tapi Erika tapi dia merahasiakan dirinya mengandung bayi kembar. Dan setelah lahir, Erika mengambil salah satu dari bayinya, dan satunya lagi di ambil oleh Bima.
Akankah Erika bisa bertemu lagi dengan bayi kembarnya yang bersama Bima, dan apakah Bima dan Erika bisa menjadi keluarga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AngelKiss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bahagia bersamanya
Erika yang sedang duduk di taman kampus langsung di hampiri oleh Rasya.
"Sayang..."
Mata Erika langsung membulat saat Rasya datang menghampirinya, saat Erika hendak pergi Rasya langsung mencegahnya.
"Kamu kenapa? Kok sekarang jadi kaya ngehindar gitu?"
"E..nggak kok."
"Emm.. Oh, ini aku bawain bekal makan siang buat kamu."
Lalu Rasya membuka kotak makan siang itu, Erika menatap sendu pada pria yang ada di hadapannya itu. Dia sangat bahagia di perlakukan layaknya seorang tuan putri oleh Rasya, tapi dirinya dengan tega telah mengkhianati cinta Rasya.
"Ini, makanlah."
Rasya menyuapi Erika secara perlahan, dan sesaat Erika pun lupa dengan kejadian malam itu. Dia sangat bahagia bisa bersama dengan Rasya, dan Rasya pun demikian.
"Enak gak?"
"Emm.. Enak kak."
"Bagus deh, kalau kamu suka."
Sebuah senyuman terpancar di wajah tampan Rasya, Erika yang melihatnya hanya bisa menatap malu pria di hadapannya itu.
"Gitu dong, senyum. Kamu tuh cantik kalau senyum." Puji Rasya sambil menyelipkan rambut Erika di telinganya.
Wajah Erika memerah seketika layaknya buat tomat. "Kak Rasya juga tampan kalau tersenyum." Erika menundukkan kepalanya saat mengatakan hal itu, dia sangat malu karena tak biasanya Erika memuji seperti itu.
Cup...
Sebuah kecupan manis mendapatkan di kening Erika, Erika nampak membulatkan matanya sambil melihat ke arah Rasya.
"Biasa aja kali." Usil Rasya sambil mencibir kedua pipi Erika.
"Aw.. Sakit." Rengek Erika.
Hari ini Erika sangat bahagia, dia seperti lupa dengan kesedihannya.
...
"Makasih yah kak, udah nganterin Erika pulang."
"Iya sama-sama, lagi pula kamu kan pacar aku yang paling cantik, jadi aku harus nganterin pacar aku ini. Takutnya nanti ada yang nyulik."
Erika tersipu malu saat mendengar pujian dari Rasya, perlahan Erika berjalan menjauh meninggalkan Rasya yang terus menatapnya dari ujung gang.
Erika selalu menolak Rasya untuk mengantarkannya sampai rumah, hal itu di karenanya mobil milik Rasya tak akan muat jika masuk gang. Dan lagi jarak dari depan gang sampai rumahnya cukup jauh, Erika tak mau membuat seorang tuan muda seperti Rasya kecapean.
...
Karin tengah duduk di sebuah sofa, dia kini berada di Villa milik kakaknya Bima.
"Hey, kemana kak Bima. Kok dia lama banget."
"Maaf nona muda, tuan sedang berada di ruang kerjanya. Jadi pasti akan lama."
Jelas kepala pelayan di Villa tersebut, kepala pelayan itu sebenarnya kurang menyukai Karin. Tapi meski begitu, Karin tetaplah adik dari majikannya jadi dia harus menghormati Karin.
"Maaf membuatmu menunggu lama."
Seorang pria turun dari tangga, dengan kemeja putih yang kancing bajunya terbuka sebagian menampilkan dada bidang yang sangat indah.
Sintia dan Bella yang berada di sana pun menatap kagum pada kakak temannya itu.
"Ini teman-teman mu?"
"Iya kak, ini Sintia dan ini Bella."
"Hallo, Sintia."
"Bima."
"Saya Bella."
"Bima."
Setelah acara perkenalan itu, Karin langsung menanyakan tentang Erika pada Bima.
"Kakak udah ngasih pelajaran sama cewek j*Lang itu kan?"
"Tenang aja, kakak udah ngasih pelajaran sama dia. Mungkin pelajaran yang gak bakalan dia lupain seumur hidup."
"Beneran, emang kakak ngasih pelajaran apa sama dia?"
Karin menatap curiga pada kakaknya itu, di benak Karin dia menduga jika kakaknya telah meniduri Erika.
"Sutt.. Itu rahasia." Jawab Bima sambil tersenyum.
Karin hanya memutar bola matanya bosan, tapi berbeda dengan Bella dan Sintia mereka langsung terpana.
...
Erika yang baru pulang pun di sambut hangat oleh kedua adik dan juga ibunya.
"Kak Erika sekarang pulangnya cepet, biasanya suka sore banget." Ucap Rere.
"Pasti pacar Kak Erika yang nganterin kak Erika pulang, jadi Kak Erika gak pulang telat." Jawab Rara.
"Apaan sih, kalian ini masih kecil. Tapi udah suka kepo yah.."
Sebuah senyuman terpancar di wajah Erika, dia sangat bahagia di beri keluarga yang harmonis seperti sekarang ini.
"Erika, sini makan dulu."
"Oh, iya." Erika mengeluarkan sebuah plastik berisikan makanan yang di belikan oleh Rasya. "Ini tadi kak Rasya belikan makanan buat kita."
"Waw.. Kayanya ini enak." Rere dan Rara yang melihat makanan itu langsung mengambilnya.
"Ets, cuci tangan dulu." Tegur sang ibu.
Sudah lama Erika dan keluarganya tak pernah memakan daging ayam, dan baru sekarang lagi mereka memakannya bersama-sama seperti ini. Itu di karenakan kondisi ekonomi mereka tak mampu untuk membeli makanan tersebut.
Setelah makan, Erika langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang kecil miliknya. Matanya terpejam dan wajahnya menampilkan sebuah ekspresi bahagia.
Tapi perlahan ekspresi itu menghilangkan, dan mata Erika langsung terbuka tak kala mengingat kembali malam itu. Malam dimana dia kehilangan semuanya.
Erika langsung bangkit, dan mulai duduk sambil memeluk lututnya. Dia sangat bingung, bagaimana menjelaskan semuanya kepada Rasya. Dia tak ingin membohongi Rasya tapi dia tak mau kehilangan pria yang selama ini dia cintai.
Perlahan air matanya kembali mengalir, hidupnya sungguh sangat sial.
"Erika.."
Mendengar panggilan dari ibunya, Erika langsung buru-buru menghapus air matanya. Dan langsung menghampiri ibunya.
"Iya Bu, ada apa?"
"Ini kamu bisa kan, anterin ini sama Bu Ani."
"Bu Ani yang ada di ujung gang?"
"Iya, kamu bisa kan."
"Iya Bu, bisa kok."
"Ya udah, hati-hati di jalannya yah."
Kemudian Erika mulai berjalan keluar dari rumah, Erika memakai sebuah rok hitam dan kaos berwarna putih dengan blazer rajut.
Matahari sudah mulai tak menampakkan cahayanya, suasana pun sudah mulai sepi karena hari sudah mulai menjelang malam.
Erika terus berjalan menyusuri gang dengan kaki kecilnya, tak sesekali Erika di goda oleh pemuda-pemuda yang ada di gang itu. Erika hanya tersenyum sambil menundukkan kepalanya.
Setelah sekian lama berjalan, Erika kini sampai di sebuah rumah yang kecil hampir sama dengan rumahnya.
Tok, tok, tok...
"Assalamualaikum.."
"Wa'alaikum salam."
Terdengar suara jawaban dari dalam rumah, kemudian perlahan pintu rumah pun mulai terbuka.
"Eh, Erika."
Lalu Erika mencium tangan Bu Ani, "Ini Erika mau nganterin ini."
"Aduh, bilangin ke ibu kamu makasih banyak yah."
"Iya Bu, kalau gitu. Erika pamit pulang dulu."
"Eh, gak masuk dulu. Kan kamu baru dateng."
"Lain kali aja Bu."
"Ya udah, hati-hati di jalannya."
Kemudian Erika kembali mencium tangan Bu Ani. "Assalamualaikum."
"Wa'alaikum salam."
Erika pun kembali berjalan menyusuri gang, tapi saat berada di jalan yang sangat sepi. Dia merasakan ada seseorang yang mengikutinya dari belakang.
Dan Erika pun kembali teringat saat pertama dia di culik, dengan langkah cepat Erika berjalan.
Tapi sebuah tangan langsung menutup mulutnya dengan kain, Erika mulai memberontak tapi hal itu tak berlangsung lama, perlahan mata Erika terpejam dan tubuhnya pun melemas.