Laki laki itu begitu menyebalkan, CEO yang sombong dan selalu galak padamu yang seorang asisten pengantin saja.
"Awas saja ya, lihat aku akan membuatmu jatuh cinta dan aku akan menyiksamu setiap hari"
Jdor, tiba-tiba suara guntur terdengar, ini tak ada tanda-tanda hujan, tapi kenapa ada suara guntur sungguh menakutkan, segera aku masuk kedalam mobil taksi. Aku mulai merinding padahal kan hanya main-main saja mengatakan itu.
Aku juga tak mau kalau sampai benar-benar menjadi istrinya bisa-bisa aku mati berdiri kalau ada disampingnya sampai tua. Menyeramkan sekali sungguh.
Apakah semua kata-kata itu bisa di cabut ?
Disini aku pake sudut pandang pemeran perempuan ya. Semoga kalian suka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ririn dewi88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di hutan
Farhan kembali lagi ke pendopo dengan membawa makanan dan juga minuman. Lalu menyimpannya dihadapan Karina.
"Maafkan aku, bukannya aku lancang membawamu dalam misiku ini. Aku begitu terpaksa Karina, aku tak mungkin meninggalkan kamu dalam bahaya. Aku tidak mau sampai kehilangan kamu"
Karina yang masih menangis langsung mendongakkan kepalanya, ini untuk pertama kalinya Farhan berbicara lembut padaku. Biasanya selalu datar dan ketus. Kalau ada maunya juga dia tak akan selembut ini bicara padanya.
"Aku, benar-benar tak bisa kalau harus terus hidup seperti ini"
"Tak akan, setelah ini tak akan kamu di bebani oleh aku percaya padaku" Farhan menggenggam kedua tangan Karina "Sekarang makan dan isi perut mu. Jangan pergi kemana-mana aku akan membangun tenda"
Genggaman itu terlepas meninggalkan rasa hangat yang membuat Karina sedikit tenang, tatapan Karina tak pernah lepas dari kegiatan Farhan, Laura juga tak membantah memakan makanan yang Farhan sajikan. Dari mana dia mendapatkannya bukankah ini adalah sebuah hutan. Apa mungkin disini ada pasar.
...----------------...
"Keluar kamu Karina" pintu dibuka dengan kencang oleh Maya, namun hening tak ada jawaban sama sekali.
Maya yang begitu penasaran segera menyusuri apartemen anaknya, di kamar tak ada, dikamar mandi juga tak ada, diruang kerja Farhan juga tak ada kosong. Kemana perempuan itu.
Maya menatap Indy yang memang ikut dengannya "Kamu yakin di sini ada Karina"
"Iya Tante, saat aku datang kemari Farhan memperlihatkan kalau ada Karina, bahkan dia berbaring dengan begitu nyenyak ditempat tidur Farhan. Mereka sudah tidur bersama Tante dan aku yakin mereka sudah melakukan hal yang diluar batas, sepertinya mereka berdua sudah melakukan zina. Aku tidak mau kalau sampai aku menikah dengan Farhan akan datang anak dari Karina"
"Tenang saja, tetap anakmu yang akan Farhan anggap dan mendapatkan warisan Indy. Kamu tak perlu khawatir akan hal itu. Tante jamin semuanya"
"Baiklah Tante aku percaya padamu. Lalu sekarang apa yang akan Tante lakukan"
"Tentu saja menyingkirkan Laura, ayo cepat kita keluar dari sini sebelum Farhan tahu dan marah"
Indy lagi-lagi mengikuti langkah Tante Maya, entah bagaimana Tante Maya bisa tahu kode masuk apartemen ini.
Indy sekarang akan mengikuti mau Ibunya saja, sudah cape terus disiksa dan dicaci maki. Mungkin dengan cara dirinya ikuti mau Ibunya dia akan berubah baik pada Indy.
Semoga saja apa yang dirinya ambil tak akan membuatnya menyesal di kemudian hari. Indy yakin Farhan perlahan akan mencintainya dan juga menerimanya dengan baik.
...----------------...
Farhan dan juga Karina sekarang sedang berbaring menatap hutan yang rimbun, tadinya mereka ingin melihat binatang namun hanya sedikit yang terlihat.
"Kurasa tak akan ada yang lain yang kita lihat hanya ranting dan juga daun saja, bintangnya tak ada. Kita hanya melihat daun yang bergoyang"
Terdengar tawa Farhan yang cukup kecil, membuat Karina penasaran dan menatap Farhan langsung. Farhan juga sama melakukan menatap Karina dan makin mendekatkan tubuhnya pada Karina, bahkan merubah posisinya menjadi menyamping.
Tangannya dengan mudah menarik tubuh Laura dan memeluknya "Udaranya begitu dingin sangat cocok untuk saling berpelukan"
Dengan kesal Karina memukul dada Farhan, lagi-lagi tawa Farhan terdengar.
"Kamu saja yang memang suka suasana seperti ini" celetuk Karina.
"Iya aku suka, apalagi denganmu berkemah seperti ini"
Farhan mengecup kening Karina dan makin mempererat pelukannya, membenamkan kepala Karina di dadanya yang bidang "Begini kan sangat hangat"
Karina sampai diam tak menjawab dengan tindakan yang dilakukan oleh Farhan. Sungguh mereka seperti sedang pacaran. Karina tak pernah seperti ini dengan laki-laki manapun, alhasil sekarang Karina menjadi luluh dan sepertinya menyimpan hati pada Farhan.
Kembali Farhan mendaratkan sebuah kecupan sekarang di puncak kepala Karina.
"Tidurlah nanti aku akan membawamu kedalam tenda"
"Aku belum mengantuk" dengan suara yang tertahan karena sangat sulit berbicara wajahnya benar-benar terbenam dengan sempurna di dadah Farhan.
Pelukan mulai mengendur dan sekarang Farhan sudah ada di atas tubuh Karina, sungguh gerakannya begitu cepat sampai Karina tak menyadarinya dengan cepat.
"Apa yang akan kamu lakukan" tanya Karina dengan panik dan menahan dada Farhan agar tak makin mendekat padanya.
"Menurut mu apa, saat dingin seperti ini sangat nikmat mencari kehangatan dalam tubuhmu"
Dengan sekali tarikan Farhan mengalungkan tangan Karina dan segera meraup bibir yang sedikit terbuka itu , memberikan kenikmatan yang juga Farhan sukai, setiap mencium bibir Karina tak ingin Farhan melepaskannya bibir ini begitu candu untuknya, kecupan-kecupan kecil Farhan berikan agar Karina bisa bernafas dan kembali melahap bibir mungil itu untuk dirinya nikmati.
Suara ciuman mereka cukup terdengar dan membuat Karina yang ada dibawah ketakutan kalau ada hewan yang datang dan akan menerkam mereka.
Farhan melepaskan ciumannya dan menyatukan kening mereka berdua, baru juga Karina akan bicara Farhan sudah memulai lagi bahkan sekarang makin ganas dan sedikit kasar membuat Karina kewalahan dengan yang Farhan lakukan.
Nafas mereka bersahutan, dan Karina membuang pandangannya saat Farhan menatapnya dengan begitu lembut. Namun tak lama, Farhan segera membuat Karina menatapnya lagi dan menahan dagu Karina agar tak kembali menatap yang lain.
"Suka bukan"
Karina membelalakkan kedua bola matanya "Apa, sih" jawabnya dengan terbata-bata.
"Suka buka"
"Ti_dak" jawabnya kembali gugup.
"Hemm, ternyata belum terasa ya, baiklah kita mulai lagi"
"Tidak" teriak Karina sambil menutup mulutnya.
Farhan tersenyum dan menarik tangan itu, kembali mencium bibir Karina dan menghisapnya dengan semangat, lidahnya pun sudah masuk kedalam mulut Karina, menari-nari didalam saja dan makin memperdalam ciuman mereka.
Namun suara langkah kaki menghentikan Farhan dan segera mengendong Karina seperti anak koala. Farhan membawa Karina kedalam semak-semak. Mereka bersembunyi disana, dengan Farhan yang mengeluarkan senjatanya untuk berjaga-jaga.
"Jangan bergerak dan diam lah" bisik Farhan.
Karina mengangguk dan makin mempererat pelukannya pada Farhan.
"Sepertinya mereka sempat singgah disini Tuan, lihat bahkan ada sebuah tenda yang mereka bangun"
"Aku tahu bodoh tak usah diberitahu cepat cari mereka aku tahu mereka tak akan jauh dari sini, pasti mereka ada disekitar sini" perintah Zidan.
"Baik Tuan"
Mereka berempat segera menelusuri hutan ini, bahkan menusuk-nusuk semak-semak yang tinggi siapa tahu mereka bersembunyi disana.
Dengan perlahan juga Farhan mundur, mencoba untuk tak mengeluarkan suara, apalagi sekarang Farhan sedang mengendong Karina. Jangan sampai dia terjatuh dan mengakibatkan suara yang terdengar nantinya.
"Terus berpegangan, jangan sampai terlepas" bisik Farhan kembali.
"Iya aku mengerti" Karina juga ikut berbisik. Karina juga tak mau sampai tertangkap.