🥀 sad ending🥀
Semua orang memiliki takdirnya sendiri. Dan dalam setiap takdir memiliki masa dengan cerita yang berbeda.
Seperti dua bocah ini yang ditakdirkan untuk bertemu, saling mengenal, dan menyayangi. Mereka itu Langit dan Jingga.
Namun sebuah keadaan memaksa mereka untuk berpisah dan justru menyisakan sebuah kesalahpahaman bagi Langit.
Setelah belasan tahun berpisah. Sebuah takdir kembali mempertemukan keduanya. Tapi kali dalam situasi yang berbeda. Mereka tidak saling mengenal satu sama lain.
Hingga tumbuhlah benih -benih cinta di hati keduanya. Namun ada sebuah ikatan yang sudah terjalin sebelumnya. Dan ikatan itu tidak bisa putus begitu saja.
Disinilah semua akan diuji. Baik oleh ikatan cinta maupun ikatan persahabatan. Karena tanpa Jingga ketahui, sababatnya memendam sebuah rasa untuk tunangannya. Rasa yang disebut cinta.
Akankah kali ini takdir akan menyatukan keduanya. Langit dan Jingga. Atau takdir memiliki ketentuannya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hania Hanum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
LANGIT JINGGA
Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang, akhirnya sampai juga mereka ke pemakaman. Suasana disana sangat sepi karena hanya mobil merekalah yang terparkir disana. Lesmana dan Langit keluar mobil dan berjalan masuk ke area pemakaman. Langit mengikuti langkah Ayahnya yang berada di depannya. Setelah berjalan cukup panjang, Lesmana kini menghentikan langkahnya di sebuah makam yang tampak masih baru. Semakin lama perasaan Langit semakin tidak enak. Apalagi saat dia mulai mendekati Ayahnya yang sudah berhenti di salah satu makam. Rasanya Langit tidak ingin mendekat tapi rasa penasarannya memintanya untuk mendekat.
Air mata Langit langsung tertumpah saat dia mengetahui makam siapa itu. Di batu nisan tertulis nama "LIDIA". Ya, itu adalah nama Bundanya. Langit segera berhambur menubruk makam Bundanya. Isak tangis Langit pecah. Ternyata orang yang selalu dinantikannya sudah pergi untuk selamanya. Bundanya telah tiada.
Lesmana segera merangkul tubuh anaknya. Mencoba menenangkannya walaupun dia sendiripun juga bersedih. Wanita yang dicintainya telah pergi. Pergi untuk selama lamanya sebelum dia bisa membahagiakannya. Karena selama ini hanya kepedihan yang selalu dia berikan pada Lidia.
"Bunda, kenapa Bunda pergi secepat ini? Bunda bilang Bunda akan menjemput Langit tapi mana Bunda? Bunda justru pergi jauh meninggalkan Langit sendiri..hik..hik..hik...!" ucap Langit penuh kesedihan.
"Sudah, Nak. Kamu jangan begini. Bunda akan sedih jika melihat mu begini. Bunda sudah senang di atas sana. Tuhan lebih sayang sama Bunda karena itu dia memanggil Bunda secepat ini. Kita harus ikhlas melepas kepergian Bunda. Kamu tidak ingin Bunda bersedih kan?"
Langit mencoba tegar. Dihapusnya air mata yang mengalir di kedua pipinya. Dia tidak boleh menangis agar Bundanya tidak sedih.
"Anak baik!" ucap Lesmana pada Langit.
"Kita berdoa dulu untuk Bunda sebelum pulang!" ajak Lesmana.
Sebaris doa mereka panjatkan di samping makam Lidia. Begitu banyak hal yang telah terjadi hari ini dalam kehidupan Langit. Sudah banyak pula air mata yang dia keluarkan juga hari ini. Rasanya begitu melelahkan. Langit sangat lelah hingga dia berharap ini yang terakhir kali nya dia menangis tanpa dia tahu bahwa akan ada kejutan lagi setelah ini.
"Langit pulang dulu Bunda. Bunda tenang ya di atas sana. Sekarang sudah ada Ayah yang akan selalu menjaga dan menyayangi Langit. Langit akan menjadi anak yang baik dan sukses seperti harapan Bunda. Doakan Langit dari atas sana Bunda!" pamit Langit pada Bundanya setelah selesai berdoa. Diciumnya batu nisan Lidia setelah itu Langit berdiri dan berjalan menjauh.
"Maafkan aku sayang, karena selama kita bersama hanya penderitaanlah yang aku berikan pada mu. Seandainya cinta ku ini tidak egois mungkin saat ini kamu masih ada dan hidup berbahagia. Maafkan aku yang belum bisa membuat mu bahagia tapi aku berjanji akan selalu menjaga dan membuat anak kita bahagia. Akan aku tebus semua kesalahan ku pada kalian berdua. Tunggulah aku di atas sana sayang. Aku akan selalu mencintai mu!" ucap Lesmana di samping makam istrinya kemudian dia juga mencium batu nisan istrinya itu sebelum beranjak pergi mengikuti anaknya.
Mobil Lesmana melaju kembali meninggalkan area pemakaman menuju ke tujuan selanjutnya. Siang ini jalanan cukup padat namun masih terbilang lancar karena tidak macet.
"Kita ke butik dulu, Pak!" perintah Lesmana pada sopirnya.
"Baik pak."
Mobil Lesmana akhirnya sampai juga di area parkir butik langganannya. Dari bangunannya sudah bisa dipastikan bahwa hanya orang berduit saja yang bisa masuk ke tempat ini. Langit tercengang melihat semua baju yang ada di dalam butik apalagi saat dirinya melihat label harga yang tertera di setiap pakaian yang terpajang. Harganya begitu fantastis. Rasanya begitu sayang kalau harus mengeluarkan banyak uang hanya untuk membeli pakaian sedangkan banyak orang di luar sana yang harus makan saja susah. Mungkin karena Langit yang sudah terbiasa hidup susah jadi dia selalu ingin berhemat. Karena dari pada uang sebanyak ini hanya untuk membeli baju bukankah lebih bermanfaat kalau disumbangkan untuk memberi makan sesama kita yang membutuhkan.
"Pilih saja baju yang kamu sukai, Nak!" ucap Lesmana pada Langit.
"Nggak perlu, Yah. Baju Langit masih layak pakai. Disini baju nya mahal-mahal. Kita beli di tempat lain saja kalau Ayah mau membelikan Langit baju. Kita cari toko yang lebih murah saja!" bujuk Langit pada Ayahnya.
Lesmana begitu terenyuh mendengar ucapan anaknya. Kehidupan seperti apa yang selama ini anaknya lalui. Disaat dia hidup bergelimang harta sedangkan selama ini anak dan istrinya hidup dalam kekurangan. Betapa tidak bergunanya dirinya selama ini. Lesmana benar-benar mengutuk dirinya sendiri yang selama ini menjadi seorang pengecut yang selalu tunduk karena ancaman dari orang tuanya.
*******
Rumah bak istana dengan pintu gerbang yang menjulang tinggi itulah tujuan akhir Lesmana. Mobilnya sudah memasuki pintu gerbang yang sudah terbuka saat mobilnya terlihat. Di halaman depan rumah Lesmana sudah terpasang tenda dan kursi-kursi yang sudah terisi penuh. Melihat mobil Lesmana datang, semua yang duduk di bawah tenda, berdiri untuk menyambutnya. Sang sopir keluar dari balik kemudi menuju pintu penumpang untuk membukakan pintu mobil Lesmana, tuannya.
Mendengar ada mobil yang masuk dan berhenti di pintu utama rumah, seorang wanita yang cantik dan anggun segera keluar. Dia yakin bahwa itu suaminya yang datang. Senyum merekah di bibir manisnya, dia berjalan menghampiri suaminya yang berjalan pula ke arahnya. Sebuah pelukan dan kecupan di kedua pipi suaminya dia berikan.
''Aku merindukan mu, Pah!" ucap wanita itu pada suaminya. Lesmana hanya tersenyum tanpa berniat membalasnya. Hal itu membuat wanita itu yang tak lain adalah istrinya menjadi kesal. Tapi karena sekarang dia sedang berada di depan banyaknya wartawan yang entah kenapa berkumpul di depan rumahnya, membuat dia memendam rasa kesalnya itu dan tetap menampilkan senyum menawannya.
Nadine, itulah nama istri pertama Lesmana. Nadine segera mengurai pelukannya saat dia melihat seorang anak lelaki yang keluar dari mobil suaminya.
"Siapa?" tanya Nadine penasaran.
"Nanti kamu juga tahu. Sekarang ikuti aku, kita naik ke podium. Aku ingin mengumumkan sesuatu!" pinta Lesmana. Untuk saat ini Nadine hanya mengikuti langkah Lesmana menaiki podium sambil menggandeng tangannya. Senyumnya tak pernah luntur dari bibirnya. Karena selama ini dia dikenal karena kebaikannya dan kedermawannya. Nadine sering mengadakan acara amal dan dia juga menjadi donatur dari beberapa yayasan yang bergerak di bidang kemanusiaan.
Lesmana membuka acara dengan ucapan terima kasih dan sekarang saatnya Lesmana mengumumkan sesuatu. Inilah tujuannya kenapa melakukan jumpa pers saat ini. Semua wartawan sudah menyiapkan segalanya. Kamera mereka sudah standby, rasanya seakan tidak ingin ketinggalan satu kata pun.
"Saya mengumpulkan anda-anda semua disini karena saya ingin mengumumkan sesuatu yang penting. Saya ingin memperkenalkan seseorang yang selama ini saya sembunyikan!"
Semua wartawan sudah heboh dan bertanya-tanya sebelum Lesmana menyelesaikan ucapannya. Nadine masih bingung, dia juga penasaran akan ucapan suaminya.
"Langit, kesini Nak!" Lesmana memanggil anak nya yang dari tadi berdiri di dekat mobil. Langit yang merasa namanya disebut segera maju dan naik podium di sebelah Ayahnya.
"Perkenalkan ini Langit Dirgantara. Dia adalah anak laki-laki saya dari istri kedua saya. Dan kelak dia yang akan menggantikan saya memimpin perusahaan Dirgantara!"
Pernyataan Lesmana itu sontak membuat gempar semua yang ada disana. Tak terkecuali Nadine, istrinya.
"Istri kedua?"
"Jadi, selama ini Bu Nadine di madu?"
"Apa Bu Nadine sudah tahu tentang ini?"
Banyak sekali pertanyaan yang dilontarkan dari mulut wartawan.
"Tenang semua! Saya akan memberi penjelasan dan menjawab semua yang ingin anda semua ketahui. Langit adalah anak saya dengan Lidia, istri kedua saya. Dia adalah cinta pertama saya sebelum saya menikah dengan Nadine, istri pertama saya. Dan pernikahan kedua saya, semua juga dengan persetujuan istri pertama saya. Karena beberapa waktu lalu Lidia, istri kedua saya meninggal maka saya mengajak Langit untuk tinggal bersama kami disini. Dan semua ini juga karena usul Nadine, istri pertama saya. Dalam kesempatan kali ini saya ingin mengucapkan terima kasih pada Nadine yang sudah bersedia menerima Langit dan mau membagi kasih sayangnya untuk Langit. Saya bangga mempunyai istri seperti dia!"
Itulah penjelasan dari Lesmana. Setelah itu Lesmana mendekati Nadine yang masih tampak syok atas kejadian yang baru saja terjadi.
Digenggamnya kedua tangan Nadine. Dan setelah itu dia berucap.
"Aku mencintai mu, Mah! Terima kasih atas semua pengertian mu selama ini!"
Dan sebuah kecupan yang cukup lama Lesmana berikan di kening Nadine. Nadine sama sekali tidak merespon. Rasanya masih sulit untuknya mendengar semua ini. Hingga suara tepuk tangan yang meriah menjadi penutup jumpa pers itu.
Bukan gk menghargai cerita othor tp kehidupan mereka berdua di awal saja sudah susah eh malah ko'it peran utamanya. Hadeh...
Kalau mau bikin cerita sedih bilang di awal kak, biar pembaca gk kecewa.