NovelToon NovelToon
Azzura ( Obsesi Sang Alpha)

Azzura ( Obsesi Sang Alpha)

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Vampir / Manusia Serigala / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Fantasi Wanita / Kekasih misterius
Popularitas:109.1k
Nilai: 5
Nama Author: Yulianti Azis

Sekuel dari novel Cintaku Dari Zaman Kuno

Azzura hidup dalam kemewahan yang tak terhingga. Ia adalah putri dari keluarga Azlan, keluarga terkaya dan paling berpengaruh di negara Elarion. Namun, dunia tidak tahu siapa dia sebenarnya. Azzura menyamar sebagai gadis cupu dan sederhana semua demi kekasihnya, Kenzo.

Namun, tepat saat perkemahan kampus tak sengaja Azzura menemukan sang kekasih berselingkuh karena keputusasaan Azzura berlari ke hutan tak tentu arah. Hingga, mengantarkannya ke seorang pria tampan yang terluka, yang memiliki banyak misteri yaitu Xavier.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Azis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sania Diserang

Langit mulai menggelap, cahaya matahari berganti jingga keunguan, menandakan sore yang beranjak malam. Di balik kemudi mobil sport mewahnya, Sania mengemudi santai sambil bersenandung kecil mengikuti lagu yang mengalun dari speaker. Rambutnya yang dikuncir ekor kuda sedikit bergoyang mengikuti gerakan mobil.

“Untung lewat jalan pintas,” gumamnya senang. “Gak kena macet deh.”

Namun baru beberapa meter melaju di jalur sepi itu, mobil Sania tiba-tiba oleng. Setirnya bergetar, dan suara aneh terdengar dari arah bawah.

“Srekk!”

Tukk!

Pyar!

“Eh, kenapa ini?” Sania mengerutkan dahi dan segera menepi. Mobil akhirnya berhenti di tepi jalan yang cukup sepi, hanya lampu jalan yang temaram menemani.

Dengan gerakan kesal, ia membuka pintu dan turun. “Ya ampun” desisnya melihat ke arah ban. “Ban pecah?!”

Ban belakang sebelah kiri kempes, dan ada paku besar menancap.

Sania berdecak pelan, lalu mengeluarkan ponselnya. “Bener-bener apes banget sih hari ini!” gerutunya.

Ia segera menghubungi montir langganannya. “Halo, bang Togar? Ban mobil aku pecah, bisa tolong derek ke rumah nanti ya? Lokasinya aku share sekarang.”

Setelah urusan beres, ia menghubungi supir keluarga. “Pak Imran, jemput aku di Jalan Pinus Raya, jalur pintas arah tol. Mobil mogok. Iya, aku share lokasi juga.”

Setelah menutup telepon, ia memasukkan ponselnya ke dalam saku celana. Belum sempat ia bersandar di pintu mobil, terdengar suara kekehan dari kejauhan.

“Heh ... heh … halo, nona manis .…”

Sania menoleh. Lima pria berandalan dengan pakaian lusuh dan bau alkohol mendekat dari arah trotoar.

“Mobilnya kenapa, neng? Mogok ya, Neng manis?” tanya salah satu dengan nada menggoda.

Sania mendengus tajam. “Enggak, mobil aku nggak mogok. Tapi terbang barusan. Ya ampun, pakai nanya lagi, udah tahu juga.”

Kelima pria itu tertawa terbahak.

“Wah, galak juga ya si cantik ini,” kata yang lainnya. “Tapi makin galak makin seksi. Gak sia-sia ya kita ketemu di sini.”

Wajah Sania berubah kesal. Matanya menatap tajam, dagunya sedikit terangkat, aura judesnya muncul otomatis.

“Pergi sebelum aku buat kalian nyesel!” ucapnya tegas.

Namun, para pria justru semakin mendekat.

“Daripada nungguin di sini nggak jelas, gimana kalau neng ikut kita? Tenang aja, kita orang baik-baik kok.”

“Iya, kita gak bakal kasar. kecuali kamu minta. Yuk kita main-main ular tangga.”

“Udah gila kalian!” bentak Sania sambil melangkah mundur.

Salah satu pria mencoba menyentuh lengan Sania.

“Sini, cantik. Jangan main susah didapetin dong—”

Krak!

Arrrrgghh!

Bugh!

Tiba-tiba Sania memelintir tangan pria itu ke belakang dengan gerakan cepat, lalu menghantamkan lututnya ke pinggang pria itu.

Pria itu jatuh menjerit sambil meringis kesakitan, menggeliat di tanah.

“Dasar penjahat kel*min, jangan pegang-pegang ya!” bentak Sania sambil bersiap.

Empat pria lainnya tampak kaget. Tapi kemarahan menguasai mereka.

“Kurang ajar! Ternyata lo gak bisa diajak baik-baik ya!”

“Berani banget lo, cewek kecil! Jangan salahin kita kalau jadi kasar!”

Sania mengangkat tangan kanannya, merenggangkan jari. “Ayo. Sini. Biar sekalian gue lurusin urat otak kalian.”

Seketika, keempatnya menyerbu.

Bugh!

Bugh!

Sania menghajar para pria itu dengan lincah dan penuh perhitungan. Hal itu membuat para pria itu terkejut, mengira mangsanya hanya gadis kaya yang manja.

Jangan remehkan Sania Dixon. Sejak kecil ia dilatih bela diri oleh pelatih pribadi, bersama Zorion dan Azzura serta sang kakak Zach. Tinju, taekwondo, bahkan jiu-jitsu. Kakinya menyapu lutut salah satu pria, lalu sikutnya menghantam dagu yang lain. Satu persatu roboh, mengerang di tanah.

Bugh!

Krak!

Yang tersisa hanya satu pria. Ia ragu, namun masih mencoba menyerang. Tapi Sania lebih dulu mengunci lehernya dan melemparkannya ke tanah.

“Dan lo ... tidur di situ aja,” katanya dingin.

Kelima pria itu tergeletak tak berdaya, beberapa mulai mengerang lemah, sisanya pingsan.

Sania berdiri tegak, mengatur napas. Ponselnya kembali berdering, dari Pak Imran.

“Halo, Pak. Iya … aku masih di lokasi. Tapi, sepertinya aku baru saja mengurus sampah jalanan. Cepetan ya Pak, aku mau pulang.”

Dengan satu gerakan, Sania menyambar jaketnya dari dalam mobil tak lupa Sania mengambil sesuatu sebagai jaga-jaga.

Sania yang baru saja mengatur napas, mengelap sedikit peluh di keningnya sambil bersandar di mobil. Namun baru beberapa detik ia merasa lega, suara-suara berisik mulai terdengar dari kejauhan.

Brum!

Brum!

Deru motor terdengar mendekat dari arah jalan gelap. Lampu-lampu motor menyilaukan mata. Sania mengerutkan dahi, tubuhnya kembali siaga.

Beberapa motor berhenti tak jauh dari tempatnya berdiri. Sekitar tujuh orang pria turun sambil membawa senjata, ada yang membawa clurit, pedang, bahkan satu dari mereka terlihat menenteng pistol.

Sania melotot. “Sial,” gumamnya pelan.

Salah satu pria yang sebelumnya dihajarnya, tertawa dari tanah, meski suaranya lemah.

“Kau pikir sudah menang, ya? Gadis kecil, sekarang kau tidak akan bisa ke mana-mana.”

Sania menoleh tajam. “Oh ya?” Sania lalu menendang pria itu membuat pria itu pingsan.

Kemudian debycepat, ia merogoh jaketnya dan mengeluarkan pistol hitam kecil dari balik saku dalam.

“Sekarang gue yang nanya masih mau main-main?” ujarnya dengan tatapan tajam.

Salah satu pria yang baru datang hanya mendecakkan lidah mendengar ucapan Sania. “Ini dia yang hajar teman-teman kita tadi? Gak nyangka cewek secantik ini bisa kasar juga ya.”

Yang lain tertawa sambil meludah ke tanah. “Udahlah, habisin aja. Habis itu kita ‘main’ sebentar sama dia. Sayang kalau dilepas.”

Sania langsung menembakkan satu peluru ke arah tanah.

Dor!

Mereka terkejut melihat mangsa mereka memiliki pistol.

“Deketin aku lagi, ketembak pala kalian!” teriak Sania garang.

Para pria itu tidak takut. Justru mereka seperti semakin bersemangat.

“Cepet tangkap! Jangan biarkan dia lepas malam ini.”

Sania langsung berlari ke arah semak pinggir jalan. Beberapa tembakan mulai dilepaskan, dan senjata-senjata tajam mengayun di udara.

Dor!

Dor!

Peluru berseliweran di udara. Sania berlari zig-zag, lalu membalikkan badan, membidik, dan menembak lutut salah satu pria.

Dor!

“Arrgghh!” pria itu jatuh menjerit.

Namun mereka terlalu banyak. Nafas Sania mulai berat. Karena terlalu banyak, tiba-tiba

Broomm!

Sebuah motor sport berwarna hitam melaju cepat, berhenti tepat di depan Sania dengan gerakan drifting tajam. Asap tipis mengepul dari ban.

Pengemudinya memakai helm dan jaket kulit hitam. Tapi dari sorot matanya, Sania langsung tahu.

“Mister Beku!” serunya lega.

Alex membuka sedikit helmnya sambil tetap waspada. “Cepat naik, Nona Sania!”

Tanpa berpikir dua kali, Sania melompat ke jok belakang motor.

Saat itu juga, suara tembakan kembali terdengar.

Dor!

Dor!

Peluru hampir mengenai mereka, tapi Alex dan Sania sudah merunduk.

“Kejar mereka!” teriak salah satu pria dengan panik. Mereka kembali dan mengambil motor masing-masing.

Motor sport itu langsung melesat kencang di jalanan sempit, suara mesinnya meraung.

“Mister Beku, lebih kencang lagi!! Mereka bawa pistol!” teriak Sania dari belakang, tangannya tetap menggenggam pistolnya.

“Pegangan yang erat!” balas Alex.

Mereka melaju menembus malam. Sania sesekali menoleh ke belakang, lalu membidik dan menembakkan peluru ke arah motor yang mendekat.

Dor!

Dor!

Alex sempat melirik lewat kaca spion kecil di helmnya.

“Kau … bisa menembak?” tanyanya heran.

Sania menjawab cepat, “Aku dilatih sama Paman Farrel sejak umur tujuh tahun. Jangan remehkan Dixon Family!”

Alex terkekeh singkat. Dalam hati ia kagum. Tapi ekspresi wajahnya tetap dingin dan fokus.

Sebenarnya, sebagai tangan kanan Xavier, Alex adalah manusia serigala tingkat tinggi. Dia bisa saja melompat dan menghabisi semua musuh hanya dalam hitungan detik.

“Tidak bisa … terlalu banyak kamera CCTV di daerah ini. Kalau kekuatanku ketahuan penyamaranku bisa hancur,” pikirnya tegas.

Sementara motor terus melesat melewati belokan tajam, suara motor pengejar terdengar makin dekat. Salah satu pria di belakang mulai menodongkan pistol.

Alex mengubah strategi. Dengan kecepatan tinggi, dia menarik tuas rahasia di bagian dashboard motornya.

“Tahan!” serunya ke Sania.

“Apa?!”

“Tahan nafasmu!”

Tiba-tiba motor itu mengeluarkan asap tebal dari knalpot belakang. Asap putih menyebar dan membuat para pengejar kehilangan arah.

“Kebas!! Gue gak bisa lihat apa-apa!!”

“Woi! Rem!!”

Brak!

Satu per satu motor pengejar menabrak pembatas jalan. Suara tabrakan terdengar berturut-turut.

Sania menoleh ke belakang dan berseru lega, “Gila! Lo keren banget, Mister Beku!”

Alex hanya menanggapinya dingin, “Itu hanya strategi. Bukan keberuntungan.”

Beberapa menit kemudian, motor Alex berhenti di depan rumah aman miliknya. Sania turun sambil tetap menggenggam pistolnya.

“Thanks ya, Mister Beku. Gue kira hari ini bakal jadi hari terakhir gue.”

Alex membuka helmnya perlahan, memperlihatkan wajah tampannya yang dingin namun penuh kewaspadaan.

“Mulai sekarang, jangan ambil jalan pintas sendirian lagi. Dunia malam bukan tempat main.”

Sania tersenyum miring. “Gue pikir lo dingin, ternyata peduli juga, ya. Eh, tapi kok Lo bisa tahu kalau gue ambil jalan pintas?”

Alex menoleh sejenak, lalu berjalan masuk tanpa membalas.

1
Nia Idrus
semangat up nya author,kurang puas klo hanya sedikit up nya.
selalu merasa penasaran
🟢≛⃝⃕|ℙ$ Fahira Eunxie💎
yaampun/Facepalm//Facepalm/
🟢≛⃝⃕|ℙ$ Fahira Eunxie💎
/Facepalm//Facepalm/
❤️⃟Wᵃf༄SN⍟𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌🦈🍒⃞⃟🦅
waduhhh nnti si savier bakal jd sekutu zion secara lho vampir musuh srigala
zylla
Astaga, Sania! 🤣🤣🤣
zylla
Hahahahha Mister Beku gimana ya responnya?
zylla
Azzura kayanya ketularan Sania. Agresif bener. 🤣
zylla
Kompak bener 🤣🤣🤣
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
msh misteri kenapa Kenzo jd anak kndung vampir tp saya yakin walau Kenzo hidup lg pasti tetap akan kalah sama Xavier dan Azzura 😏😏
Dian Susantie
ayo up.. up.. up.. 💪🏼💪🏼💪🏼😍😍😍
nara 🇮🇩 🇹🇼
ternyata kenzo anaknya vampir hihihi serem untung tak mengigit manusia
☆⃝🦉KYOKOTSU 🍒⃞⃟🦅
kenzo turunan vampir!? 😳
syh 03
syukurlah kenzo ga jd vampire
Ayudya
bagus lah keano mati biar ga ada penganggu lagi
Rosna Marleni
kenapa Kenzo jadi anak raja Vampir bukannya dia anak kandung Alfa...?
⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘIncha ᴳᴿ🐅❤️⃟Wᵃf
semakin banyak misteri yg blm terpecahkan
Nur Adam
lnju
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
kok Kenzo jd anak vampir sih bknnya Kenzo anak kandung Alfa ya jd makin penasaran nih 😉😉
✍️⃞⃟𝑹𝑨 Yulianti Azis: 🤣🤣🤣 Apa hubungannya kak, astaga bengek amu
Jue: Mungkin Alfa itu ketua pontianak
total 2 replies
Dian Susantie
heemm..
Kenzo anak vampir..?? apa Stela pernah berhubungan ama Vampir..?? 🙄🙄🤔🤔
cuma baca
ehh kok isooo
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!