Balas dendam? Sudah pasti. Cinta? Tak seharusnya. Tapi apa yang akan kau lakukan… jika musuhmu memakaikanmu mahkota?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon karinabukankari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 27: The Root Beneath the Throne
Satu bulan setelah Dewan Rakyat Ravennor resmi berdiri.
Di bawah fondasi istana lama Ravennor, ada sesuatu yang tidak pernah benar-benar mati.
Lorong-lorong gelap yang dulu digunakan para raja untuk menyembunyikan pengetahuan terlarang kini dipenuhi bayangan baru. Bukan bayangan makhluk, tapi bayangan ketakutan. Dan dari ketakutan itu, lahirlah suara-suara yang tidak ingin dilupakan.
“Selama kau percaya bahwa dunia bisa berdiri tanpa puncak... akar-akar lama akan menarikmu kembali.”
Di atas permukaan, pagi hari dimulai dengan sidang umum Dewan.
Lady Mirella berdiri di podium pusat, menjelaskan rencana distribusi bahan makanan ke wilayah barat yang masih belum pulih.
"...dan sebagai bagian dari transparansi pemerintahan baru, kami mengundang rakyat untuk menyaksikan langsung proses pemungutan suara."
Suara langkah memasuki aula.
Semua menoleh.
Seraphine melangkah masuk, diikuti Ash dan Caelum. Meski tak lagi menjabat apa pun, kehadiran mereka tetap mengguncang udara ruangan.
"Maaf terlambat," ucap Seraphine singkat.
Lady Mirella tersenyum kaku. "Tidak pernah benar-benar terlambat, Penerus Api."
"Kuharap kita sepakat untuk tidak lagi menggunakan gelar lama," potong Ash.
"Ya... tentu saja." Tapi mata Mirella tetap tajam. Terlalu tajam.
Di belakang ruang sidang, di sebuah balkon kecil menghadap taman dalam istana, Caelum dan Ash berdiri menyaksikan keramaian.
"Kau lihat ekspresi Mirella tadi?" tanya Caelum pelan.
Ash mengangguk. "Dia bermain rapi. Terlalu rapi. Seperti seseorang yang sudah tahu kapan waktu untuk jatuh... dan sedang menyiapkan tempat mendarat."
"Kau pikir dia... bagian dari kelompok lama?"
"Aku pikir," gumam Ash, "kita belum sepenuhnya keluar dari perang. Kita hanya masuk ke babak baru."
Malam harinya, di menara riset sihir, Seraphine membuka naskah kuno yang baru ditemukan. Ia tak sendiri. Seorang peneliti muda bernama Laenys menemaninya—seorang gadis pendiam dengan mata hitam legam dan lengan penuh tato rune pelindung.
"Laenys," tanya Seraphine sambil membolak-balik halaman tua, "apa kau pernah dengar tentang ‘Thronus Radix’?"
Laenys menegang. “Itu... bukan cuma mitos?”
“Penjara akar. Di bawah tahta pertama Ravennor. Tempat di mana sihir hidup pertama kali dikurung.”
Laenys menelan ludah. "Kalau itu nyata, berarti... akar dari seluruh sistem sihir kita berasal dari... sesuatu yang seharusnya tidak pernah dibebaskan."
Seraphine mengangguk.
Dan di balik halaman terakhir, mereka menemukan simbol: mata ketiga terbuka, tertanam di tanah.
“Umbra Mortem bukan ancaman satu-satunya,” bisik Seraphine.
Sementara itu, di distrik timur Ravennor, pertemuan gelap terjadi.
Lady Mirella berdiri di depan lima sosok berjubah.
"Kalian punya pengaruh. Aku punya suara. Kita tidak harus melawan Dewan... cukup arahkan mereka."
Seseorang menjawab dari kegelapan. "Dan jika Seraphine campur tangan?"
"Biarkan dia menjaga sihir dan mimpi rakyat. Kita akan menjaga kenyataan."
Tangan-tangan berjubah mengangguk. Perjanjian baru ditulis—bukan dengan tinta, tapi dengan darah dan bayangan.
Keesokan harinya, di perbatasan Ravennor, seorang pemuda berambut putih datang dengan membawa gulungan tua.
Namanya Ezren, utusan dari wilayah barat yang telah lama terisolasi karena kutukan tanah kering. Ia meminta bertemu langsung dengan Dewan.
“Aku membawa pesan dari hutan kuno,” katanya. “Tanah di wilayah kami berdenyut. Seperti akar yang bangun. Seperti... sesuatu yang dulu ditanam mulai bernapas lagi.”
Di dalam Dewan, Seraphine membaca laporan Ezren sambil menghubungkan potongan-potongan: akar yang bangun, kristal sihir yang retak, dan Thronus Radix yang tidak pernah disebut dalam sejarah resmi.
“Caelum,” bisiknya. “Jika kita benar, maka... tahta pertama tidak pernah kosong. Ia hanya terkubur. Dan sekarang... sesuatu sedang tumbuh di bawahnya.”
Orin, yang kini menjadi penasehat dari balik bayangan, membaca surat rahasia dari Laenys.
Di dalamnya hanya satu kalimat:
“Sihir hidup adalah tanaman liar. Dan akar yang tak pernah dipotong… akan terus mencari cahaya.”
Orin menatap ke utara, ke gunung tempat gerbang tua dikunci.
"Kalau mereka menggali Thronus Radix... maka Ravennor akan tahu arti kekuasaan sejati. Bukan mahkota. Bukan pedang. Tapi akar. Yang tak bisa dihancurkan… hanya dibakar.”
Malam itu, angin membawa bau tanah basah dan suara seperti bisikan.
Dari dalam tanah di bawah ruang Dewan, akar-akar halus mulai merayap ke atas.
Mereka tidak haus darah.
Mereka haus… takdir.
Pagi hari di Ravennor bukan lagi sekadar sunyi. Ia seperti ditelan kabut. Tipis, tapi cukup untuk membuat langit terlihat lebih pucat dari biasanya. Orang-orang mulai mengeluh mimpi buruk—tentang pohon raksasa yang tumbuh dari tanah kota, mematahkan bangunan, dan menelan matahari.
Di pasar timur, seorang pedagang jatuh pingsan setelah berteriak, “AKAR ITU BERBICARA!”
Di ruang riset sihir, Ash menatap peta Ravennor dengan titik-titik merah kecil: semua tempat yang dilaporkan mengalami “getaran bawah tanah” dalam dua minggu terakhir.
Caelum masuk, membawa segulung laporan.
"Empat desa di barat mulai melihat retakan tanah. Akar-akar aneh tumbuh semalam. Seperti... muncul entah dari mana."
Ash menatapnya. “Apa bentuknya?”
Caelum membuka gulungan. Di sana, gambar tangan manusia... tapi terbuat dari akar dan tanah. Ujung-ujung jarinya bercahaya hijau.
“Akar itu mencoba... menyerupai kita?” gumam Ash.
Sementara itu, Seraphine menutup matanya di tengah ladang. Ia sedang melakukan pemanggilan energi kuno—yang tak lagi diajarkan di akademi manapun. Sihir akar bukan sihir yang bisa dikontrol. Ia harus diajak bicara. Ditawar. Dinegosiasi.
Dari dalam tanah, suara-suara muncul:
“Kau bukan ratu kami… tapi darahmu pernah menumbuhkan kami.”
Seraphine membuka matanya, terengah.
"Caelum benar... Ini bukan sekadar kebangkitan sihir. Ini kebangkitan sesuatu yang jauh lebih tua dari Ravennor."
Di dalam Dewan, suara mulai terpecah.
Lady Mirella menyuarakan ide membangun ulang sistem aristokrasi terbatas, "Demi kestabilan. Rakyat butuh pemimpin, bukan suara samar dari akar tanah yang kita tak pahami."
Ash berdiri. “Kau ingin menghidupkan tahta dengan nama lain.”
Mirella tersenyum. “Aku ingin menghindari kekacauan.”
Seraphine menatapnya tajam dari seberang meja. "Atau mungkin... kau ingin mengendalikannya. Karena kau tahu akar itu tumbuh di bawah tempat ini. Dan kau ingin duduk tepat di atasnya."
Malam itu, Ezra—utusan dari barat—menemui Caelum diam-diam.
"Ada sesuatu yang harus kau lihat," katanya. Mereka menuju gudang tua, dan dari bawah lantai kayu, Ezra membuka sebuah kotak.
Di dalamnya... jantung akar. Masih berdenyut.
"Ini tumbuh dari dalam mayat seekor burung besar yang mati tiga hari lalu," ucap Ezra. "Dan kemarin, ia mulai... bernyanyi."
Caelum menegang. "Bernyanyi?"
Ezra mengangguk, lalu menyentuh akar itu.
Dan seketika, suara terdengar di dalam kepala Caelum—suara Seraphine. Tapi bukan Seraphine.
“Kita bisa membuat dunia baru. Bukan dengan hukum. Tapi dengan akar. Dengan tubuh. Dengan darah.”
Sementara itu, Orin kembali muncul di reruntuhan benteng utara. Ia membawa gulungan tua yang baru diterjemahkan Laenys.
“Jika tahta adalah pohon, maka akar adalah jiwa. Siapa pun yang duduk terlalu lama... akan menjadi bagian darinya.”
Ia menatap altar yang mulai retak.
“Sudah waktunya. Kita bawa tahta itu ke permukaan. Bukan untuk dipakai—tapi untuk dihancurkan. Dengan itu... kita bebas.”
Bayangan dari Umbra Mortem mengerut.
“Kau terlalu manusia untuk menghancurkannya. Kau akan tergoda... seperti mereka semua.”
Orin menoleh, mata ungu menyala.
"Kalau begitu... biarkan aku tergoda. Dan biarkan aku memilih sendiri apa yang layak tumbuh di atas tulang-tulang lama."
Di Ravennor, Lady Mirella melangsungkan rapat rahasia dengan tiga anggota Dewan—memberikan mereka cincin perak yang berdenyut halus saat disentuh.
“Ini bukan sihir. Ini akar. Dan ia tahu siapa yang pantas memimpin.”
Salah satu dari mereka bertanya, "Apa kita masih bicara tentang pemerintahan?"
Mirella tersenyum. “Kita bicara tentang kelahiran kembali.”
Dan malam itu, Seraphine bermimpi.
Ia berdiri di dalam aula tahta lama. Tapi tahta itu bukan batu.
Ia hidup. Bernapas. Akar-akar menjulur dari sandaran, melingkari tubuhnya.
Dan di hadapannya, Orin duduk di atas versi lain dari tahta itu—dari kayu dan tulang dan cahaya hitam.
“Kau terlalu lambat, Seraphine,” ucap Orin dalam mimpi. “Kau ingin menyelamatkan semuanya. Aku hanya ingin menanam ulang dunia.”
Ia terbangun dengan darah di telapak tangan. Dan suara kecil di benaknya berkata:
"Akar sudah ada di bawah kakimu. Dan mereka memilih… bukan berdasarkan harapan. Tapi rasa lapar."
To be continued...
Cobalah:
RA-VEN-NOR™
➤ Teruji bikin senyum-senyum sendiri
➤ Kaya akan plot twist & sihir kuno
➤ Mengandung Caelum, Ash, dan Orin dosis tinggi
PERINGATAN:
Tidak dianjurkan dibaca sambil di kelas, rapat, atau pas lagi galau.
Efek samping: jadi bucin karakter fiksi.
Konsumsi: TIAP JAM 11 SIANG.
Jangan overdosis.
Gemetar...
Tangan berkeringat...
Langit retak...
WiFi ilang...
Kulkas kosong...
Ash unfollow kamu di mimpi...
➤ Tiap hari. Jam 11.
Ini bukan sekadar Novel.
Ini adalah TAKDIR. 😭
Aku sudah capek ngingetin kamu terus.”
➤ Novel update jam 11.
➤ Kamu lupa lagi?
Baiklah.
Aku akan pensiun.
Aku akan buka usaha sablon kaus bertuliskan:
❝ Aku Telat Baca Novel ❞
#AyamMenyerah
“Kalau kamu baca jam 11, aku bakal bikinin kamu es krim rasa sihir.”
Caelum (panik):
“Update?! Sekarang?! Aku belum siap tampil—eh maksudku… BACA SEKARANG!”
Orin (pegangan pohon):
“Aku bisa melihat masa depan... dan kamu ketinggalan update. Ngeri ya?”
📅 Jam 11. Tiap hari.
Like kalau kamu tim baca sambil ketawa.
Komen kalau kamu tim “gue nyempil di kantor buat baca novel diem-diem”
Kamu bilang kamu fans Ravennor,
Tapi jam 11 kamu malah scroll TikTok.”
Jangan bikin aku bertanya-tanya,
Apakah kamu masih di pihakku…
Atau sudah berubah haluan.
➤ Novel update tiap hari.
➤ Jam 11.
Jangan salah pilih sisi.
– Orin
Tapi aku perhatikan siapa yang selalu datang jam 11… dan siapa yang tidak.”
Dunia ini penuh rahasia.
Kamu gak mau jadi satu-satunya yang ketinggalan, kan?
Jadi, kutunggu jam 11.
Di balik layar.
Di balik cerita.
– Orin.
Menarik.
Aku kira kamu pembaca yang cerdas.
Tapi ternyata...
➤ Baca tiap hari. Jam 11.
➤ Kalau enggak, ya udah. Tapi jangan salahin aku kalau kamu ketinggalan plot twist dan nangis di pojokan.
Aku sudah memperingatkanmu.
– Ash.
Untuk: Kamu, pembaca kesayanganku
"Hei…
Kamu masih di sana, kan?
Kalau kamu baca ini jam 11, berarti kamu masih inget aku…"
🕚 update tiap hari jam 11 siang!
Jangan telat… aku tunggu kamu di tiap halaman.
💙 – C.
Kucing kerajaan udah ngamuk karena kamu LUPA update!
🕚 JAM 11 ITU JAM UPDATE !
Bukan jam tidur siang
Bukan jam ngelamunin mantan
Bukan jam ngintip IG crush
Tapi... JAMNYA NGIKUTIN DRAMA DI RAVENNOR!
😾 Yang kelewat, bakal dicakar Seraphine pakai kata-kata tajam.
#Jam11JamSuci #JanganLupaUpdate
Itu jamnya:
✅ plot twist
✅ karakter ganteng
✅ baper kolektif
✅ kemungkinan besar ada adegan nyebelin tapi manis
Jangan lupa update TIAP HARI JAM 11 SIANG
📢 Yang gak baca… bakal disumpahin jadi tokoh figuran yang mati duluan.
Itu bukan jam makan, bukan jam rebahan...
Itu jam baca komik kesayangan KAMU!
Kalau kamu ngelewatin update:
💔 Caelum nangis.
😤 Seraphine ngambek.
😎 Ash: “Terserah.”
Jadi yuk… BACA. SEKARANG.
🔁 Share ke temanmu yang suka telat update!
#ReminderLucu #UpdateJam11
📆 Update : SETIAP HARI JAM 11 SIANG!
Siapa yang lupa...?
➤ Ditarik ke dunia paralel.
➤ Dikejar Orin sambil bawa kontrak nikah.
➤ Dijadikan tumbal sihir kuno oleh Ash.
➤ Dipelototin Seraphine 3x sehari.
Jadi... JANGAN LUPA BACA YAAA!
❤️ Like | 💬 Komen | 🔔 Follow
#TimGakMauKetinggalan
Komik kita akan UPDATE SETIAP HARI!
Jadi jangan lupa:
💥 Siapkan hati.
💥 Siapkan cemilan.
💥 Siapkan mental buat gregetan.
⏰ Jam tayang: jam 11.00 WIB
🧡 Yang lupa update, nanti ditembak cinta sama si Caelum.
➕ Jangan lupa:
❤️ Vote
💬 Komen
🔁 Share
🔔 Follow & nyalain notif biar gak ketinggalan~