Miranda adalah seorang jurnalis wanita berusia 29 tahun di sebuah majalah sport di Toronto, Kanada. Impian sebagai seorang penulis buku dia hentikan setelah bertemu Jeff, kekasihnya. Selama dua tahun mereka tinggal bersama, Jeff dengan teganya berselingkuh dan membuat Miranda jatuh di titik terendah hidupnya.
Di saat kegalauan itu datang, Miranda diperintahkan atasannya untuk kembali menulis buku. Sebuah buku biografi dari mantan atlet nasional rugby yang kini menjadi seorang pelatih terkenal bernama Rick. Pria berusia 51 tahun yang baru kehilangan istri yang dicintainya karena kanker.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Biran ASMR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 6
Ternyata Rick tidak melajukan mobilnya kembali ke rumah melainkan ke tempat pemakaman umum. Di tengah perjalanan tadi Rick membeli sebuket bunga mawar merah dari penjual bunga di pinggir jalan.
Rick memarkirkan mobilnya. "Kau tunggu di sini!" katanya.
"Tidak," balas Miranda membuat Rick menoleh padanya. "Aku ingin ikut."
Tanpa melarangnya, mereka berdua turun dari mobil dan masuk ke dalam area pemakaman. Rick berjalan di depan. Sampai di pusara bertuliskan Beloved Wife - Rachel Brown Foley. Pusara itu nampak terawat. Rick membuang bunga yang terlihat sudah layu dan menggantikannya dengan bunga yang baru dia beli tadi. Mawar merah. Bunga yang melambangkan cinta.
Rick jongkok di depan pusara isterinya dan menatapnya lama. Miranda berdiri di depan Rick dan pusara isterinya. Komunikasi dalam hati sepertinya terjalin di antara ke duanya yang telah berbeda alam. Miranda memperhatikan Rick lekat. Tatapan tajam dan sinis yang selalu dia layangkan padanya serta merta hilang ketika dia menatap pusara isterinya. Sungguh dahsyat cinta mereka.
Setelah hampir setengah jam di sana, Rick akhirnya berdiri dan berjalan kembali menuju area parkir. Miranda mengekor di belakangnya. Ketika melewati gerbang dengan penjaga di sana, Miranda berhenti. Setelah Rick menjauh, Miranda mulai menyapa penjaga makam di sana.
"Selamat sore," sapa Miranda. "Bolehkah saya bertanya?"
Lelaki penjaga makam bertubuh kecil itu tersenyum ramah. "Sore. Silahkan nyonya!"
"Apakah lelaki itu sering datang ke sini?" tanya Miranda sembari menunjuk punggung Rick dengan tatapannya.
"Oh Tuan Rick. Ya. Dia sering datang ke sini setiap seminggu sekali. Dia sangat mencintai mendiang isterinya," jawab si penjaga makam.
So sweet... Bahkan setelah maut memisahkan pun cintanya tetap melekat di hatinya. Miranda mendongak ke langit dan menghela nafas. Tuhan kenapa Kau memisahkan mereka?
Miranda berlari kecil menyusul Rick setelah selesai dengan si penjaga makam. Mereka berdua masuk ke dalam mobil dan Rick mulai melajukan mobilnya.
"Mmh.. bolehkah kita mampir di Walmart?" tanya Miranda ragu. "Lemari esmu kosong. Sepertinya kita harus membeli berbagai persediaan makanan," lanjutnya yang tak mendapatkan respon Rick.
Rick baru menyadari bahwa dirinya sudah lama tidak berbelanja setelah isterinya meninggal. Selama ini dia selalu memesan layanan pesan antar untuk sarapan dan makan malam.
Miranda tersenyum setelah Rick memarkirkan mobilnya di depan Walmart. Setelah masuk di supermarket itu Miranda mengambil troli yang langsung diambil alih oleh Rick.
Miranda melirik Rick lalu membiarkannya mengambil alih troli. Mereka berdua pun mulai berjalan menyusuri berbagai deretan makanan. Miranda mengambil telur, terigu, susu, daging dan keperluan lainnya ke dalam troli. Rick sama sekali tidak berkomentar.
Rick menatap Miranda yang berjalan di depannya. Seketika dia teringat mendiang isterinya yang selalu dia antar berbelanja. Setelah dirasa sudah cukup, Miranda dan Rick maju ke area kasir dan semua belanjaan itu Rick bayar.
Dari kejauhan beberapa pengunjung menyadari Rick adalah pelatih rugby yang sedang naik daun. Mereka berbisik dan menerka-nerka bersama siapakah Rick berbelanja. Karena semua tahu bahwa Rick baru saja kehilangan isteri yang dicintainya.
Lima orang pemuda yang sepertinya pecinta olahraga rugby mendekat.
"Maaf, bolehkah kami berfoto dengan Anda?" tanya salah satu pemuda pada Rick.
"Boleh boleh tentu!" bukan Rick yang menjawab melainkan Miranda. Membuat Rick terlihat kesal tapi tak bisa diluapkan di hadapan para penggemarnya.
Para pemuda itu mulai berdiri berjejer dengan Rick berada di tengah. Salah satu pemuda itu memberikan ponselnya pada Miranda dan Miranda pun memotret mereka. Setelah selesai berfoto, mereka meminta tanda tangan Rick.
Para pemuda itu pergi setelah keinginannya terlaksana. Rick berjalan menuju mobilnya dengan Miranda tertinggal di belakang sambil mendorong troli berisi belanjaan ke parkiran.
Rick memasukkan belanjaannya ke dalam mobilnya dan mereka berdua pun masuk.
"Kau tahu, sekarang kau sudah setara dengan selebriti!" kata Miranda memecah kesunyian di tengah perjalanan pulang.
Rick hanya diam dan tak merespon seperti biasanya.
***
Pertandingan penyisihan untuk siapa yang maju ke semi final pertandingan rugby jatuh pada hari ini. Setelah beberapa hari kemarin Miranda cukup kelelahan dengan jadwal Rick yang padat, hari ini adalah penentuan. Jika tim yang dilatih Rick menang, maka timnya akan maju ke final melawan Amerika Serikat.
Setelah sampai di stadion, Miranda tidak mengerjakan project bukunya hari ini. Dia malah membantu Nat sebagai asisten Rick.
"Oh God! Thank you Miranda!" kata Nat pada Miranda yang membantu mendistribusikan air minum pada pada pemain di ruang ganti. "Aku tidak tahu apa jadinya jika tidak ada kau di sini. Crewku hari ini kurang orang," lanjut Nat.
"It's oke Nat! Dengan senang hati aku bisa membantu!" balas Miranda yang memberikan air minum ke setiap pemain.
Sampai pada Anthony, Miranda mengepalkan tangannya dan memberikan semangat padanya dengan isyarat. Anthony tersenyum dan wajahnya merona.
Prok! Prok!
"Go! Go! Ayo kita mulai!" teriak Rick dengan nada tinggi. Semua pemain mulai melengkapi pakaianya dan bersiap keluar dari ruang ganti.
Setelah bersorak semangat, mereka semua keluar dari ruang ganti dan bersiap di area lapangan. Miranda duduk bersama Nat di barisan kursi pemain cadangan. Rick tidak duduk sama sekali. Dia tampak serius menghadapi pertandingan. Sudah tidak ada atmosfer santai lagi. Semua menjadi genting di lapangan.
Pertandingan dimulai. Pertandingan rugby berlangsung selama 90 menit dengan pembagian 40 menit babak pertama dan istirahat 10 menit kemudian babak terakhir 40 menit. Di 40 menit pertama penonton yang sebagian besar mendukung tim Kanada kecewa karena tertinggal beberapa angka.
Di jam istirahat Rick mengumpulkan para pemain. Miranda tidak dapat mendengar apa yang dikatakan Rick. Tapi terlihat sekali guratan emosi di wajah dan leher Rick pada timnya. Para pemain bubar dengan wajah tegang dan permainan kembali berlanjut.
Di babak terakhir tim Kanada berhasil menyamakan angka dengan lawan. Semua penonton tegang dengan waktu yang hanya tinggal beberapa menit tapi tim kesayangannya belum mengunggulkan poin.
Wasit sudah menempelkan peluit di bibirnya. Hanya tinggal beberapa detik. Thony berhasil menguasai bole dan dia sedang berlari menuju gang lawan.
"Ayo Thony! Kamu pasti bisa!" teriak Miranda dengan suara yang melengking.
Thony berlari semakin cepat dan ...
GOOOLLLL
PRIIIIITTTT
Bunyi peluit sebagai tanda berakhirnya pertandingan telah usai pun terdengar. Dengan tim Kanada sebagai pemenangnya. Seluruh penggemar tim Kanda bersorak sorai bergembira atas kemenangannya.
Para pemain di lapangan saling berpelukan. Nat, Miranda dan para crew timnas pun saling bersorak bergembira. Hanya Rick yang terlihat tidak terlalu bahagia.
***
Nat melayangkan gelasnya berisi bir di udara. "Untuk kemenangan kita hari ini dan kemenangan kita di final nanti!"
Semua pemain, crew beserta Rick dan Miranda ikut melayangkan gelasnya di udara.
"Cheers!" teriak semua.
Mereka meminum bir dengan penuh suka cita. Untuk merayakan kemenangan, Nat mengadakan pesta malam ini di salah satu cafe di kota Toronto.
"Tapi kita jangan dulu terlalu senang," ucap Rick menghentikan keriuhan. "Masih ada pertandingan final di depan mata!" tambahnya.
Seketika semua pemain disadarkan dengan pertandingan final di depan mata dan suasana kembali tegang.
"Oh come on! Untuk sesaat marilah kita menghilangkan penat!" teriak Nat. "Untuk malam ini... saja. Please..." dia bertingkah konyol malam ini.
Rick tertawa sekilas melihat kekonyolan Nat dan suasana kembali mencair. Tawa itu baru pertama kali dilihat Miranda. Dibalik kharisma dan sikap tegasnya, ternyata senyumannya sangat memikat hati.
Uhuk! Uhuk!
Miranda tersedak birnya karena melihat Rick yang tersenyum. Rick melirik dan seketika Miranda berpaling menutup mukanya yang kacau karena tersedak.
Cafe itu sudah dibooking penuh oleh Nat untuk acara malam ini. Hanya ada pemain, crew dan beberapa sponsor yang masuk ke dalam cafe. Tapi tiba-tiba sosok yang dikenal Miranda muncul dari pintu. Jeff.
Jeff mendekati Miranda. Hanya Miranda yang tampak tidak nyaman sedangkan yang lainnya sibuk dengan aktifitasnya masing-masing dan menghiraukan kedatangan orang asing seperti Jeff.
Miranda berdiri dan hendak pergi tapi Jeff sudah berdiri tepat di hadapannya.
"Hai, sayang!" sapa Jeff sambil terus berusaha mendekat.
Miranda menatap tajam. "Sedang apa kau di sini?"
"Aku ingin menjemputmu, kekasihku," ucap Jeff berbisik ke telinga Miranda.
Rick memperhatikan Miranda yang mulai tidak nyaman. Nat melihat Rick dari kejauhan dan tersenyum tipis memperhatikan adegan demi adegan antara Jeff dan Miranda.
Jeff memengang lengan Miranda dan berusaha menariknya.
"Aku tidak mau! Hentikan Jeff! Aku bukan lagi kekasihmu!" teriak Miranda.
Rick berdiri dan mendekat pada Jeff. "Hentikan. Pergi dari sini atau kau akan tahu akibatnya!" ucap Rick tajam.
Miranda melepaskan lengannya dari Jeff dan berlindung di balik tubuh tinggi Rick. Jeff yang melihat Miranda berlindung pada Rick merasa kesal.
"Oh, jadi setelah selesai denganku kau jadi sugar baby dari seorang sugar dady sepertinya?" ejek Jeff dengan tatapan merendahkan.
"Hei, jaga ucapanmu!" teriak Miranda.
Jeff tidak dapat menahan emosinya lagi. Dia melangkah maju dan berusaha meraih Miranda tapi sayang Rick dengan cepat menghardiknya dan memelintir lengan Jeff ke belakang tubuhnya membuat Jeff berteriak.
Seluruh isi cafe mulai memperhatikan apa yang terjadi. Jeff berteriak menahan kesakitan.
"Sekali lagi, keluar dari sini dan jauhi Miranda!" bisik Rick ke telinga Jeff yang terdengar Miranda.
Rick melepaskan Jeff dan dia terlihat kesakitan sambil memegang lengannya. Jeff masih berdiri di sana sampai para pemain rugby asuhan Rick mulai mendekat dan Jeff merasa terancam. Akhirnya dia pun pergi dari cafe itu dengan memalukan.
Rick berbalik menatap Miranda yang menunduk malu. Tanpa banyak bicara dia kembali ke mejanya dan kembali minum.
Nat menghampiri Miranda. "Are you okay?"
Miranda mengangguk. "Ya, aku baik-baik saja."
Dia menatap Rick lekat.
♤♤♤