Luna Evelyn, gadis malang yang tidak diinginkan ayah kandungnya sendiri karena sang ayah memiliki anak dari wanita lain selain ibunya, membuat Luna menjadi gadis broken home.
Sejak memutuskan pergi dari rumah keluarga Sucipto, Luna harus mencari uang sendiri demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Hingga suatu malam ia bertemu dengan Arkana Wijaya, seorang pengusaha muda terkaya, pemilik perusahaan Arkanata Dinasty Corp.
Bukannya membaik, Arkana justru membuat Luna semakin terjatuh dalam jurang kegelapan. Tidak hanya menginjak harga dirinya, pria itu bahkan menjerat Luna dalam ikatan rumit yang ia ciptakan, sehingga membuat hidup Luna semakin kelam dan menyedihkan.
"Dua puluh milyar! Jumlah itu adalah hargamu yang terakhir kalinya, Luna."
-Arkana Wijaya-
Bagaimana Luna melewati kehidupan kelamnya? Dan apakah ia akan berhasil membalas dendam kepada keluarga Sucipto atau semakin tenggelam dalam kegelapan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melia Andari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keributan Keluarga
Luna telah tiba di rumah kediaman keluarga Sucipto.
Begitu ia masuk ke rumah itu, terlihat semua orang sedang sibuk. Ana terlihat sedang memberi instruksi kepada beberapa pelayan mengenai ini dan itu kemudian Hendri Sucipto, ayah kandung Luna, sedang sibuk berbicara di telepon.
Melihat kehadiran Luna, Hendri pun menghentikan pembicaraannya lalu beranjak dari kursi.
"Kau datang juga, Luna."
"Aku datang bukan ingin merayakan ulang tahunmu. Aku tidak punya waktu untuk itu."
"Apa?? Kau semakin hari semakin kurang ajar ya," sahut Hendri kesal.
"Katakan saja apa yang ingin kau umumkan sehingga membuatku harus datang ke rumah yang....seharusnya menjadi milikku ini?"
"Luna!!" sentak Hendri.
Luna tak peduli. Ia melangkahkan kakinya untuk duduk di sofa dengan tenang.
Ana yang melihat itu pun melirik Hendri.
"Katakan saja sekarang. Aku ingin segera pergi dari sini."
"Apa kau benar-benar telah hidup mandiri di luar sana?" tanya Hendri.
"Ya, aku memiliki kehidupan yang layak. Aku bisa bersantai sesuka hatiku, tidak perlu bekerja keras menyenangkan orang rumah ini dan menghabiskan tenagaku seperti pembantu!"
Ana pun tercekat mendengarnya. "Kenapa bicaramu begitu kasar Luna."
Luna tersenyum tipis, lalu menghidupkan vape yang baru dibelinya. Ia sengaja membeli Vape agar terlihat seperti wanita keras kepala. Menghadapi keluarga Sucipto memang harus mengeraskan hati agar tidak mudah tertindas seperti dulu.
"Kamu merokok sekarang?" tanya Hendri dengan nada setengah marah.
"Kenapa memangnya?"
"Kenapa kau menjadi liar begini hah??"
"Jangan-jangan kau sudah mendapatkan lelaki hidung belang tua yang menjamin hidupmu ya, makanya kamu tidak ingin tinggal di sini lagi?" tanya Ana.
"Apa?? Luna!! Katakan kepadaku apakah itu benar?"
Luna pun menghembuskan asap Vape-nya ke hadapan Ana dan Hendri.
"Kalau iya kenapa? Aku bertemu dengan sugar Daddy yang kaya raya. Dia menjamin kehidupanku sehingga aku tidak pernah kesusahan sedikitpun."
"Apa??" Hendri membelalakkan matanya.
"Oh iya, usianya juga sudah tua sepertimu. Aku rasa kalian para lelaki tua memang suka bermain wanita ya?" ucap Luna seraya berdiri lalu menatap Ana dengan tatapan mengejek.
"Hati-hati Tante Ana. Lelaki zaman sekarang itu hidung belang. Mereka akan mencari wanita muda yang enak untuk digunakan," bisik Luna di telinga Ana membuat wanita paruh baya itu geram.
"Luna Evelyn!! kau benar-benar anak durhaka!" sentak Hendri yang telah naik pitam.
"Aku bukan anak durhaka ayah. Tapi kaulah yang telah menjadi ayah durhaka terhadapku. Kau menelantarkan aku demi istri dan anak haram mu itu di rumah peninggalan ibuku. Lalu kau juga memaksaku untuk menerima perjodohan yang kau atur dengan seseorang yang usianya lebih tua darimu. Tidakkah kau sangat keterlaluan sebagai ayah?"
Hendri terdiam. Tangannya mengepal di kedua sisi tubuhnya.
"Malam ini, kau pasti akan memaksaku lagi kan untuk menerima lamaran pria tua itu??"
"Luna!" geram Hendri.
"Kau mengatakan apa? Kau bilang Maya adalah anak haram?!" sentak Ana.
"Iya, benar kan? Kalian pasti telah berselingkuh sejak ibuku masih hidup, iya kan??" teriak Luna.
Ana pun menjadi naik pitam. Ia melayangkan tangannya untuk memukul wajah Luna. Namun dengan cepat Luna menangkap tangan itu dan menghempaskannya begitu saja.
"Kau telah mengambil rumahku, kebahagiaan ibuku. Dan putrimu telah mengambil posisiku. Kau pikir aku akan terima jika kau memukulku?" geram Luna.
Wajahnya terlihat marah dengan tatapan penuh nyala api. Tetapi jauh di dalam lubuk hatinya, hal ini sangat menyedihkan.
Begitu menyedihkannya hingga dadanya terasa sesak, mengingat nasib buruk yang menimpa dirinya hanya karena ba jingan tua yang menjadi ayah kandungnya itu.
"Pa..." rengek Ana mengadukan Luna yang sudah memojokkan dirinya.
Hendri pun menghela nafasnya panjang. Ia kembali menatap Luna dengan tatapan yang tegas.
"Jangan terus berbuat kekacauan Luna! Sebaiknya kau terima saja perjodohan yang telah aku buat. Malam ini mereka bersedia datang jika kau menyetujuinya," ucap Hendri.
Luna pun tersenyum ironis, lalu menatap ayah kandungnya itu. Hatinya terasa begitu sakit, tapi Luna tak bisa menunjukkan itu.
Tidak boleh. Dengan tatapan yang begitu tegas, Luna berjalan mendekati Hendri.
"Jadi aku dipanggil kesini karena kau akan mengatakan bahwa perjodohan ku tetap berlanjut, begitu?"
"Ya, itu adalah hal terbaik untukmu. Tetapi hal itu adalah salah satunya. Kau terima Tuan Bagaskoro, dan kita akan menjadi keluarga yang sejahtera."
"Hahahahaha," Luna tertawa dengan nyaring.
Tawa yang meluapkan rasa sedih dan sakit di hatinya.
"Kau bukan ingin menjodohkan aku Tuan Hendri Sucipto, tetapi kau ingin menjual ku agar perusahaanmu bertambah besar dengan bantuan dana dari mereka bukan? Apa kau pantas disebut ayah???!" tukas Luna jengah.
"Luna!! Jaga ucapanmu!!" sentak Hendri mulai marah kembali.
Baru saja ia ingin memukul wajah putrinya itu untuk memberi pelajaran, tiba-tiba saja ada seseorang yang datang. Seorang pria dengan tubuh tinggi tegap dan berwajah begitu tampan sedang berdiri di ambang pintu.
Pria itu menatap Luna dengan tatapan sulit diartikan.
Luna menoleh, dan tercekat. Tiba-tiba saja dadanya kembali berdebar dengan hebat melihat pria yang sedang berdiri di ambang pintu itu.
Pria itu begitu familiar baginya.
Arkana??
Mengapa dia ada di sini?
tekan kan juga sama arka kalau dia tidak boleh menikahkan maya selama kamu di sisi nya atau sampai kamu lulus kuliah...
dan buat Arkana mengejarmu sampe tergila2.