NovelToon NovelToon
Basmara

Basmara

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Playboy / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Romansa
Popularitas:124
Nilai: 5
Nama Author: keisar

Basmara, dalam bahasa sansekerta yang berarti cinta dan tertarik. Seperti Irma Nurairini di mata Gervasius Andara Germanota, sebagai siswa anak kelas 11 yang terkenal Playboy menjadi sebuah keajaiban dimana ia bisa tertarik dan penuh kecintaan.

Namun apalah daya, untuk pertama kalinya Andra kalah dalam mendapatkan hati seseorang, Irma sudah ada kekasih, Andrew, seorang ketua OSIS yang terkenal sempurna, pintar, kaya, dan berbakat dalam non akademi.

Saat terpuruk, Andra mendapat fakta, bahwa Irma menjalani hubungan itu tanpa kemauannya sendiri. Andra bangkit dan memerjuangkan Irma agar sang kakak kelas dapat bahagia kembali.

Apakah Andra berhasil memerjuangkan Irma atau malah perjuangan ini sia-sia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon keisar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 6: main

Andra, laki-laki dengan dengan rambut coklat ikal itu terduduk diatas ranjangnya, mungkin kalau dilihat orang ditempat umum, ia akan disebut orang gila, bagaimana tidak? Andra hanya diam dan senyum-senyum sendiri.

Andra tersenyum mengingat chat nya dengan sang pujaan hati, ya Irma lah yang membuat Andra seperti itu. Mungkin kalian berpikir Andra terlalu lebay, tapi ayolah, kita membicarakan Irma, gadis dengan wajah imut itu biasanya bersikap dingin kepadanya, menjadi seperti itu, bukankah hal yang menyenangkan.

Ting!

Benda pipih di samping pahanya berdenting, terlihat notifikasi dari nomor yang tidak ia kenal, jemari Andra langsung mengambil ponsel dan mengecek notifikasi dari siapa itu?

0857227****

0857227****:

Hai dra, ini gua Janeth, save ya

"Oh kak Janeth," ucap Andra, ia pun segera menamai nomor itu menjadi 'kak Janeth'

^^^Iya kak :Andra^^^

Janeth: Loh kok pake kak?

^^^Iya kak, maaf ya tadi gua gak pake kak, karena sumpah, gua gak tau kalo lu senior :Andra^^^

Janeth: Yaelah, udah gak usah pake kak, lagian gua nggak gila kesenioritasan, Janeth aja

Andra menatap pesan itu ragu-ragu, benaran tidak apa-apa? Bukannya Andra ini merasa senior harus di hormati sekali, tapi masalah rumor, kalo misalnya rumor mengatakan ia tidak memanggil janeth dengan kak, senior basket lain pasti marah.

Masa ketika bermain basket ia di body terus gara-gara nggak manggil Janeth dengan kak?

^^^Yakin nih? :Andra^^^

Janeth:Iyaa

Eh, kita jadi jalan nggak nih? Kalo iya gua langsung siap-siap

Andra menepuk jidatnya. "Oh iya! Gua lupa, ngajak dimana ya?" Andra terdiam berpikir tempat apa yang cocok dengan ketua tim basket perempuan itu.

"Gua tanya aja deh!" jemari Andra dengan cepat mengetik pesan.

^^^Jadi, tapi gua nggak kepikiran nih, mau jalan kemana, lu ada ide tempat nggak? :Andra^^^

Janeth: Oh, ada, kita ke senci aja, mau nggak?

^^^Mau ngapain? Belanja? : Andra^^^

Janeth: Nggak lah

^^^Nanti gua jelasin pas disana, Gua anterin lu? :Andra^^^

Janeth:

Nggak, kita ketemuan disana aja

Oh ok, gua siap-siap dulu, nanti ketemuannya di pintu masuk utama ya :Andra

Janeth; Iyaa

Andra beranjak dari ranjangnya, ia mulai mengambil pakaian yang lebih manusiawi ketimbang sekarang yang ia gunakan, sekarang Andra hanya mengenakan baju putih biasa yang beberapa bagiannya sudah bolong, celana pendek sedengkul yang sudah kumal, seperi gelandangan bukan? Mana nggak pakai kolor lagi!

.............

Di sebuah kamar besar, di penuhi dengan poster atlit basket seperti Kobe bryant, james dan masih banyak lagi. Namun siapa sangka, kamar yang seperti kamar laki-laki itu ternyata ditempati oleh perempuan?

Yap, itulah kamar janeth, gadis itu bersenandung sembari mengeluarkan pakaian-pakaian nya dari dalam lemari. Janeth terdiam menatap pakaian-pakaian nya, ia baru sadar sesuatu, ternyata baju basket nya lebih banyak ketimbang baju biasa.

"Hm, kayaknya gua harus minta pakaian nya kak aghisna deh," Janeth keluar dari kamarnya menuju kamar sang kakak, yang berada di seberang kamarnya.

"Kak aghisna!" panggil Janeth tak santai sembari membuka pintu kayu coklat itu.

"Iya dek! Ya ampun lu bisa nggak sih ketok dulu? Bikin kaget aja," Aghisna yang tadi tiduran menjadi berdiri menghampiri sang adik.

Janeth menggaruk tengkuknya yang tak gatal, malu rasanya jika ia bilang kalau mau jalan dengan laki-laki. "Eum kak, gua boleh minjem pakaian lu nggak?"

Aghisna menatap Janeth penuh selidik. "Tumben, biasanya lu ogah pake pakaian gua, dan bilang satu set seragam basket lu itu lebih enak."

"Ya kan itu pas di rumah, sekarang kan," Janeth mengecilkan suaranya. "Gua kan mau jalan sama cowok."

Aghisna membulatkan matanya. "Oh my god!" hebohnya. "Siapa cowok itu Janeth? Siapa laki-laki hebat itu yang berhasil menaklukan hati adek gua yang tomboy ini?"

Janeth memutar bola matanya malas, masa ia jalan dengan cowok sampai segitunya? Padahal kan ia juga perempuan. "Udah jangan heboh! Lu ngizinin apa nggak?"

Aghisna merangkul Janeth, membawanya mendekati lemarinya. "Jelas, dan gua bakal bantu lu supaya nggak malu didepan cowok lu."

Janeth hanya menatap datar Aghisna, entahlah, selera kakaknya itu sama atau tidak dengan Andra.

...........

Andra kini telah sampai didepan pintu masuk utama Senayan city, dan tentu ia menjadi pusat perhatian disana. Entah mengapa, mungkin karena wajah tampannya dan tinggi badannya yang terbilang terlalu tinggi untuk seusianya.

Andra mengenakan baju putih polos bawahan celana cargo, ia menyandarkan tubuhnya di dinding. "Hai Dra!" sebuah suara sapaan hangat terdengar di telinga, Andra melirik, itu adalah Janeth.

Gadis berambut pendek itu memakai kaos hijau dengan baju kodok putih sebagai luaran dan sepatu air jordan. mungkin dibayangan kalian aneh, tapi percayalah, kalau Janeth memakai itu, tetap terlihat keren.

Bahkan Andra mengakui itu, entah mengapa ia merasa kagum pada setelan outfit itu.

"Udah lama nunggu ya?" tanya Janeth dengan raut wajah tidak enak.

Andra berdiri tegak, lalu ia melihat jam tangannya. "Nggak, baru lima menit."

"Yaudah, mau langsung masuk atau gua terangin dulu?"

"Hm, langsung masuk, nanti di jalan baru jelasin," jawab Andra.

"Ayo," ajak Janeth, mereka pun berjalan beriringan memasuki senci. "Jadi rencananya gua mau ngajak lu main timezone, mau nggak?"

"Gua sih mau mau aja."

Janeth menggaruk kepala belakangnya. "Untunglah, soalnya gua nggak begitu suka kalo nonton bioskop, dinner atau apapun yang terlihat intim gitu."

Andra mengangguk setuju. "Sama, gua juga nggak begitu suka sama yang kayak gitu."

Mereka lanjut mengobrol, sampai tak terasa mereka sudah sampai di timezone. "Eum, lu mau main yang mana dulu?" tanya Janeth.

"Basket aja, mau nggak?" tawar Andra yang disambut tatapan remeh dari Janeth.

"Yakin?"

"Ya ngeremehin si lau," Andra menunjuk Janeth yang mau tertawa. "Walaupun gua nggak ikut tim basket, bukan berarti gua cupu, malahan gua hampir imbang terus sama Bagas."

Janeth menganggukkkan kepalanya. "Iya iya, percaya kok," ucapnya dengan wajah yang masih meremehkan.

"Dih, gak bisa nih gua diginiin, ayo dah," Andra bergegas mencari permainan basket disana.

Mereka akhirnya menemukan bagian alat main basket (author gak tau namanya, tapi pasti kalian tau lah).

"Ayo main, gua bakal buktiin kalo gua jago!" ucap Andra dengan tatapan berapi-api.

Janeth terkekeh. "Iya iya, yang kalah nurutin apapun sama yang menang sampe pulang ya," Janeth mengeluarkan kartunya dan merekapun menggeseknya bersamaan.

Selama hitungan mundur, mereka terlihat serius, tidak ada yang bersuara, mereka fokus pada ring dan poin masing-masing. Tak terasa permainan pun berakhir dengan Andra yang kalah satu poin dari Janeth.

Yap, kalian tidak salah baca, kalah satu poin, bukan sepuluh, bukan dua puluh, tapi satu poin. Andra menggeram melihat itu, ia lebih tertinggal puluhan poin daripada kalah dengan menyedihkan seperti ini.

Janeth tersenyum miring. "Gimana? Dimana si Andra yang katanya jago?"

Andra bola matanya malas. "Iya iya, lu mau gua ngapain?"

"Hm," Janeth tampak berpikir. "Ntar aja deh, kita have fun dulu," Janeth menarik tangan Andra ke bagian pencapit boneka.

"Gua penasaran banget sama ini mesin, tapi selalu gak dapet, lu bisa nggak?" tanya Janeth, namun belum sempat Andra menjawab, Janeth sudah mengalihkan pandangannya. "Ah pasti nggak bisa, gua aja nggak bisa, apalagi lu."

Janeth bermain sendiri, namun nihil, ia tak bisa mendapatkan boneka yang diinginkannya. "Ish!" Janeth mencoba lagi.

"Bukan kayak gitu," Andra tiba-tiba berada dibelakangnya, suaranya memberat, tangan besar Andra menggenggam tangan Janeth yang lebih kecil, ia pun mulai menggerakkan tangan Janeth yang masih memegang kemudi mesin pencapit.

Dan boom! Sebuah boneka beruang pink berhasil didapatkan. "Wow! Berhasil," Janeth melompat-lompat kegirangan ketika boneka berada di tangannya.

Andra tersenyum kemudian menjitak pelan puncuk kepala gadis itu. "Makanya jangan ngeremehin!"

"Hehe, makasih Dra!" Janeth memeluk Andra.

Andra terdiam, ia membalas pelukan itu, ia dapat merasakan jantung Janeth yang berdegup sangat kencang.

To be continue

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!