NovelToon NovelToon
Istri Buruk Rupa Sang Konglomerat

Istri Buruk Rupa Sang Konglomerat

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Percintaan Konglomerat / Diam-Diam Cinta / Crazy Rich/Konglomerat / Aliansi Pernikahan / Cintapertama
Popularitas:748
Nilai: 5
Nama Author: secretwriter25

Seraphina dan Selina adalah gadis kembar dengan penampilan fisik yang sangat berbeda. Selina sangat cantik sehingga siapapun yang melihatnya akan jatuh cinta dengan kecantikan gadis itu. Namun berbanding terbalik dengan Seraphina Callenora—putri bungsu keluarga Callenora yang disembunyikan dari dunia karena terlahir buruk rupa. Sejak kecil ia hidup di balik bayang-bayang saudari kembarnya, si cantik yang di gadang-gadang akan menjadi pewaris Callenora Group.

Keluarga Callenora dan Altair menjalin kerja sama besar, sebuah perjanjian yang mengharuskan Orion—putra tunggal keluarga Altair menikahi salah satu putri Callenora. Semua orang mengira Selina yang akan menjadi istri Orion. Tapi di hari pertunangan, Orion mengejutkan semua orang—ia memilih Seraphina.

Keputusan itu membuat seluruh elite bisnis gempar. Mereka menganggap Orion gila karena memilih wanita buruk rupa. Apa yang menjadi penyebab Orion memilih Seraphina?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon secretwriter25, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

06. Malam yang Tak Diduga

Angin malam membelai lembut rambut panjang Seraphina. Gadis itu menatap bintang-bintang yang memenuhi langit malam. Bulan sabit ikut mengintip lembut disela-sela awan.

"Langit malam selalu indah," gumam Seraphina.

"Secantik kamu, Nona…" sahut Orion yang tiba-tiba muncul di belakang Sera.

Seraphina menoleh sekilas lalu kembali menatap langit. "Kamu tidak bersenang-senang di bawah, Tuan?" tanya Sera. Matanya masih menatap langit tanpa berkedip.

"Aku tidak terlalu suka keramaian…" jawab Orion.

"Kamu bisa mendapatkan gadis-gadis cantik di bawah sana. Jika tetap di sini, kamu akan kehilangan banyak gadis cantik," ucap Seraphina.

"Tapi aku tertarik dengan gadis cantik yang saat ini berdiri di depanku," jawab Orion jujur.

Sera tersenyum tipis mendengar ucapan Orion. "Tapi di bawah sana banyak gadis-gadis yang lebih cantik, Tuan. Secantik bunga, kupu-kupu dan keindahan lainnya," jelas Seraphina.

"Tapi aku lebih tertarik dengan gadis yang secantik bulan…" Orion berdiri di pinggir balkon, tepat di samping Sera.

"Bulan?" Seraphina mengernyitkan dahinya, ia menatap Orion dengan bingung.

"Iya… kamu—gadis yang secantik bulan," jawab Orion.

Sera menghela napas berat. "Tapi kamu tau kan—bulan tidak secantik itu saat dilihat dari dekat. Tekstur bulan bolong--bolong, penuh kawah akibat hantaman meteorit, permukaannya tandus, kering, dan berdebu. Tak ada cahaya lembut seperti yang kita lihat dari Bumi."

"Wah, ternyata kamu menilai ucapan seseorang dari banyak sudut, ya…" Orion terkekeh kecil.

"Tentu saja. Kita akan salah paham jika menilai hanya dari satu sisi," jawab Seraphina.

Namun tiba-tiba saja pandangan mata Seraphina mengabur. Nafasnya terasa memburu, dada naik-turun tak beraturan. Suhu tubuhnya meningkat cepat, seperti demam mendadak yang membuat kulitnya terasa panas dan lembap. Jantungnya berdetak kencang, memukul keras di balik tulang rusuk hingga telinganya berdesing.

Kepalanya terasa ringan—antara pusing dan melayang—sementara kesadarannya mulai kabur Seraphina menggenggam erat dinding balkon dengan kencang.

"Ada apa, Nona? Kamu baik-baik saja?" Orion menahan pinggang Seraphina agar gadis itu tidak terjatuh.

Namun, setiap sentuhan kecil di sekitarnya terasa berlipat ganda, menimbulkan sensasi aneh yang membuat tubuhnya semakin sulit dikendalikan. Ia berusaha menegakkan tubuh, tapi lututnya gemetar, dan dunia di sekitarnya berputar seperti kehilangan keseimbangan.

Seraphina tidak tahu apa yang terjadi. Satu-satunya hal yang ia sadari hanyalah rasa panas yang menjalar dari dalam tubuhnya, membuat pikirannya semakin kacau dan sulit fokus.

Seraphina menatap Orion dengan mata yang masih kabur, napasnya berat. “Bisa… tolong antar aku ke kamar?” suaranya hampir tak terdengar, lemah dan gemetar.

Orion menatapnya cemas, tapi kemudian mengangguk. Ia tak banyak bertanya tentang siapa gadis itu dan mengapa dia memiliki kamar di mansion keluarga Callenora.

Orion menuntun Seraphina perlahan menyusuri lorong, hingga mereka tiba di kamar gadis itu. Begitu pintu tertutup, lampu tiba-tiba padam, menyisakan hanya cahaya samar dari luar jendela yang menembus tirai.

“Listriknya—” Orion belum sempat melanjutkan kalimatnya ketika Seraphina tersandung langkahnya sendiri. Refleks, Orion menangkapnya.

"Hati-hati, Nona…" bisik Orion.

Orion merebahkan tubuh Seraphina di atas kasur. Namun tiba-tiba saja Seraphina menarik tubuh Orion hingga pria itu jatuh ke atas tubuhnya. Hening. Hanya suara napas mereka yang berpadu dalam kegelapan.

Orion hendak menegakkan tubuhnya, tapi Seraphina menatapnya—pandangan matanya rapuh, seperti sedang berperang dengan dirinya sendiri. “Jangan pergi…” bisiknya, lirih tapi memohon.

Orion membeku. Kata-kata itu menghantam sesuatu dalam dirinya. Dalam remang cahaya, Sera tampak seperti sosok yang sedang berusaha mencari pegangan di tengah kekacauan perasaannya sendiri. Dan sebelum ia sempat berpikir lebih jauh, Sera menutup jarak di antara mereka.

Bibir Sera mendarat di bibir Orion. Ia terdiam lalu sedetik kemudian Orion memperdalam ciuman mereka.

Orion melepaskan pangutan bibirnya dengan nafas tersengal. "Nona... ini bisa berbahaya jika dilanjutkan," bisik Orion.

"Bagaimana jika aku ingin hal berbahaya itu?" tanya Seraphina.

"Aku tidak akan menolaknya, Nona. Tapi setidaknya—biarkan aku melihat wajah cantikmu itu." bisik Orion lembut. "Kamu tidak mau membuka topengmu?" tanyanya lagi.

Seraphina melirik cahaya bulan yang masuk melalui celah jendela kamarnya. "Apa dia akan pergi kalau aku menunjukkan wajahku?" batin Seraphina bimbang.

"Aku lebih merasa tertantang saat melakukannya tanpa melihat wajah," jawab Sera.

"Apa kamu tidak merasa terganggu dengan topengmu itu?" tanya Orion sambil membuka topengnya.

Seraphina tidak bisa melihat dengan jelas wajah Orion karena kamarnya masih gelap. "Kenapa lampunya mati selama ini?" batin Sera bingung.

Namun dia juga takut jika lampu hidup. Ia pun menarik tali baju yang ada di atas nakas. "Aku lebih bersemangat saat kamu menutup matamu, Tuan..." bisik Seraphina sambil mengikatkan tali itu di mata Orion.

"Baiklah, Nona... aku akan menuruti maumu," Orion tersenyum tipis. "Apa kamu punya persyaratan lain?" tanya Orion lagi.

"Jangan sentuh wajahku..." lirih Seraphina sambil membuka topengnya.

"Selain wajahmu—aku boleh menyentuh semuanya?" tanya Orion.

"I-iya..." jawab Seraphina gugup.

"Jangan gugup, Nona..." ucap Orion lalu menciumi leher Seraphina. "Bolehkah aku tau siapa namamu?" tanya Orion lagi.

"Eumhh... aku Se-sera..." jawabnya di sela desahannya.

"Apa aku boleh menyentuh bibirmu seperti ini?" Orion mengusap lembut bibir Seraphina.

Tanpa menunggu jawaban, Orion melumat bibir Seraphina dengan ganas, ia menggigit bibir bawah Seraphina dan langsung memasukkan lidahnya ke mulut gadis itu. Lidahnya bermain dengan lidah Sera, menjajah seluruh sela di mulut gadis itu. Orion melepaskan pangutannya dengan nafas tersengal.

"Ini ciuman pertamamu?" tebak Orion.

"Bagaimana denganmu?" Seraphina balik bertanya.

"Apa akan terdengar seperti kebohongan kalau aku bilang ini pengalaman pertamaku?" tanya Orion. Tangannya mulai menjelajahi tubuh Seraphina, menelusup ke gundukan kenyal yang tersembunyi di balik gaunnya.

"Kamu sangat lihai, Tuan..." Seraphina terkekeh kecil. "Jangan terlalu lama bermain di sana, aku ingin kamu memasukiku," bisik Sera.

"Kamu sangat bersemangat, Sera. Tapi... aku tidak mau merusak keperawanan seseorang," jawab Orion.

"Lalu? Kita hanya akan bermain-main seperti ini?" tanya Seraphina, mulai merasa frustasi. "Oh, ayolah! Aku sudah sangat menginginkannya."

"Aku tau kamu menginginkannya karena obat perangsang yang kau minum," jelas Orion.

"Obat perangsang?" beo Sera bingung.

"Rupanya kamu memiliki banyak musuh," lirih Orion.

Sera tertawa hambar. "Sial! Aku terperangkap jebakan Selina. Dia pasti sedang tertawa senang sekarang!" batin Sera.

"Aku menginginkanmu malam ini, Tuan," jawab Sera tanpa berpikir panjang. Persetan dengan Orion! Sudah pasti pria itu akan memilih Selina. Dan malam ini dia harus bersenang-senang dengan pria yang ada di atas tubuhnya saat ini.

"Aku akan memuaskanmu malam ini," jawab Orion. "Aku menemukanmu, Seraphina Callenora…" batin Orion.

🍁🍁🍁

Bersambung

1
Puji Lestari Putri
Makin ngerti hidup. 🤔
KnuckleBreaker
Beneran, deh, cerita ini bikin aku susah move on. Ayo bertahan dan segera keluarkan lanjutannya, thor!
Victorfann1dehange
Alur ceritanya keren banget!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!