"Tolong mas, jelaskan padaku tentang apa yang kamu lakukan tadi pada Sophi!" Renata berdiri menatap Fauzan dengan sorot dingin dan menuntut. Dadanya bergemuruh ngilu, saat sekelebat bayangan suaminya yang tengah memeluk Sophi dari belakang dengan mesra kembali menari-nari di kepalanya.
"Baiklah kalau tidak mau bicara, biar aku saja yang mencari tahu dengan caraku sendiri!" Seru Renata dengan sorot mata dingin. Keterdiaman Fauzan adalah sebuah jawaban, kalau antara suaminya dengan Sophia ada sesuatu yang telah terjadi tanpa sepengetahuannya.
Apa yang telah terjadi antara Fauzan dan Sophia?
Ikuti kisahnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 𝐈𝐩𝐞𝐫'𝐒, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 6
Di tempat yang berbeda, tepatnya di kediaman Ikram orang tua Fauzan. Beberapa orang tengah larut dalam tangis, suasana duka kembali terasa saat keluarga Ikram dari Jogja yang baru tiba menyampaikan belasungkawa. Fauzan yang berada di antaranya ikut menunduk menyembunyikan sedih dan kehilangan setelah kepergian sang adik.
"Zan, dimana istrimu? dari tadi Mbah belum melihatnya." Tanya seorang perempuan yang usianya sudah sepuh, terlihat dari rambutnya yang sudah memutih semua.
"Rena sudah kembali ke Jakarta tadi pagi mbah, dia harus masuk kerja sore ini." Ucap Fauzan menjelaskan, tak berselang lama Fauzan sedikit terjengkit. Astaghfirullah Rena! ponselku dimana? Fauzan segera berdiri sambil meraba saku celananya. Ia lupa belum menghubungi sang istri padahal hari sudah sore, ia celingukan mengingat-ingat dimana meletakkan ponselnya.
"Kamu kenapa Zan?" Kartika menatap sang putra dengan kedua alis yang bertautan saat tak sengaja menangkap ekspresi khawatir Fauzan.
"Hapeku enggak ada Bu, lupa naruhnya dimana. Takutnya Renata nelepon dan khawatir."
"Mas, apa mungkin hapenya ada di mobil? soalnya Aku lihat tadi pas di mobil mas ada yang nelepon, jangan-jangan hapenya lupa enggak disakuin lagi." Ucap Sophia mengingatkan Fauzan, sebab ia melihat kakak iparnya itu mengeluarkan ponsel saat mengantarnya ke rumah sakit untuk memberikan vaksin pada si kembar.
"Ah iya!" Fauzan mengusap kasar wajahnya, "Sophi, kunci mobilnya?" Fauzan menatap Sophia menanyakan kunci mobil peninggalan almarhum Fajar.
"Ada di laci buffet samping pintu kamarku mas, ambil saja."
"Oke!" Fauzan bergegas keluar hendak mencari keberadaan ponselnya, ia masuk kedalam rumah sang adik untuk mengambil kunci mobil. Dan benar saja saat pintu mobil terbuka, ponselnya tergeletak begitu saja di jok sebelah kiri. Ia langsung mengecek ponselnya, beberapa panggilan tak terjawab dari sang istri dan puluhan pesan masuk yang hampir setengah dari jumlah pesan masuk adalah pesan dari Renata yang menanyakan keberadaannya.
Fauzan langsung menekan tombol calling pada nomor sang istri. Ia menghembuskan napas leganya saat dering pertama panggilannya langsung terhubung dengan suara sang istri yang langsung memenuhi pendengarannya.
"Mas kemana saja? dari tadi enggak ada kabar, padahal mas sendiri yang memintaku untuk segera menghubungi mas kalau sudah sampe rumah. Apa sesibuk itu sampai-sampai enggak sempat membalas pesan?"
"Maaf sayang, mas enggak bermaksud mengabaikanmu. Hape mas ketinggalan di mobil Sophi, tadi pagi setelah kamu berangkat mas ngantar Sophi membawa si kembar ke rumah sakit buat vaksin." Ucap Fauzan jujur, ia tak ingin membuat istrinya salah paham dan marah padanya.
Tak ada sahutan dari seberang sana, hanya helaan napas yang bisa ditangkap oleh pendengaran Fauzan.
"Sayang, kamu baik-baik saja kan?" Tanya Fauzan sedikit gelisah, ia tahu Renata pasti kecewa mengingat istrinya itu mengirim pesan dan menghubunginya dari jam sebelas dan saat ini mereka baru berkabar saat waktu sudah jam lima sore.
"Iya gak apa-apa, ya sudah dulu aku lagi kerja. Assalamualaikum..."
"Waalaikumsalam" sahut Fauzan menatap nanar layar ponselnya yang sudah kembali menggelap. Ia menghela napas, merasa bersalah pada istrinya. "Maaf..." Gumamnya sembari mencengkram erat ponselnya.
"Mas, dipanggil ibu!"
Suara Sophia membuyarkan lamunan Fauzan, ia segera menoleh kebelakang, kemudian menganggukkan kepala. "Iya, ini kunci mobilnya. Terimakasih banyak." Ucapnya segera pergi melewati Sophia hendak menemui sang ibu.
Kamu aja yg di telpon gak mau ngangkat 😏😏😏
baru juga segitu langsung protes 😏😏
Rena selalu bilang gak apa apa padahal dia lagi mendem rasa sakit juga kecewa tinggal menunggu bom waktunya meledak aja untuk mengeluarkan segala unek unek di hati rena😭
scene nya embun dan mentari juga sama
bikin mewek 😭
jangan bikin kecewa Napa ahhhhh😭😭
aku sakit tau bacanya
padahal bukan aku yang menjalani kehidupan rumah tangga itu😭😭😭
suka watir aku kalauu kamu udah pulang ke bandung 😌😌