Gaharu Raga Argantara, harus pasrah menerima hukuman dari Papinya. Raga harus tinggal di desa tempat tinggal Kakek Nenek nya selama 6 bulan.
Dan ternyata disana ia terpikat oleh gadis cantik, sekaligus putri dari supir keluarga nya di kota.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita03, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kerja di hari kedua
***
Sesuai perintah Kakeknya, Raga pergi ke kandang sapi milik kakeknya. jarak dari rumah ke kandang cukup jauh, jadi harus mengendarai motor.
Raga sudah sampai di sana beberapa menit yang lalu, ada beberapa orang pekerja juga. Ada yang sedang membersihkan kandang, ada yang mengambil air susu sapi, ada yang memberi pangan juga.
untuk rumput buat pangan sapi-sapi nya, mereka akan mengambil di lahan milik kakeknya, sengaja Kek Dani menyiapkan khusus lahan untuk rumput yang akan di jadikan pangan sapi-sapi nya.
Raga menghela nafasnya, ia pikir kerjanya hanya memantau. Ternyata tidak, Raga harus ikut kerja seperti para karyawan lainnya, harus belajar membersihkan kandang-kandang sapi dan memberikan nya makan.
“Selamat datang A Raga.” sapa Mang Kardi. Pria paruh baya kepercayaan Kakek nya.
Raga membalasnya dengan anggukan kepala sambil tersenyum.
“Yang mau beli sapi nya sudah datang belum, Mang?” tanya Raga. Ia sedang melihat-lihat sapi nya.
“Belum A, katanya masih di jalan.” jawab Mang Kardi.
“Saya mau lihat sapi yang mau di jual nya.” ucap Raga.
“Mari A.”
Raga mengikuti langkah mang Kardi, sampai di kandang tempat sapi yang akan di jual. Raga mulai memperhatikan sapi-sapi tersebut dan tak lupa ia juga bertanya berat nya seberapa.
Setelah tahu beratnya, Raga mengambil ponselnya dan membuka internet untuk mencari tahu soal harga sapi di luaran sana. Ia ingin mencocokan harga yang di jual kakek nya sama yang di jual orang lain.
Ternyata harganya tidak jauh beda, tapi bukan berarti raga akan mengikuti harga seperti yang di tawarkan orang-orang sana.
Dalam urusan jual menjual, Raga sudah berpengalaman. dimana saat masih kuliah dulu di luar negri, Raga sempat membuat usaha Jastip lewat media sosialnya.
waktu itu cukup banyak yang melakukan jastip kepalanya, bahkan tak jarang sekarang juga suka ada yang bertanya kapan ia akan kembali membuka usaha perjastipan nya itu.
.
Setelah menunggu hampir 2 jam lebih, dan berhasil membuat Raga kesal setengah mati. akhirnya yang mau beli sapi nya datang, dan meminta maaf karena ada kendala dengan kendaraan yang di pakai nya.
Raga memaksakan senyum palsu nya dan mengatakan tidak apa-apa, sementara Mang Kardi sudah terkekeh. padahal tadi calon Bos baru nya itu sudah misuh-misuh sampai mau pulang, tapi sekarang malah bersikap manis.
“Kalau boleh tahu, Kek Dani nya kemana ya, A?”
“Ada di rumah Pak, kebetulan sekarang saya yang urus soal urusan sapi.” jawab Raga.
Pria paruh baya tersebut hanya ngangguk-ngangguk kepala. “Harga yang saya tawar masih bisa di tawar lagikan, A?”
“Masih, tapi dengan syarat berat sapinya ganti dengan yang di bawah sapi-sapi ini.” jawab Raga.
“Loh, kan dari awal yang mau di beli ini. Bukan yang lain.” sambil menunjuk ke arah dua sapi di hadapan mereka.
“Ya gak bisa begitu Pak, kalau mau harga lebih murah berarti kualitas sapi dan harganya juga harus di bawah bukan di atas, kalau mau yang bagus dan berat sapi nya cukup besar, berarti harga nya juga cukup besar.” ucap Raga. Ia masih berusaha untuk tenang.
“Yang anaknya saya mau harga 8 juta, yang besar 25 juta. Kalau mau harga 5 juta sama 19 juta, bukan yang ini.” lanjut Raga.
Ternyata lebih senang mengurus costumer yang mau nitip barang-barang di luar negri, daripada yang mau beli sapi. Banyak maunya, pikir Raga dalam hatinya.
Ada sekitar dua orang memang yang datang, sepertinya ayah dan anak. karena wajah mereka cukup sama.
terlihat melihat berdua sedang berdiskusi, barusan mereka pamit dan menjauh dari Raga dan mang Kardi.
“A, bukannya harga yang di tawarkan kek Dani bukan segitu ya?” bisik mang Kardi.
“Memang bukan, tapi Kakek udah setuju kok kalau harganya di tambah, asal jangan jadi kurang aja.” balas Raga.
Kedua orang tadi kembali menghampiri Raga dan mang Kardi.
“Kami sudah sepakat mau tetap ambil sapi yang ini, walaupun harganya cukup tinggi.” ucap pria yang lebih muda.
“Boleh, lagian kalau untuk di jual lagi kalau bisa kalian tambah lagi harganya, bahkan kalau nunggu dua bulan atau tiga bulan lagi harganya akan semakin tinggi.” ucap Raga.
setelah sepakat, mereka langsung melakukan pembayaran nya dengan tunai tanpa transfer. Kedua sapi yang terjual juga langsung di angkut ke mobil yang mereka bawa.
Setelah urusan soal jual beli sapi selesai, Raga memutuskan untuk Pulang. Ia tidak ingin terlalu lama disana.
Namun, baru saja Raga ingin pamit kepada mang Kardi. mang Kardi sudah lebih dulu bicara.
“A, barusan Kek Dani telpon meminta saya untuk membantu A Raga belajar mengambil air susu sapi langsung dari sapi nya.”
Raga menghela nafasnya. “Gak ada kerjaan lain gitu selain ngambil air susu?” tanya Raga. Bukannya tidak suka atau geli, masalah nya Raga tahu betul yang kerja di bagian itu perempuan semua, dan ia sangat malas kalau harus bekerja dengan perempuan.
“Untuk sekarang tidak ada A, cuma itu yang ada.” jawab mang Mang Kardi.
“Huh. Kalau gitu antar saya kesana.” ucap Raga.
mang Kardi mengangguk, dan meminta Raga untuk mengikuti nya.
Sesampainya disana, baru juga datang yang kerja langsung pada menatapnya. Ada yang sudah berumur ada ada juga uang yang muda.
“Neng Naura.” panggil mang Kardi.
yang namanya Naura langsung mendekat, Raga hanya melirik nya sekilas.
“A Raga, ini Neng Naura. Neng Naura ini yang sering bertugas membantu pendatang untuk belajar cara mengambil Ari susu sapi.”
“Neng Naura, sudah pasti tahu sama A Raga, nah A Raga ini mau belajar soal mengambil air susu sapi. Mohon bantuannya ya Neng”
Naura menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. “Siap Mang, saya akan bantu Aa nya.”
“Kalau gitu Mari A, kita mulai belajar nya.”
“Jalan duluan.” titah Raga.
Setelah melihat Naura berjalan lebih dulu, Raga menatap mang Kardi. “Mang, saya pengen di ajarin sama ibu-ibu aja.”
“Gak bisa A, yang lainya lagi kerja. gak apa-apa sama Neng Naura juga, kebetulan memang tugas nya begitu.” balas mang Kardi.
Mang Kardi sedikit mendorong tubuh Raga agar segera menyusul Naura. “Udah sana A, neng Naura gak bakalan gigit kok.”
lagi-lagi raga hanya bisa pasrah, ia berjalan menyusul Naura. Ada beberapa pekerja yang mencuri-curi pandang ke arahnya, tapi Raga bersikap cuek.
“silahkan duduk A.” ucap Naura.
Raga duduk di kursi plastik, di hadapan nya sudah ada sapi berukuran besar. Sementara Naura berada di samping nya.
“kita mulai ya A, pelan-pelan dulu aja.”
“Hemm.”
sebelum mulai, ia memperhatikan Naura dulu bagaimana caranya. setelah itu baru ia melakukan nya.
paling bener sih raga sama bulan