Kalisha Maheswari diwajibkan menikah karena mendapat wasiat dari mendiang Kakek Neneknya. Dirinya harus menikah dengan laki laki yang sombong dan angkuh.
Bukan tanpa sebab, laki laki itu juga memaksanya untuk menerima pernikahannya karena ingin menyelamatkan harta mendiang kakeknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PenaJenaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kepergian yang Terkasih
Setelah kejadian tadi siang , Khalisa terlelap hingga datangnya malam.
"Nduk, cah ayu! Tangi! Wes bengi!", ucap Mbah Sri sembari menggoyang-goyang sedikit tubuh Khalisa.
(Arti: nak, gadis cantik! Bangun! Sudah malam!)
"Njeh Mbah!!",sahut Khalisa yang terbangun dari tidurnya.
"Makan dulu cah ayu!",ucap Mbah Sri yang menyuruhnya makan.
Khalisa pun melangkahkan kaki ke ruang makan yang sederhana. Lauk yang disajikan si Mbah adalah lauk yang sederhana.Tempe goreng, sayur sop dan sambal korek khas buatan si Mbah. Meskipun begitu, itu adalah makanan favorit Khalisa.
"Waahh Mbah!! Makanannya enak-enak!",puji Khalisa yang melihat menu makanan yang disiapkan Mbah Sri.
"Wis Ndang lungguh cah ayu!",ucap Mbah Sri yang menyuruhnya duduk.
Khalisa pun duduk dan mengambil piring. Ia pun juga mengambil beberapa centong nasi dan lauk pauknya. Tak lupa juga mengambil sambal korek khas buatan Mbah Sri.
Setelah dirasa cukup, Khalisa mulai menyantap menu makan malam buatan si Mbah. Tak lama setelah ia menyantap makanan itu, Mbah Kusumo pun datang menghampiri Khalisa.
"Sing kenyang ya nduk! Mari iki Mbah mau ngomong sak dilut Karo kowe.", ucap Mbah Kusumo yang menyuguhkan senyum manisnya.
(Arti: Yang kenyang ya nduk! Habis ini Mbah mau bicara sebentar sama kamu.)
"Mbah mboten dahar?",tanya Khalisa.
(Arti : Mbah tidak makan?)
"Sudah nduk.",jawab mbah Kusumo.
"Ditunggu Mbah ning ruang tamu yo nduk.", imbuhnya yang kemudian melangkah pergi.
Khalisa pun tak memikirkan hal apa yang akan disampaikan Mbah Kusumo kepadanya. Ia pun melanjutkan menikmati makanannya.
Mbah Kusumo dan Mbah Sri pun berbincang sambil menunggu Khalisa di ruang tamu.
"Pripun Mbah? Kira-kira Khalisa gelem opo ora njih?",tanya Mbah Sri yang meminta pendapat apakah Khalisa mau menikah atau tidak.
"Kita serahkan saja Mbah ke Khalisa.", jawab bijak Mbah Kusumo. Meskipun dirinya ingin melihat sang cucu menikah sebelum ia kembali kepada Sang Pencipta.
Setelah menunggu sepuluh menit, Khalisa pun menghampiri kedua paruh baya itu dan duduk berhadapan dengan mereka.
"Piye? Wis warek?",tanya Mbah Kusumo.
(Arti : bagaimana? Sudah kenyang?)
"Sampun Mbah.",jawab Khalisa mengiyakan.
"Nduk, kowe saiki umur pira?",tanya Mbah Kusumo menanyakan umur Khalisa.
"Sekawan likur Mbah.",jawab Khalisa
(Arti : 24tahun)
"Wah wis cocok rabi iku nduk!",timpal Mbah Sri.
(Arti : Wah sudah cocok menikah itu nak!)
"Nduk! Kowe ero cah lanang mau? kui mau putu-ne konco-ne simbah. Lah cah lanang kui mau arep ngelamar kowe. Kowe gelem opo ora?",t utur Mbah Kusumo dengan perlahan-lahan.
(Arti : Nak! Kamu tau anak laki laki tadi? Itu tadi cucunya temannya kakek. Laki laki tadi mau melamar kamu. Kamu mau apa tidak?)
"Pangapurane Mbah! Kula mboten saged!", timpal Khalisa yang menolak lamaran Edward.
"Oh ya wis nek ora gelem nduk!",sahut Mbah Kusumo.
(Arti : Oh yasudah kalau tidak mau nak!)
Mbah Kusumo pergi meninggalkan Khalisa dan Mbah Sri. Beliau ingin mengambil ponsel jadul dan akan memberi kabar kepada Edward bahwa sang cucu tidak mau menikah dengan Edward.
Namun sebelum beliau sampai di kamarnya, beliau tiba tiba jatuh tersungkur ke lantai hingga menyebabkan beberapa barang terjatuh seperti vas bunga besar yang berada di depan kamarnya.
Pyaaaarr!!! Bunyi vas bunga besar yang jatuh.
Hal itu membuat Khalisa dan Mbah Sri bergegas menuju sumber suara. Mereka berdua sangat kaget melihat Mbah Kusumo yang sudah tersungkur diatas lantai. Untung saja vas bunga yang jatuh tadi tidak mengenai kepalanya.
"Mbaaahh!!! Mbah Kusumo!!",teriak Khalisa yang menggoyangkan tubuh renta Mbah kusumo.
"Pak! Bapak!! Bangun pak!!" , teriak Mbah Sri yang tak kalah hebohnya dengan Khalisa.
"Mbah, Kula bade ten bidan Nur. Menawi saget nulung si Mbah." ,ucap Khalisa yang meminta izin untuk pergi ke bidan.
"Yawis yawis nduk! Sing Ati ati!",balas Mbah Sri mengiyakan.
Khalisa pun mengeluarkan sepeda nya dan mengayuhnya hingga sampai di rumah bidan Nur. Saat itu perasaan Khalisa benar kalut. Ia mengayuh sepeda tua itu dengan sekuat tenaga. Khalisa sangat menyayangi kakek neneknya itu. Semenjak sepeninggal ayah dan ibunya, Mbah Sri dan Mbah Kusumo lah yang merawatnya.
Tok tok tok!!! Suara Khalisa mengetuk pintu bidan Nur.
"Bu bidan!!! Bu bidan!!!", teriak Khalisa yang membuat Bu bidan tak lama membuka pintu rumahnya.
"Kenapa Khal..?",tanya Bu bidan.
"Bu! Tolong Simbah saya! Beliau tiba tiba terjatuh bu!",ucap Khalisa panik.
"Ayo ayo. Bentar saya ambil peralatan dulu!",jawab Bu bidan Nur yang kemudian ikut panik.
Mereka berdua melaju kerumah Khalisa Dengan mengendarai sepeda. Perasaan hati Khalisa pun semakin tak karuan.
Sesampainya disana, Bidan Nur masuk kedalam rumah Khalisa dan mengeluarkan beberapa peralatan medisnya. Bidan Nur mulai memeriksa tubuh renta Mbah Kusumo.
"Maaf Khalisa! Sepertinya kakek kamu harus di rujuk ke rumah sakit besar. Saya bantu bilang pak kades untuk membantu membawa kakekmu ke rumah sakit di kota.",ucap Bu bidan itu.
"Ya Allah. Yasudah kalau begitu Bu bidan!",jawab Khalisa.
"Ana opo nduk? Simbah kenopo?",tanya Mbah Sri yang tidak mengerti ucapan bidan Nur.
"Simbah kudu di gawa menyang rumah sakit Mbah.",jawab Khalisa yang tetap bersikap tenang.
Namun mendengar itu, Mbah Sri pun sedikit tersentak kaget. Mbah Sri pun menangis lirih melihat tubuh renta suaminya.
Bu bidan pun pergi dan mengayuh sepeda miliknya menuju pak kades.
Sekitar sepuluh menitan Khalisa dan Mbah Sri menungggu, Mbah Kusumo tiba tiba tersadar dan melihat sekelilingnya.
"Mbah Mbah! Alhamdulillah Mbah wis sadar!", ucap Mbah Sri yang lega.
"Alhamdulillah Mbah.. Ya Allah.",sahut Khalisa yang juga lega.
Mbah Kusumo pun memegang tangan Khalisa dengan segenap tenaganya.
"Nduk!! Kowe kudu rabi karo cah lanang kae! Si Mbah ora iso jogo kowe maneh. Simbah wes ora kuat nduk!",ujar Mbah Kusumo yang berbicara dengan tertatih-tatih.
(Arti : Nak!! Kamu harus menikah dengan laki laki itu! Kakek tidak bisa menjaga kamu lagi. Kakek sudah tidak kuat Nak!)
Khalisa pun tak bisa berkata apa apa. Dia seperti mati kutu mendengar permintaan Mbah Kusumo.
Mbah Kusumo pun menatap dalam istrinya , Mbah Sri. Dengan sisa tenaganya, Mbah Kusumo pun berbicara dengan Mbah Sri.
"Sri! Maturnuwun kowe wes ngancani aku tekan Saiki! Pangapurane Sri! Aku wes Ra kuat maneh!"
(Arti : Sri! Terima kasih kamu sudah menemani aku sampai sekarang! Maaf Sri! Aku sudah tidak kuat lagi!)
Mbah Sri pun menangis mendengar ucapan Mbah Kusumo seakan berpamitan dengan dirinya. Mbah Sri pun hanya bisa mengangguk-anggukan kepalanya tanpa bisa mengucapkan satu katapun.
Nafas Mbah Kusumo kini semakin terasa berat. Kedua matanya pun seakan melihat sosok malaikat yang siap mencabut nyawanya. Kulit tangannya mulai dingin.
Mbah Sri memegang erat tangan dingin itu sambil membaca doa agar suaminya tak merasa kesakitan. Dengan di iringi doa, Mbah. Sri mencoba untuk mengikhlaskan kepergian suaminya.Mbah Kusumo pun menghembuskan nafas terakhirnya tepat setelah Mbah Sri selesai melafalkan doa.
Khalisa benar benar merasa hancur seketika. Dia melihat jasad Mbah Kusumo, orang yang selalu memberikannya kasih sayang yang berlimpah. Namun dirinya sadar, bahwa semua akan kembali kepada-Nya. Kepada Sang Rabb, Allah Ta'ala.
Berita kematian Mbah Kusumo pun sudah terdengar banyak warga. Mbah kusumo merupakan sosok yang baik. Beliau sering kali memberikan bantuan kepada tetangga yang kekurangan dari hasil kebunnya. Tak sedikit warga yang merasa kehilangan sosok Mbah Kusumo. Para Warga akhirnya berbondong-bondong untuk mengurus proses pemakaman Mbah Kusumo.
anggota mau lapor ketua
si edwar lagi salting ketua
khalisa mau di bawa ke mertua🤣🤣