NovelToon NovelToon
Demi Semua Yang Bernafas

Demi Semua Yang Bernafas

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Kelahiran kembali menjadi kuat / Budidaya dan Peningkatan / Perperangan / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Ilmu Kanuragan
Popularitas:7.5k
Nilai: 5
Nama Author: Babah Elfathar

Kisah Seorang Buruh kasar yang ternyata lupa ingatan, aslinya dia adalah orang terkuat di sebuah organisasi rahasia penjaga umat manusia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Babah Elfathar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6

Bab 6

Tak ada satu pun anggota keluarga Liana yang peduli dengan ucapan Rangga. Mereka hanya memutar bola mata dan menganggap ucapan pria tersebut sebagai angin lalu.

Setelah Miriam melemparkan barang itu pada Rangga, dia membanting pintu hingga tertutup. Melihat pintu tertutup di depannya, Rangga mendengus dan pergi meninggalkan tempat jahanam itu.

Rumah dengan tiga kamar tidur dan satu ruang tamu yang Rangga beli dengan jerih payahnya itu … sudah bukan lagi miliknya.

Dalam perjalanan menuju rumah Noah, Rangga menerima telepon dari Selena. Wanita itu mengatakan bahwa dirinya telah bernegosiasi dengan Luminex Corp. mengenai niat Rangga untuk mengakuisisi perusahaan tersebut. Karena sesuai dengan harga pasar mereka, perusahaan itu setuju untuk diakuisisi dengan harga 190 miliar!

Walau mungkin tidak seberapa bagi aset Rangga, tapi pria itu tetap menghargai usaha Selena.

Selena juga tidak lupa memberitahukan pada Rangga kalau waktu penandatanganan sekitar jam sepuluh besok pagi.

Berita tersebut membuat Rangga sangat bersemangat, dia tidak sabar untuk hari esok. Ekspresi Novida pastinya akan sangat menarik!

Dengan suasana hati yang begitu baik, Rangga kembali ke rumah Noah. Dia hanya menginap di tempat temannya itu untuk satu malam.

Keesokan harinya, Rangga segera meninggalkan rumah Noah dan pergi menuju Luminex Corp. Tidak lupa Rangga menyelidiki sedikit mengenai perusahaan tersebut melalui internet. Lagi pula, dia tidak tahu alamat perusahaan.

Pukul setengah sembilan, Rangga tiba di tempat tujuannya dengan lancar. Pria itu sedikit terkejut dengan besarnya perusahaan yang ada di hadapannya.

Luminex Corp. dianggap sebagai perusahaan logistik nomor satu di Kota Veluna. Mereka memiliki gedung perkantoran enam lantai.

Ketika Rangga berjalan ke pintu perusahaan, penjaga keamanan di pintu menghentikannya dan bertanya,

“Berhenti, apa urusan Anda di sini?”

Rangga tertegun sejenak. Lalu, dengan sebuah senyum tipis di wajahnya, dia berkata, “Saya di sini untuk bekerja.”

“Bekerja? Di mana kartu kerja Anda?” penjaga keamanan itu berjalan ke arah Rangga dan bertanya.

Dari penampilannya, terlihat kalau penjaga keamanan tersebut masih berusia di bawah 30 tahun. Oleh karena itu, dia terlihat masih gagah dan cukup kuat.

Baru saja Rangga ingin menjawab pertanyaan penjaga keamanan tersebut. Namun, sebuah suara menyela ucapannya.

“Rangga?”

Mendengar suara tersebut, Rangga menoleh. Terlihat Novida menghampiri pintu masuk perusahaan.

“Eh, Bu Novida, kenapa telat lagi hari ini? Hati-hati diomeli atasan!” ujar penjaga keamanan yang sepertinya cukup kenal dengan Novida.

“Tadi memang aku ketemu bos, jadi berbincang sedikit.” Novida melirik Rangga. “Kenapa dia di sini?”

“Dia bilang, dia datang ke sini untuk bekerja,” penjaga keamanan menjelaskan.

“Bekerja?” Novida melemparkan pandangan mengejek ke arah Rangga. “Kamu melamar jadi satpam?” Sebuah seringai merendahkan terlukis di bibirnya. “Jadi ini yang kamu maksud keluargaku akan menyesal? Kamu datang untuk jadi satpam? Lalu, bagaimana aku bisa menyesal?”

Rangga mencibir, “Kamu akan tahu nanti.”

“Aku akan menyesal atau tidak, kita tak akan ada yang tahu. Namun, aku tahu kalau sebentar lagi kamu yang akan menyesal!”

Penjaga keamanan yang berdiri di pintu mengerjapkan mata. Dari dialog antara Rangga dan Novida, dia bisa melihat bahwa keduanya tidak memiliki hubungan yang baik.

Sebagai seorang pemuda, tentu saja penjaga keamanan itu merasa perlu pamer sedikit di hadapan Novida. Lagi pula, wanita itu sangat cantik! Kalau bukan sekarang, kapan lagi penjaga keamanan itu bisa memiliki kesempatan untuk menebar pesona?

Penjaga keamanan itu melirik Rangga dan berkata, “Apakah kamu di sini untuk menjadi penjaga keamanan? Siapa yang mempekerjakanmu? Sebagai kepala penjaga keamanan di sini, kenapa saya bisa nggak tahu?”

Tak berhenti sampai di sana, penjaga keamanan tersebut lanjut berkata, “Kamu tidak perlu datang lagi! Cepat pergi!”

Rangga meliriknya dan bertanya dengan tenang, “Kapan kepala penjaga keamanan punya hak untuk memecat seseorang?”

“Kamu—!” Wajah kepala penjaga keamanan itu terlihat kaget dengan ucapan Rangga.

Novida mendengus. “Dia tak punya hak, tapi seseorang yang punya hak akan segera datang.”

Wanita itu mengeluarkan ponselnya untuk menelepon seseorang. Dengan suara manja, dia berkata,

“Pak, ada orang baru yang mau melamar kerja di perusahaan kita sebagai satpam. Aku nggak suka dia, bisakah kita tidak mempekerjakannya?”

“Oke, aku di depan pintu perusahaan. Cepat kemari, ya.”

Novida menutup telepon, menatap Rangga, dan berkata, “Kamu sepertinya tidak tahu bahwa aku adalah anggota HR di perusahaan ini. Bosku adalah direktur departemen HR, itu berarti kita bisa memecat siapa saja dalam hitungan menit!”

Sekitar dua menit kemudian, seorang pria paruh baya berusia tiga puluhan keluar dari pintu. Pria itu memakai setelan jas dan sepatu hitam mengilat. Ketika dia melihat Novida, pria itu menunjukkan senyum lebar.

“Novida, kamu terlambat lagi, ya!”

Dari cara pria itu memandang Novida, terlihat kalau pria itu memiliki maksud terhadap wanita itu.

Dari sorot mata Novida, Rangga juga dapat mengatakan bahwa wanita itu tidak tertarik pada direktur tersebut. Namun, karena posisinya yang tinggi, sepertinya wanita itu memperlakukan pria itu sebagai ban cadangan.

Setelah sampai di hadapan Novida, pria itu menatap ke arah Rangga. “Dia adalah penjaga keamanan yang baru?”

Novida mengangguk dengan cepat dan berkata, “Ya.”

Pria tersebut memandang Rangga dari atas ke bawah. Lalu, dia berkata, “Kamu tidak perlu datang lagi.”

Lalu, dia menoleh ke arah Novida dan berkata, “Ayo naik, Novida. Aku sudah beli makan pagi buat kamu.”

Novida melirik Rangga dengan bangga dan berkata dengan senyum menghina, “Aku benar-benar menyesal!”

Setelah mengatakan itu, wanita tersebut berjalan masuk bersama dengan direktur HR tersebut.

Melihat hal tersebut, Rangga hanya terdiam selagi memasang wajah tenang. Karena dia tak kunjung pergi, kepala penjaga keamanan merasa jengah.

“Apa yang kamu lakukan di sini?! Keluar dari sini!”

Rangga melirik pria itu dengan dingin. “Kamu melotot padaku? Aku rasa kamu sudah bosan hidup.”

Bim!

Tepat pada saat itu, sebuah mobil mewah datang perlahan dan membunyikan klakson.

Penjaga keamanan tersebut segera menghampiri mobil itu. Saat dia sampai, jendela telah diturunkan dan kepala seorang pria paruh baya terjulur keluar. “Ada apa?” tanya pria tersebut.

Penjaga keamanan itu menjawab, “Ah, masalah kecil, Pak. Mari, saya bukakan pintunya.”

Pria tua itu turun dari mobil bersama seorang wanita yang begitu molek. Saat wanita itu melihat sosok Rangga, dia melotot. “Pak Rangga!”

Rangga menoleh ke belakang dan melihat sosok Selena berjalan cepat ke arahnya.

Ketika pria paruh baya mendengar apa yang dikatakan Selena, dia menatap Rangga dengan heran. “Dia adalah Pak Rangga yang ingin membeli Luminex Corp.?”

Selena mengangguk dan berkata, “Benar!”

Di bawah tatapan kepala penjaga keamanan, pria itu berjalan ke arah Rangga. Dia mengulurkan tangan yang kemudian diterima Rangga dengan ramah.

“Pak Rangga adalah pemuda berbakat. Di usia yang begitu muda, Anda sudah bisa membeli perusahaan saya.”

Selena mengedipkan mata pada Rangga, lalu tersenyum.

“Perkenalkan, ini Pak Roki Budiman!”

Rangga mengangguk, tahu kalau Roki Budiman adalah pemilik Luminex Corp.

Ah, mantan pemilik perusahaan itu. Sekarang, pemilik perusahaan adalah Rangga sendiri.

Roki mengerutkan kening dan berkata,

“Kenapa Pak Rangga tidak menunggu saya di atas?”

Mendengar pertanyaan tersebut dilontarkan, keringat dingin mulai bermunculan di dahi penjaga keamanan.

“P-Pak, Bapak tidak salah? D-dia bukannya datang ke perusahaan kita untuk melamar jadi penjaga keamanan?”

Ketika Roki melihat reaksi pemuda itu, dia langsung mengerti apa yang telah terjadi.

Dia menatap kepala keamanan dan tersenyum.

“Nanti, Pak Rangga akan menjadi bos barumu.”

“Ah?!” Wajah penjaga keamanan itu berubah hijau.

Roki tidak memedulikan pemuda itu lagi dan langsung mempersilakan Rangga untuk masuk. “Silakan, Pak.”

Rangga tersenyum dan mengangguk menanggapi kesopanan Roki. Kemudian, dia melirik si penjaga keamanan dan berkata,

“Kamu tidak perlu datang lagi.”

 

Proses penandatanganan tidaklah rumit. Setelah Rangga menandatangani berkas-berkas dan menggunakan sidik jarinya sebagai cap, Selena membereskan sisanya.

Karena begitu mendadak, berita mengenai pengakuisisian perusahaan masih belum tersebar di dalam. Di luar Roki, hanya ada beberapa eksekutif senior yang sudah mengetahui hal ini.

Pada pukul sepuluh lewat tiga puluh menit, kontrak akuisisi secara resmi mulai berlaku.

Rangga menghela napas, memandang CEO perusahaan dan berkata, “Hal pertama yang saya mau kamu lakukan adalah memecat direktur HR sekarang. Cari yang baru!”

Mendengar perintah tersebut, sang CEO tercengang. Dia tidak menyangka Rangga akan memberikan perintah seperti itu detik berikutnya setelah menandatangani kontrak.

Namun, apa dayanya? Pemilik perusahaan telah berucap, maka perintah harus dilaksanakan.

Sang CEO mengangguk dan berkata, “Baik, Pak!”

 

Kantor di lantai tiga perusahaan adalah departemen sumber daya manusia. Saat ini, Rafi, direktur HR, duduk di sebelah Novida sambil tersenyum.

“Bukankah hidangan restoran ini enak? Tadi pagi aku berkendara begitu jauh demi membelikan sarapan ini untukmu,” ujar Rafi. “Oleh karena itu, hari ini setelah pulang kerja, kamu harus temani aku ke bioskop, ya!”

Mendengar ucapan Rafi, orang-orang di departemen sumber daya manusia tidak terkejut. Mereka hanya bisa memaki dalam hati mendengar cara Rafi meminta perhatian dari Novida.

Baru saja Novida ingin mengatakan sesuatu dengan nada manjanya yang menjijikkan, terdengar suara orang lain yang mendahuluinya. “Tidak perlu lagi bekerja.”

Semua orang sekejap menoleh ke arah pintu kantor lantai tiga. Seorang pria dengan pakaian yang terkesan mewah berdiri di sana.

Melihat pria tersebut, ekspresi Rafi sedikit memucat. “P-Pak Rolan!” Itu adalah CEO Luminex Corp.!

Rolan melirik Rafi. “Pergi ke departemen keuangan untuk mendapatkan gajimu. Segeralah berkemas dan pergi.”

Rafi tertegun. “Pak Rolan, apa maksud Anda?”

“Masih bertanya?” Rolan melirik Rafi seakan dia orang terbodoh di dunia. “Sederhana saja, kamu dipecat!”

Bersambung

1
・゚・ Mitchi ・゚・
mampir thor..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!