Cerita ini sekuel dari Menikahi Mafia Kejam
Sebuah malam kelam mengantarkan Devi Aldiva Brodin pada malapetaka yang merubah hidupnya seratus delapan puluh derajat. Kesalahan fatalnya yang menggoda sang atasan yang divonis impoten saat ia dalam keadaan mabuk berat. Dan pria itu adalah Ibra Ashford Frederick merupakan pria yang sudah beristri sekaligus atasannya.
Bagaimana kelanjutan ceritanya, yuk simak!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Novi Zoviza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mulai mencari
Veronika tersenyum senang mendengar pertanyaan Ibra. Ini yang ia tunggu."Santai Ibra, kita makan siang dulu. Bagaimana?," kekeh Veronika sengaja mengulur waktu agar bisa duduk satu meja bersama Ibra karena kesempatan ini belum pernah ia dapat kan semenjak menikahi pria ini.
Ibra tampak melirik jam tangannya. Ia tidak memiliki banyak waktu untuk meladeni wanita ini."Lima menit atau tidak sama sekali," jawab Ibra. Bukan Ibra namanya jika tidak jasa menekan balik lawan bicaranya. Ia sama sekali tidak takut dengan ancaman Veronika hanya saja ia ingin tahu apa yang di inginkan wanita ini darinya. Dengan mudah baginya menghilangkan bukti-bukti yang ada ditangan Veronika.
Veronika berdecak kesal. Ia kira mudah menekan Ibra tapi ia salah. Pria ini begitu mendominasi lawan bicaranya.
"Aku tahu kamu akan menceraikan aku Ibra. Tapi tidak semudah itu. Jika kamu tidak mau foto-foto itu aku sebar maka...sentuh aku sekali saja dan setelah itu kita cerai," ucap Veronika dengan senyuman licik nya. Ia yakin Ibra tidak akan menolak permintaan nya kali ini. Ia harus mengandung anak Ibra agar bisa menguasai pria itu.
Ibra tidak langsung menjawab. Ia menatap Veronika dengan tatapan dinginnya. Benar-benar wanita licik menurutnya."Jangan pernah berharap lebih dalam hubungan ini, ingat perjanjian kita," jawab Ibra. Tentu saja ia tidak akan pernah menyentuh wanita ini apalagi dengan kondisi nya yang seperti sekarang ini. Hanya satu orang wanita yang berhasil membuat miliknya terbangun dengan gagahnya. Dan wanita itu kini tengah melarikan diri darinya.
"Hehe, ya aku ingat. Tapi aku ingin kita membuat kesepakatan baru, bagaimana?," tanya Veronika sembari terkekeh kecil. Ia benar benar menginginkan sentuhan Ibra apalagi saat tadi malam ia melihat dengan sendiri tubuh kekar Ibra. Ia yakin kalau ia akan puas dengan sentuhan Ibra. Membayangkannya saja ia merasa tidak sabar untuk berada di bawah kungkungan pria yang masih berstatus suaminya itu.
"Aku tidak menyukai barang bekas," jawab Ibra telak.
Wajah Veronika seketika berusaha merah padam, ia memang tidak lagi perawan dan ia pikir Ibra tidak akan mempermasalahkannya. Apalagi di zaman modern sekarang ini hal itu sudah lumrah. Ia mengepalkan kedua tangannya di atas meja mendengar hinaan Ibra.
"Lupakan obsesi mu," ucap Ibra segara bangkit dari duduknya dan melangkah meninggalkan Veronika.
Sementara itu Veronika menggeram pelan. Ia menggebrak meja meluapkan kekesalannya. Gagal semua rencananya untuk mendapatkan Ibra.
"Argh...," geram Veronika.
***
Ibra menatap layar laptopnya dengan serius, ia harus menemukan Diva malam ini juga. Berlibur, ia tidak mempercayai itu. Ia yakin sekali kalau Diva berasa di suatu tempat. Dan ia harus menemukannya, meski tubuhnya lelah karena seharian bekerja tapi ia tidak akan bisa tenang sebelum menemukan keberadaan Diva.
Sebuah senyuman terbit di wajahnya saat ia menemukan jejak Diva."California...," batin Ibra. Besok ia akan mengutus dua orang untuk mencari keberadaan Diva di sana. Ia tidak mungkin pergi, perusahaan membutuhkan nya apalagi besok adalah peluncuran produk baru dan ia harus hadir.
"Kemana pun kau pergi, aku akan menemukanmu Diva. Walau kau bersembunyi di lobang semut sekali pun," gumam Ibra tersenyum puas. Pencarian nya berhasil dan hal itu adalah hal mudah baginya.
Ting tong
Ting tong
Ting tong
Ibra mengerutkan keningnya. Siapa yang datang?. Tidak ada yang tahu ia kembali tinggal disini, apakah Veronika kembali menguntitnya?.
Ia segara berdiri dari duduknya, dan melangkah keluar kamar. Bel apartemennya terus berbunyi entah siapa yang datang berkunjung.
Saat pintu terbuka ia mendapati Lucky tengah berdiri di hadapannya dengan senyuman khasnya. Dari mana Lucky tahu ia kembali tinggal disini. Malam kemarin ia tidak menceritakan apapun tentang permasalahannya pada Lucky.
"Masuk!," seru Ibra melangkah kembali masuk dan membiarkan Lucky menutup pintu apartemen nya.
"Ibra, Monica sekarat," ucap Lucky membuat Ibra mengehentikan langkahnya. Sejak hampir satu tahun lebih Monica ditahan di ruang bawah tanah ia sudah tidak pernah lagi mau tahu dengan wanita itu. Kini Lucky malah mengatakan kalau wanita itu sekarat.
"Saat ini Dokter Yoga tengah memeriksa keadaannya," sambung Lucky.
"Kenapa kau datang ke sini memberitahu ku Lucky?," tanya Ibra. Pengkhianatan yang dilakukan Monica membuatnya membenci wanita itu.
Lucky mengerutkan keningnya, seingatnya Ibra dulu begitu dekat dengan Monica. Apakah karena pengkhianatan yang dilakukan Monica membuat Ibra begitu membencinya?.
"Aku pikir kamu berhak tahu," jawab Lucky menghempaskan tubuh besarnya di atas sofa.
"Oh ya, tadi aku ke rumah. Pelayan mengatakan jika dia melihatmu kemarin malam pergi meninggalkan rumah membawa koper makanya aku langsung ke sini," sambung Lucky
Ibra mengangguk kecil mengiyakan ucapan Lucky. Pria itu ikut duduk di sebelah Lucky yang menuangkan minuman ke dalam gelasnya.
"Kau ada masalah dengan Veronika?," tanya Lucky menatap Ibra yang tampak melamun. Entah kenapa sejak kemarin malam Ibra terlihat lebih banyak melamun.
Ibra menoleh pada Lucky yang menenggak minumannya."Hem...," jawab Ibra berdehem pelan.
Lucky menatap lurus pada Ibra, sebenarnya ia cukup tahu kelakuan Veronika dibelakang Ibra tapi ia diam saja dan tidak ingin ikut campur dalam rumah tangga Ibra."Selesaikan dengan baik-baik," ucap Lucky.
"Oh ya mau ke club tidak?," tanya Lucky.
Ibra menggeleng."Tidak, kau saja," jawab Ibra.
"Kalau kau hanya minum disini saja, tapi kalau mau lebih dari itu, silahkan ke club sana," ucap Ibra. Ia memang memiliki stok minuman dia apartemennya tapi mulai saat ini ia berencana menyimpan minum-minuman itu.
"Aku ada janji dengan seseorang, oh ya benar kau tidak akan mengunjungi Monica?," tanya Lucky.
Ibra menggeleng, untuk apa ia mengunjungi Monica. Percuma, wanita itu sudah membuatnya benar-benar kecewa. Tidak seharusnya ia berkhianat hanya karena cintanya yang tidak berbalas.
"Oke, kalau begitu aku pergi dulu," ucap Lucky segara bangkit dari duduknya lalu melangkah pergi meninggalkan apartemen Ibra.
Sementara itu Ibra kembali mengunci pintu apartemen nya. Ia kembali masuk ke dalam kamarnya untuk melanjutkan pekerjaannya.
***
Sudah dua hari orang kepercayaan Ibra menelusuri California namun mereka tidak kunjung menemukan keberadaan Devi. Padahal ia yakin sekali kalau Devi memang ke California. Apakah wanita itu tahu kalau ia mencarinya ke sana?.
"Perluasan pencarian kalian, nanti tiga rekan kalian akan terbang ke sana untuk membantu," ucap Ibra melalui sambungan telepon pada anak buahnya yang ia percaya mencari keberadaan Devi dengan memberikan foto terbaru Devi dari sosial media wanita itu.
"Baik Tuan,"
Ibra mengakhiri sambungan telponnya. Ia menghubungi Nia dan meminta wanita itu untuk ke ruangannya. Sepertinya ia harus turun tangan mencari keberadaan Devi.
Tok tok tok
"Masuk!," seru Ibra.
Pintu terbuka, tampak Nia memasuki ruangan Ibra sembari membawa tablet di tablet di tangannya.
"Ada yang bisa saja bantu Pak?," tanya Nia dengan sopan.
"Atur keberangkatan saya ke California minggu ini Nia!," ucap Ibra pada sekretarisnya itu.
"Maaf Pak, untuk satu bulan ini jadwal anda sangat padat, nanti di Minggu kedua bulan depan anda mulai sedikit santai," jawab Nia sembari menatap layar tablet nya melihat schedule Ibra bulan ini.
"Baiklah Nia, Kalau begitu usahakan keberangkatan saya bulan depan ke California," ucap Ibra. Sepertinya ia harus mempercayakan pencarian Devi pada orang kepercayaannya untuk satu bulan ini.
...****************...
lebih tegas Daddy mu kamu Weh Weh no good 👎👎👎👎