NovelToon NovelToon
Di Selingkuhi Tanpa Rasa Bersalah

Di Selingkuhi Tanpa Rasa Bersalah

Status: sedang berlangsung
Genre:Pelakor / Poligami / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Penyesalan Suami / Selingkuh
Popularitas:101.8k
Nilai: 5
Nama Author: Maple_Latte

Malam bahagia bagi Dila dan Arga adalah malam penuh luka bagi Lara, perempuan yang harus menelan kenyataan bahwa suami yang dicintainya kini menjadi milik adiknya sendiri.
Dalam rumah yang dulu penuh doa, Lara kehilangan arah dan bertanya pada Tuhan, di mana letak kebahagiaan untuk orang yang selalu mengalah?

Pada akhirnya, Lara pergi, meninggalkan tanah kelahirannya, meninggalkan nama, kenangan, dan cinta yang telah mati.
Tiga tahun berlalu, di antara musim dingin Prancis yang sunyi, ia belajar berdamai dengan takdir.
Dan di sanalah, di kota yang asing namun lembut, Lara bertemu Liam, pria berdarah Indonesia-Prancis yang datang seperti cahaya senja, tenang, tidak terburu-buru, dan perlahan menuntunnya kembali mengenal arti mencintai tanpa luka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maple_Latte, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab: 17

Lara

Aku rindu pada tawa yang mengusungkan senyum, rindu pada bayang yang dulu tinggal diam di pelupuk waktu.

Aku rindu pada purnama yang dirindui sang pengagum, namun kini hanya langit kelabu yang menatapku bisu.

Kehilangan adalah senyap yang tak bisa dielakkan,

seperti dedaunan yang luruh saat musim enggan menetap.

Aku tahu, di tengah sendu sore, tak akan ada yang menyapa hati yang tergores luka.

Karena yang hilang tak selalu berpamitan,

dan yang pergi tak selalu meninggalkan jejak.

Ia hanya menguap, perlahan, seperti napas terakhir pada akhir cerita yang tak sempat ditulis ulang.

❄️❄️❄️

Akhir Pekan di Annecy.

Pagi itu, Annecy berdiri dalam diam musim dingin yang hampir berakhir. Langit berwarna abu-abu pucat seperti sapuan kuas yang menunggu matahari menambahkan sedikit warna. Salju tipis yang semalaman turun masih menempel di atap-atap rumah tua, membeku di pinggir jalan, dan perlahan mencair, meneteskan air dingin ke jalanan berbatu yang licin dan basah.

Lara berjalan dengan langkah pelan. Setiap helaan napasnya berubah menjadi kabut tipis yang langsung hilang tersapu angin. Syal abu-abu membalut lehernya, menutupi sebagian pipi yang memerah karena dingin. Namun dingin di udara tidak pernah sedingin sesuatu yang tinggal di dalam dadanya.

Hari itu ia tidak bekerja. Cafe de Lune tutup setiap hari Minggu, memberi kesempatan bagi para pekerjanya, dan dirinya, untuk bernapas. Meski bagi Lara, bernapas tidak selalu terasa mudah.

Ia berhenti di depan boulangerie kecil di sudut jalan. Aroma roti dan mentega yang baru dipanggang menyambutnya seperti selimut hangat. Ia masuk, memilih satu baguette sandwich sederhana. Selada segar, Brie lembut, dan irisan tipis daging sapi asap yang masih hangat. Pemilik toko tersenyum, dan Lara membalas dengan senyum sekilas—salah satu senyum yang jarang ia keluarkan.

Setelah membayar pesanannya dia keluar kembali ke udara dingin, ia berjalan menuju kanal, tempat sunyi favorit yang jarang didatangi orang di musim dingin. Bangku kayu di pinggir air menjadi tempatnya mendaratkan tubuh.

Ia memasang earphone, menyalakan lagu piano lembut. Clair de Lune memenuhi ruang-ruang kosong di kepalanya, mengisi celah yang selama ini hanya diisi oleh kenangan. Lara menggigit sandwich-nya perlahan. Hangatnya menyentuh lidah, lalu turun ke tenggorokan, memberi sedikit ketenangan.

Burung-burung beterbangan rendah di atas kanal. Air memantulkan serpihan cahaya keperakan yang menari di permukaannya. Masih pagi, namun dunia terasa seperti sudah hidup puluhan jam lebih awal darinya.

Sampai sebuah langkah mendekat. Seseorang tiba-tiba duduk di sampingnya, begitu dekat hingga ia bisa merasakan gerakan jaket pria itu menyentuh mantelnya.

Tanpa permisi, pria itu mengambil satu earphone dari telinganya dan memasangnya di telinganya sendiri. Lara tersentak kecil, menoleh cepat, refleks untuk membela ruang pribadinya. Tapi saat melihat siapa orang itu, kejutannya mereda.

Ia menghela napas, kembali menatap kanal.

Liam tersenyum kecil, senyum samar yang seperti tidak ingin terlalu banyak mengambil ruang. Ia lalu menyodorkan secangkir kopi hangat. Lara menerimanya tanpa protes, dan sebagai balasan ia memutuskan memberi setengah sandwich yang belum sempat ia makan.

Liam menerimanya, dan senyum samar itu tumbuh sedikit lebih jelas.

Mereka tidak berbicara.

Clair de Lune mengalun lembut, menyelubungi mereka dengan melodi yang terasa seperti bisikan malam penuh bintang. Sesekali angin menggoyangkan permukaan kanal, menciptakan riak kecil yang memantulkan cahaya seperti kaca yang retak pelan.

Saat lagu berakhir, Lara membuka mata, menyadari ia sempat memejamkan mata cukup lama. Ia menarik napas panjang.

Liam memandang ke air.

“Bagaimana dengan buku itu? Yang kamu beli minggu lalu.”

Lara mengangkat gelas kopi.

“Menarik, tapi menyakitkan.”

Tatapannya turun.

“Penulisnya seperti, tahu betul bagaimana rasanya ditinggalkan. Lalu tetap dipaksa berjalan, seolah hidup tidak boleh berhenti.”

“Dan kamu ikut terluka?” Liam menoleh sedikit.

Lara tersenyum tipis.

“Cukup untuk membuatku membenci halaman-halaman berikutnya.”

Liam mengangguk, seakan memahami sesuatu yang lebih besar dari kata-katanya.

“Kadang bab paling berat memang butuh waktu lebih lama untuk dilewati,” gumamnya. “Kalau berhenti di seperempat jalan, kamu tidak akan tahu akhir ceritanya.”

“Aku tahu,” bisik Lara pelan.

“Tapi membuka luka yang sama lagi, rasanya seperti menghukum diri sendiri.”

Angin bertiup sedikit lebih keras. Ranting-ranting pohon menari, dedaunan terakhir jatuh ke air kanal.

“Lara…” Liam berkata dengan suara rendah. “Luka tidak akan sembuh kalau hanya ditutup terus. Kamu perlu melihatnya, menyentuhnya, meski itu sakit. Luka yang tidak disentuh tidak akan pernah sembuh. Ia hanya, membusuk.”

“Untuk mereka yang tidak pernah ditinggalkan tanpa alasan,” mata Lara menatap jauh, “kata-kata selalu terdengar sederhana. Tapi bagi yang pernah ditinggalkan saat sedang menggenggam harapan, luka itu tetap hidup. Bahkan setelah waktu mengatakan semuanya sudah baik-baik saja.”

Liam menatap wajah Lara lama.

“Luka juga bisa menjadi undangan,” katanya lembut. “Untuk pulih. Untuk memahami diri dengan cara baru.”

Ia tersenyum samar.

“Biarkan ia tumbuh jadi taman. Bukan penjara yang kamu tinggali.”

Lara tertawa kecil, pahit, namun tidak menusuk.

“Kamu terdengar seperti pujangga yang tidak pernah patah hati.”

Ia berdiri, membenarkan syalnya.

Angin terasa menusuk kulit, tetapi sesuatu di dadanya terasa sedikit lebih ringan.

Liam ikut berdiri.

“Mau ke mana?”

“Pulang.”

“Pulang? Ini masih pagi, Lara.”

Ia memasukkan kedua tangannya ke saku.

“Aku traktir makan siang? Anggap saja… traktiran awal pertemanan.”

Lara menatapnya.

Diam.

Seolah menimbang sesuatu yang tidak terlihat.

Liam mengangkat kedua tangan perlahan, seakan menegaskan ia tidak memaksa.

​********

Untuk readers selamat datang di karya baru author, untuk yang sudah membaca. Terima kasih banyak, jangan lupa support author dengan like, komen dan vote cerita ini ya biar author semangat up-nya. Terima kasih😘😘😘

1
Irma Luthfah
boleh gak aku senyum sinis pas tau keadaan si dilanda ini🤣🤣
Sazmah Maa
kenapa bertahan
tutiana
author ni berpihak pd dila kah,,, kok ada aja sih ulahnya nyakitin lara, ga hbs2 niat jahatnya ke lara
Ariany Sudjana
orang seperti Liam kok bodoh sekali? nanti si pelakor Dila tidur sama Liam, video direkam dan dikirim ke lara, pasti begitu. dan ujungnya lara marah dan pergi dari Liam, dan pelakor yang menang
M.S Inisial
Bqgus alur ceritanya thor. bikin deg-dengan
Isma Nayla
hampir semua novel kok ceritanya sama semua,klu sampai ceritanya sm off dulu deh bacanya.
jd malas bacanya
Maple latte: ceritanya sama bagaimana y kak? maaf kak, ini hasil pemikiran author sendiri. kuras isi kepala kak nulisnya, nulis novel itu bukan kayak nulis balas chat kak. belum lagi kalo stuck, kita benar-benar harus mikir.
total 1 replies
Siti M Akil
jangan2 itu ular ngaku hamil anak nya liam trs bilang sama lara lihat lelaki mu semuanya suka sama aku sampai aku hamil hmm of dulu ah bacanya
rian Away
padahal eksekusi DILA DIBUNUH, ARGA DIPOTONG KELAMIN NYA
sullycungliiie
kalau sampe rencana Dila berhasil aku GK mau baca lagi thor.....baru juga lara bahagia terus dilanjing itu mau rebut suaminya lagi... males Thor bacanya kalo sampe itu terjadi
Star Ir
tuh kan receh banget
Umi Kolifah
ya masak Dila menang dan Liam bisa terkena jeratnya , q gak rela Thor kalau hidup lara berantakan lagi, pokoknya q marah sama othor kalau itu terjadi/Sob//Sob//Sob/
Yuli Yulianti
semoga ad yg menolong liam ..Arga bodoh kamu akan menyesal klo kamu ngikuti kehendak Dila biar pun kamu nangis darah lara tidak akan kembali lg kepadamu jadi berpikir kah jgn sampai jadi penyesalan mu
gaby
Yah, makin panjang kali lebar critanya. Ya kali Liam sebodoh itu masuk jebakan. Ntar Dila ngaku2 hamil anak Liam, lalu Lara di madu lg. Ntar Lara nikah lagi sama cwok lain, trus Dila iri lagi, abis itu di ambil lg suami Lara. Kaya gitu aja terus muter2nya.
Ceu Markonah: hampir semua cerita novel begitu
total 1 replies
Ceu Markonah
terlallu muter muter
YuWie
kenapa kata2 nya semakin bertele2 ya
Ma Em
Kenapa Dila tdk mati saja sih karena pendarahan , jgn sampai Arga atau Lara masuk kedalam jebakan Dila , tolong selamatkan Lara Thor 🙏🙏 .
rian Away: TENANG NANTI DIA AKAN MATI SETELAH DI ....
total 1 replies
Ariany Sudjana
itu hukum tabur tuai Dila, terima saja, jangan selalu menyalahkan lara
Ceu Markonah
kpn berakhirnya niat jahat nyai kunti ini
Dewi Yanti
plis thor buat rencana dila gagal, kasihan lara klo sampai m3nderita lg
Tini Uje
dinegara sendiri pun lara tak ada aman2 nya..mnding keluar nagrek aja lagi thor 😅
Maple latte: Di Luar negeri drama hidupnya kurang seru kak🤭
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!