Matahari terbenam, memeluk kegelapan. Tepian laut berbisik dengan kencang. Angin malam yang hangat sangat menusuk hingga ke tulang.
Zoya dan Arga dijebak seseorang sehingga mereka harus dinikahkan paksa oleh warga desa. Karena pernikahan itu, Zoya dibenci keluarganya. Suaminya yang masih berstatus pelajar pun sangat membencinya.
Bagaimana kisah Zoya di masa remajanya yang harus nikah muda?
Ikuti ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6 Siapa Pelakunya?
Arga menatap tajam ke arah Zoya. Arga sekarang tahu sifat asli Zoya. Selain melakukan berbagai cara dengan naik ke atas tempat tidur untuk menikah dengannya, ternyata Zoya juga seorang pencuri. Arga menggeleng-gelengkan kepalanya. Zoya seolah-olah meyakinkan Arga bukan dia pelakunya dengan isyarat matanya.
Semua yang ada di ruangan aula menatap ke arah Zoya. Mereka mulai meneriaki Zoya. Sebagian dari mereka menyebut Zoya sebagai pencuri.
"Maaf Kak, dari pagi aku selalu bersama Dinar. Dan aku gak tau kenapa jam itu ada di dalam tasku," Zoya membela diri.
"Benar Kak. Zoya bersamaku," sahut Dinar.
"Dasar maling lu! Bikin malu!" Elika melempar botol air minum ke arah Zoya.
Daniyal merelakan punggungnya menjadi tameng bagi Zoya.
"Daniyal, kamu terluka?" Zoya memeriksa punggung Daniyal.
Daniyal menggelengkan kepalanya. Daniyal berpaling badan menatap tajam ke arah Elika. Daniyal marah karena Elika menuduh Zoya maling yang belum tentu kebenarannya. Bisa saja ada yang menjebak Zoya.
"Menjebak? Emangnya lu siapa? Anak desa udik!" Elika terus saja mengejek.
"Lu kenal Zoya?" tanya teman Elika.
"Gak, gue gak kenal," jawab Elika.
Kebetulan pada saat itu, semua orang tua atau wali murid mengadakan rapat di sekolah. Irma memanggil papanya yang kebetulan lewat di depan aula. Irma cerita semua kepada papanya. Okan yang ada di belakang, mendengar nama Zoya disebut penasaran. Dia memilih untuk mencari tahu apa yang terjadi. Dia ikut masuk ke dalam aula.
Papanya Irma masuk ke dalam aula. Beliau mendengar penjelasan dari Alesha. Beliau juga mendengarkan penjelasan dari Zoya yang terlihat gugup dan takut. Papa Irma bisa mengetahui siapa yang mengambil jam tangan Irma.
Papa Irma meminta jam tangan Irma. Arga memberikannya kepada papa Irma. Papa Irma mengambil ponselnya. Papa Irma mulai menghubungkan jam tangan Irma ke ponselnya. Papa Irma tersenyum.
Papa Irma memanggil Arga, Alesha, Irma dan Zoya. Mereka semua berkumpul dan melihat video yang ada di dalam ponsel papa Irma. Di dalam video itu terlihat Alesha mengambil jam tangan dan membawanya. Alesha menaruh jam itu di suatu tempat.
Arga meyakini jam itu benar ditaruh Alesha di atas meja di dalam aula. Dan jam itu kemudian diambil lagi oleh Alesha dan dimasukkan ke dalam tas seseorang.
"Kak Alesha," mulut Irma menganga, matanya melotot.
Alesha memucat, tubuhnya sedikit bergetar. Alesha ketahuan.
"Ada apa?" Najib, Rafa mendekat, mereka juga melihat video yang ada di ponsel papanya Irma.
"Pasti Zoya pelakunya!" Elika juga ikut merapat dan melihat video. Reaksi Elika begitu terkejutnya, dia menatap ke arah Zoya. Ternyata Alesha sengaja menjebak Zoya.
Sialan, hoki banget si Zoya, batin Elika.
"Jadi, masalah sudah diselesaikan. Siswa siswi sekalian, Zoya tidak bersalah. Dia hanya korban di sini. Zoya, Om minta maaf atas nama Irma," Papa Irma mengulurkan tangannya.
Zoya meneteskan air mata. Zoya membalas uluran tangan papa Irma dan permintaan maaf dari Irma. Arga, Najib, Rafa memaksa Alesha untuk mengakui perbuatannya. Alesha telah memfitnah Zoya. Tapi ego Alesha terlalu tinggi, Alesha tidak mau mengakui kesalahannya. Dia meninggalkan aula.
Arga sebagai ketua OSIS meminta maaf kepada Zoya. Alesha sengaja memasukkan jam tangan itu ke dalam tas Zoya. Arga akan mengambil tindakan sebagai ketua OSIS.
"Dan kamu Elika, minta maaf sama Zoya!" Perintah Arga.
Sama seperti Alesha, Elika juga tidak mau minta maaf. Najib sudah melaporkan kejadian hari ini kepada guru BK. Dan saat itu juga, Alesha dan Elika dipanggil ke ruangan BK.
Semua yang ada di aula pun turut meminta maaf kepada Zoya karena mereka semua percaya dengan apa yang mereka lihat tidak mencari tahu kebenarannya.
Di luar aula, Okan menghampiri papanya Irma menanyakan apa yang terjadi. Papa Irma menjelaskan ada kesalahpahaman. Jam tangan anaknya hilang, ada yang menemukan dan memasukkan ke dalam tas siswi yang bernama Zoya.
"Entah ada masalah apa di antara mereka sehingga Zoya difitnahnya," sesal Papa Irma.
Okan hanya tersenyum. Okan menunggu Elika di samping ruang guru yang berdekatan dengan aula. Okan memperhatikan Zoya dari kejauhan. Entah mengapa ada rasa kerinduan dihatinya. Okan ingin sekali memeluk Zoya, tapi setelah melihat Elika bermanja-manja, Okan mengurungkan niatnya.
Waktu pulang sekolah tiba. Daniyal menawarkan diri untuk mengantar Zoya pulang ke rumah. Tapi dengan sopan Zoya menolak dengan alasan Zoya bawa sepeda sendiri.
Daniyal tetap memaksa mengantar Zoya karena lengan Zoya masih belum pulih. Daniyal memasukkan sepeda lipat Zoya ke dalam bagasi mobilnya. Zoya takut Arga marah ketika melihat Daniyal mengantarkannya pulang ke rumah. Arga tidak ingin ada yang tahu mereka tinggal bersama.
Zoya menunduk, kemudian Zoya memberitahu Daniyal, rumah yang dia tempati bukan rumahnya. Dia bekerja sebagai pembantu di sana. Zoya meminta Daniyal mengantarkannya di ujung jalan dekat rumah majikannya.
Daniyal tersenyum dan mengangguk. Daniyal kemudian membukakan pintu mobil untuk Zoya. Zoya duduk manis di dalam mobil Daniyal. Arga dari kejauhan melihat itu semua. Arga mengikuti mereka dari belakang dengan mobilnya.
Zoya meminta Daniyal menurunkannya di ujung jalan. Daniyal membantu mengeluarkan sepeda Zoya dari bagasi mobil. Zoya mulai mengayuh sepeda. Zoya keluar masuk jalan kecil agar Daniyal tidak bisa mengikutinya. Zoya mengintip mobil Daniyal yang sudah jauh melaju di jalan raya.
Zoya perlahan kembali ke rumah. Tanpa Zoya sadari Arga juga melihat kelakuan Zoya dari dalam mobilnya. Arga kemudian masuk ke dalam halaman rumah. Arga memeriksa sepedanya yang dipakai Zoya. Setelah memastikan aman, Arga masuk ke dalam rumah.
Zoya sudah berganti pakaian. Zoya menyiapkan makanan untuk sore. Arga masuk ke dalam kamarnya. Setelah mandi dan berganti pakaian, Arga menuju ruang makan.
Arga duduk di meja makan. Arga memberikan salep penghilang luka kepada Zoya.
"I ... ini apa?" tunjuk Zoya.
"Salep penghilang bekas luka. Nanti dioles," jawab Arga.
"Hmmm, silakan dimakan," Zoya menyuguhkan nasi, oseng kangkung, ikan nila goreng dn air putih.
"Maaf, aku gak tau kesukaan Kak Arga apa," Zoya berniat ingin meninggalkan Arga sendirian.
"Tunggu. Kenapa lu hari ini menghindari gue?" sama seperti sebelumnya Arga menatap tidak ramah.
"Hmmm, itu ma ... maaf yang kemarin. Aku gak sengaja Kak. Aku janji gak akan ganggu kalian. Sekali lagi maaf," Zoya berlari meninggalkan Arga dan masuk ke dalam kamarnya.
"Oh jadi karena itu dia menghindar, takut sama gue," gumam Arga.
Arga mencicipi masakan Zoya. Dengan ragu-ragu Arga memasukkan ke dalam mulutnya. Walaupun masakannya sederhana tapi rasanya enak di lidah Arga. Arga menambah porsi makannya.
Arga bersandar di kursi makan. Arga memegangi perutnya yang kekenyangan. Arga merasa ada seseorang yang memperhatikannya. Arga melihat ada sekelebat bayangan di jendela. Arga beranjak dari duduknya untuk memeriksa.
"AAAAAAAAAA!"
Arga mendengar teriakan Zoya. Arga berlari ke kamar Zoya.
"ZOYA! ZOYA!"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
