Nesa Callista Gambaran seorang perawat cantik, pintar dan realistis yang masuk kedalam kehidupan keluarga Wijaksono secara tidak sengaja setelah resign dari rumah sakit tempatnya bekerja selama tiga tahun terakhir. Bukan main, Nesa harus dihadapkan pada anak asuhnya Aron yang krisis kepercayaan terhadap orang lain serta kesulitan dalam mengontrol emosional akibat trauma masa lalu. Tak hanya mengalami kesulitan mengasuh anak, Nesa juga dihadapkan dengan papanya anak-anak yang sejak awal selalu bertentangan dengannya. Kompensasi yang sesuai dan gemasnya anak-anak membuat lelah Nesa terbayar, rugi kalau harus resign lagi dengan pendapatan hampir empat kali lipat dari gaji sebelumnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Demar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sop Bakso Ikan Yang Nikmat
Pagi ini Nesa memasak sop bakso ikan, olahan dari ikan fresh yang digiling lalu dicampur dengan sayur-sayuran tanpa campuran tepung. Mmm aromanya sangat menggiurkan. Sama seperti bubur untuk Arav, Nesa membuatnya juga dari olahan ikan juga yang dicampur dengan sedikit carbo, kaldu dan beberapa perbumbuam. Tidak lupa bahan wajib yaitu sedikit butter. Menu pagi ini tinggi protein dan omega 3, Nesa sangat mengusahakan membuat menu yang merangsang perkembangan otak untuk Arav. Menurut Nesa umur tidak bisa diulang, nutrisi yang dia berikan sekarang akan sangat berpengaruh terhadap hidup Arav di masa depan.
Ctek… Nasinya sudah matang. Nesa membuka rice cooker memastikan nasi yang dia masak matang dengan sempurna.
‘Meskipun salah satu tujuanku disini adalah uang, tapi jangan ragukan ketulusanku untuk kalian Kids. Pokoknya daddy kalian tidak rugi deh bayar mahal, aku akan pastikan timbal baliknya setimpal. Nesa callista anti makan gaji buta’ Batin Nesa.
“Good morning Boys! Wake up please.” Tepat di jam 07.00 Wib Nesa berteriak di kamar anak-anak. Nesa suka keributan di pagi hari, suasana kekeluargaannya jadi lebih terasa.
“Five minute Sus.” Ujar Aron yang masih bergelung dalam selimut tebalnya.
“No no Boy, Daddy kalian sudah menunggu di meja makan.” Ucap Nesa. Mata Aron langsung terbuka, rasa ngantuk menguap entah kemana. Padahal Nesa berbohong, ini hanya akal-akalannya. Dia juga tidak tau entah pria itu akan menepati janjinya atau tidak.
“Benarkah?” Ucap Aron dengan mimik wajah tidak percaya.
“Yes Boy. Buruan mandi sekarang!”
Sekarang tidak terlalu sulit mengurus Aron, anak itu sudah mandiri. Paling Nesa hanya membantu hal-hal kecil saja. Sambil mengawasi Aron mandi, Nesa juga ikut serta memandikan Arav dengan air hangat.
‘Ya ampun pagi-pagi mereka sudah setampan ini, sangat mirip dengan bapaknya.’ Eh apa yang Nesa pikirkan. Ngawur kamu Nes…
Kata-kata adalah doa ternyata bukan hanya sekedar peribahasa. Arthur sudah menunggu di meja makan dengan stelan jas yang Nesa taksir harganya diluar jangkauan BMKG. Nesa tidak berani cari harganya, takutnya insecure hihi.
“Good morning Daddy!” Ucap Nesa mewakili Arav.
“Say apa ke Daddy Kak?”
“Morning Daddy!” Good, anak pintar. Tadi sebelum turun Nesa sudah mengajari mereka di kamar. Anak-anak melakukannya dengan sangat baik.
“Ehem morning!” Balas Arthur canggung. Dia agak geli mendengar gadis aneh itu memanggilnya daddy. Ada sensasi yang tidak bisa dideskripsikan dengan kata-kata.
“Oke menu kita hari ini sop bakso ikan. Rasanya enak loh Kak, Kak Aron pasti suka.” Nesa menyajikannya di depan Aron. “O ya Pak, manatau kurang cocok dengan menunya saya juga menyediakan roti untuk Bapak.”
“Samakan saja dengan anak-anak.” Meski sudah menjalani biduk rumah tangga selama kurang lebih delapan tahun, ini merupakan hal yang baru bagi Arthur. Dulu saat bersama Laura mereka jarang makan bersama seperti ini. Selain karna Arthur memang sibuk bekerja sehingga tanpa sadar mengabaikan keluarganya kebetulan Laura tidak bisa memasak dan masalah anak-anak sebagian besar di handle oleh babby sitter. Arthur tidak pernah mempermasalahkannya, baginya selagi Laura bahagia dia bisa melakukan apapun yang dia inginkan.
Dengan semangat Nesa menyajikan makanan di hadapan Arthur. Setelah masing-masing orang mendapatkan makanannya Nesa mulai menyuapi Arav. Seperti biasa bayi gembul itu makan dengan sangat lahap. Dia segera merengek jika makanan tidak segera masuk ke mulutnya. Melihatnya makan Nesa jadi semakin semangat untuk mengeksplore menu mpasi yang lebih bervariasi lagi.
Arthur mengambil sendok dan mencicipi sop buatan Nesa. Dari aromanya terlihat sangat menggoda. Arthur terdiam sejenak menikmati rasa manis, gurih dan bakso yang meleleh saat kunyah. Kuahnya sangat fresh dan tidak berat, membuatnya sangat cocok dinikmati di pagi hari ataupun di cuaca dingin.
‘Pintar juga gadis ini memasak.’ Puji Arthur dalam hati.
“Enak Sus, Aron suka ini.” Aron juga makan dengan lahap.
“Wahh benarkah? Syukurlah Sus senang kalau Kak Aron menyukainya.” Ujar Nesa. Momen paling memuaskan bagi orang yang memasak adalah ketika orang yang mencicipinya makan dengan lahap dan mengatakan makanannya enak. “Bagaimana Pak apa masakan saya enak?” Tanya Nesa pada Arthur.
“Biasa saja.” Kata Arthur tidak mau mengakui.
Nesa mencibir di dalam hati. ‘Halah kalau biasa saja tidak mungkin nambah sampai dua kali.’
“Mau bakso lagi Sus.” Nesa menyodorkan mangkoknya yang kosong.
“Sedikit saja ya Kak, makan terlalu banyak tidak baik di pagi hari.” Bukannya Nesa pelit, tapi Aron sudah makan cukup banyak. Tidak baik untuk kesehatan lambungnya.
“Tapi aku maunya yang banyak.” Ujar Aron bersikeras.
“Kalau makan terlalu banyak, nanti lambung Kak Aron tidak kuat menampung dan akhirnya apa… Kak Aron akan mual karna asam lambungnya naik.”
“Apa itu asam lambung Sus?”
“Setiap manusia seperti kita ini memiliki asam di dalam lambung masing masing. Nah, makanan yang masuk ke dalam perutmu akan dihaluskan lagi oleh asam lambung sampai hancur dan akhirnya menjadi kotoran saat kamu buang air besar. Kalau makan terlalu banyak asamnya akan naik dan bayangkan Kak, tenggorokan kita akan rusak nanti.” Ucap Nesa menjelaskan. Nesa selalu mengupayakan untuk tidak sekedar melarang dengan kata jangan atau tidak, sebisa mungkin dia menjelaskan kenapa tidak boleh dan apa yang bisa terjadi jika hal itu tetap dilakukan. Nesa berharap dengan didikan ini kelak anak itu memikirkan akibatnya sebelum melakukan sesuatu. “ Sekarang Kak Aron putuskan, mau tambah sedikit saja atau tetap kekeh tambah yang banyak?”
“Tidak jadi yang banyak Sus, sedikit saja.” Aron mengalah, penjelasan Nesa membuatnya bergidik ngeri membayangkan tenggorokannya rusak.
“Good sekali Kak, sekarang boleh ambil sendiri sopnya ya.” Nesa tersenyum bangga, Nesa mengedipkan sebelah matanya pada Arthur seolah mengatakan ‘Tuh lihatkan…’
Arthur mendengus melihat tingkah Nesa yang terkesan menyombongkan diri.
Aron menarik mangkok sop dengan hati-hati lalu mengambil baksonya satu per satu. Aron memutuskan untuk mengambil dua lagi saja. Saat ingin mendorong mangkok kembali, sopnya sedikit tumpah ke atas meja. Aron melirik Arthur takut, daddynya tidak menunjukkan ekspresi apapun tapi menurut Aron itu tetap sangat menakutkan.
Sesungguhnya Aron terdiam bukan karena marah, namun dirinya bingung harus berespon seperti apa dalam situasi seperti ini.
“It’s okay Kak, tidak masalah… Habiskan dulu makanannya nanti akan kita bersihkan bersama ya.” Nesa tersenyum menenangkan.
Arthur terkesima dengan cara Nesa menghadapi anak-anak, sangat berbeda dengan ketika gadis itu berbicara dengannya. Padanya dia akan bersikap menyebalkan tapi pada anak-anak dia bersikap bak seorang malaikat. Dari penjelasannya, Arthur menyimpulkan Nesa memiliki pengetahuan yang luas serta kematangan emosional terhadap anak. Buktinya dia bisa menjawab pertanyaan Aron dengan jelas dan sabar, kalau ditanya dirinya mungkin Arthur akan langsung melarang tanpa memberi kesempatan Aron untuk berpendapat. Secara tidak langsung gadis itu mau menunjukkan bagaimana berkomunikasi yang baik dengan Aron dihadapan Arthur.