Amezza adalah seorang pelukis muda yang terkenal. Karakternya yang pendiam, membuatnya ia menjadi sosok gadis yang sangat sulit ditaklukan oleh pria manapun. Sampai datanglah seorang pria tampan, yang Dnegan caranya membuat Amezza jatuh cinta padanya. Amezza tak tahu, kalau pria itu penuh misteri, yang menyimpan dendam dan luka dari masa lalu yang tak selesai. Akankah Amezza terluka ataukah justru dia yang akan melukai pria itu? Inilah misteri cinta Amezza. Yang penuh intrik, air mata tapi juga sarat akan makna arti cinta dan pengampunan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Henny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menjadi Satu
"Ev......!"
Evradt tetap berlutut di hadapan Amezza. Gadis itu menjadi haru, bingung, terkejut, semuanya menjadi satu. Ia menatap wajah Evradt dan ada kesungguhan di sana.
Kepala Amezza akhirnya mengangguk membuat Evradt langsung bersorak gembira. Ia berdiri lalu segera memeluk Amezza dan memasangkan cincin itu di jari manis Amezza. Lalu Evradt segera menarik tangan Amezza menuju ke depan altar.
"Aku berjanji padamu, sayang. Aku akan mencintaimu. Aku akan selalu menyayangimu. Kamu adalah hidupku, aku akan selalu membahagiakan mu."
Air mata Amezza mengalir. Hatinya bergetar oleh rasa bahagia. "Terima kasih sudah mencintaiku. Aku juga berjanji akan selalu mencintaimu." kata Amezza.
Seorang pastor masuk diiringi oleh 2 orang pembantu altar.
"Ayo kita menikah, sayang."
Amezza terkejut. Apalagi saat ia melihat ada Antonio dan salah satu biarawati yang ada di sana.
"Mereka siap menjadi saksi bagi kita." kata Evradt sambil menunjuk asistennya dan biarawati itu.
Amezza ingin menolak. Ia ingin menikah dengan dihadiri oleh keluarga besarnya. Namun ia tak bisa juga menolak keinginan Evradt saat ini. Dibutakan oleh rasa cinta yang membara, Amezza akhirnya setuju menikah sore itu juga.
Upacara pemberkatan nikah yang dijalani terasa begitu menggetarkan hati Amezza. Ia menangis saat Evradt menciumnya setelah pemberkatan nikah itu selesai.
"Saat kita pulang ke Spanyol, kita akan jujur kepada orang tuaku, sayang. Aku tahu mereka mungkin agak kecewa karena kita menikah tanpa memberitahukan kepada mereka. Namun mereka akan bahagia saat menyadari kalau kita saling mencintai." ujar Evradt saat keduanya sudah berada di sebuah villa mewah yang Evradt sewa untuk mereka tempati bersama. Keduanya sudah selesai makan malam dan sedang menikmati malam sambil duduk balkon ruang tamu. Villa ini letaknya memang ada di atas bukit dan dari balkon ini mereka bisa melihat kita Paris.
"Dingin?" tanya Evradt saat melihat Amezza yang sedang memeluk tubuhnya sendiri. Amezza memang sudah membuka gaun putihnya dan ganti baju yang memang sudah disiapkan oleh Evradt di villa ini. Sebuah gaun berbahan katun dengan panjang selutut berwarna biru tua. Sama dengan kaos lengan panjang yang kini Evradt pakai.
"Ya. Lumayan dinginnya." jawab Amezza.
Evradt melingkarkan tangannya di bahu Amezza. "Apakah ini lebih hangat, istriku?"
Amezza tersenyum mendengar panggilan baru untuknya itu. "Istri?"
"Ya. Kamu kan memang adalah istriku. Aku sangat bangga dengan status kita sekarang. Pasangan suami istri." Evradt mengecup puncak kepala Amezza. "Aku ingin berteriak untuk mengungkapkan isi hatiku pada dunia ini. Aku sekarang menjadi suami dari Amezza Gomez. Namun sekarang nama itu harus di ganti, sayang. Kamu telah menjadi Amezza Floquet. Kedengarannya itu sangat keren, istriku. Kamu menggunakan nama ku sekarang sebagai bukti bahwa kamu adalah milikku. Hanya milikku."
Amezza melambung mendengar kata-kata Evradt. Keduanya saling bertatapan mesra lalu kemudian saling berciuman. Evradt mengangkat tubuh Amezza sehingga gadis itu kini ada di pangkuannya.
"Ayo kita masuk sayang." bisik Evradt dengan suara yang parau. Ia kembali mencium Amezza sambil perlahan mengangkat tubuh gadis itu seperti koala menuju ke kamar mereka.
Malam yang dingin, di sebuah kamar mewah di atas bukit, Amezza pasrah dalam pelukan suaminya.
Ia yang tak berpengalaman, kini sedang diajar oleh Evradt bagaimana menikmati dan merespons sentuhan lelaki itu.
Ketika pakaian Amezza satu persatu dilepaskan oleh Evradt, nampaklah tubuh polos dengan lekuk-lekuk yang sangat pas, menunjukan kesempurnaan tubuh seorang wanita.
Evradt tak dapat menahan dirinya. Malam itu, setelah berhasil membuat Amezza kehilangan kontrol atas dirinya, Evradt berhasil menyatukan tubuh mereka.
Amezza menjerit kesakitan sambil menancapkan kuku-kukunya di pundak Evradt saat ia mulai menikmati ritme tubuh Evradt yang bergerak perlahan seakan menebus semua yang selama ini terjaga. Amezza pun menikmati surga dunia yang baru pertama kali ia rasakan.
Malam yang terus bergerak membuat tubuh kedua pasangan itu terus saling berpelukan walaupun penyatuan itu sudah selesai.
Ada hasrat dalam diri Evradt yang begitu kuat ingin menyatu lagi dengan istrinya. Namun ia tahu, Amezza masih kesakitan. Ia harus bersabar agar perempuan cantik itu tak merasa trauma melainkan akan terus menikmati.
**************
Pagi hari, saat Amezza terbangun, ia menyadari bahwa dirinya tak sendiri. Ada lelaki tampan di sampingnya yang sedang memeluk dirinya.
Panggilan alam untuk segera ke kamar kecil membuat Amezza perlahan mengangkat tangan Evradt yang melingkar di perutnya. Ia kemudian bergerak perlahan untuk turun. Ketika kakinya mulai menyentuh lantai marmer yang dilapisi karpet yang mahal, Amezza baru menyadari bahwa ia belum sempat mengenakan pakaiannya. Ia merasa malu menemukan dirinya dalam keadaan tanpa busana. Perlahan Amezza mencoba berdiri dan rasa sakit di bagian bawa tubuhnya membuat Amezza sedikit tertatih saat menuju ke kamar mandi.
Setelah buang air kecil, Amezza memutuskan untuk mandi. Ia hampir terbelalak melihat ada beberapa tanda merah di leher dan di sekitar dadanya. Amezza mengigit bibirnya saat memegang tanda itu. Ia bahkan memejamkan matanya sambil membayangkan sensasi nikmat yang dirasakannya saat Evradt menyentuhnya semalam di bagian itu.
"Sayang ......!"
Amezza terkejut saat menyadari bahwa Evradt sudah ada di belakangnya. Menempelkan tubuhnya yang hangat di punggung Amezza yang basah.
"Kenapa tidak bangunkan aku, sayang?" hanya Evradt lalu mengecup pundak istrinya.
Amezza memejamkan matanya. Ia selalu merasa tak mampu menahan gejolak dalam dirinya setiap kali suaminya menyentuhnya. Jadilah pagi itu mereka kembali bercinta dengan posisi menggoda di kamar mandi.
Setelah selesai kegiatan panas di pagi hari, keduanya mandi bersama lalu keluar dari kamar mandi pun bersama. Amezza kembali menggunakan pakaian yang sudah disiapkan oleh Evradt. Kali ini Amezza menggunakan rok celana berbahan jeans dan senada juga dengan kemejanya.
"Kita akan sarapan di mana?" tanya Amezza sambil menatap jam tangannya yang menunjukan pukul 10 lewat 10 menit.
"Semuanya sudah tersedia, sayang." Evradt meraih tangan istrinya dan keluar dari kamar, nampak di atas meja makan sudah tersedia makanan.
"Apakah kamu yang memesannya?" tanya Amezza.
"Ya. Tadi sebelum aku masuk ke kamar mandi, aku telah memesannya. Didiklah." Evradt menarik kursi dan mempersilahkan Amezza untuk duduk. Keduanya pun sarapan bersama sambil bercerita sekitar lukisan yang Amezza buat untuk 3 pemesan yang merupakan koletor lukisan juga.
Keduanya pun menghabiskan waktu di sekitar villa yang ternyata memiliki pemandangan yang indah.
Mereka mengambil beberapa gambar dari ponsel Amezza lalu segera masuk ke dalam villa saat hujan mulai turun.
Mereka kembali bercinta saat berada di dalam villa. Seolah-olah tubuh keduanya tak boleh dipisahkan lagi ketika mereka saling bertatapan mesra.
**********
2 hari berada di villa itu, keduanya langsung pergi ke mansion milik Evradt. Semua pakaian Amezza di villa tempatnya menginap sudah dipindahkan termasuk juga semua lukisan yang sudah ia selesaikan. Amezza pun segera menghubungi para pemesan lukisannya dan mereka melakukan transaksi di sebuah restoran. Sayangnya saat itu Evradt tak ada karena harus pergi ke perusahaan milik keluarganya dan Amezza pun hanya ditemani oleh salah satu asisten Evradt.
Selesai itu, Amezza kembali ke mansion Evradt. Saat itulah ia menerima telepon dari mamanya.
"Nak, pulanglah. Oma Tizza sakit."
Amezza sangat dekat dengan Omanya. Ia jadi khawatir dan segera memberitahukan pada Evradt.
"Aku harus pulang."
Evradt memeluk Amezza dan mengusap punggungnya untuk menenangkan istrinya itu. "Iya sayang. Aku akan meminta asistenku untuk mencari tiket dengan jam keberangkatan tercepat. Kamu jangan terlalu tegang ya."
Amezza mengangguk dalam pelukan suaminya.
"Aku belum bisa mengantarmu karena pekerjaanku masih banyak di sini. Aku juga hendak mendaftarkan pernikahan kita di Kedutaan Spanyol sehingga bisa disahkan baik oleh undang-undang negara ini dan negaramu nanti."
"Baiklah." walaupun dalam hatinya kecewa karena belum bisa pulang dengan Evradt namun Amezza tetap tersenyum. Ia tak mau membebani suaminya dengan sifat manjanya yang ingin di temani.
Malam itu juga, Amezza pulang ke Spanyol. Evradt mengantarkan Amezza ke bandara dan tak menyadari, ada sepasang mata yang sedang mengawasi mereka saat berpelukan sebelum Amezza boarding. Sepasang mata dengan tatapan tajam yang menyimpan kemarahan.
*********
Siapakah itu ?