NovelToon NovelToon
Teleportasi Hidup Di Dua Dunia

Teleportasi Hidup Di Dua Dunia

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Sistem / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Wanita Karir / Epik Petualangan / Dunia Lain
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: Mama nayfa

" Tolong Duk, kakek titip mereka padamu, kakek takut tak mampu lagi bertahan di dunia yang keras ini kasihan mereka jika kakek sudah tiada." ucap pria tua itu kepada ku, aku melihat ke arah dua anak kecil saling bergandengan, mata mereka yang biru safir menatapku dengan harap.
" Baiklah kek, saya akan menjaga mereka, tapi saya minta maaf saya tidak bisa memberikan mereka fasilitas, kakek tau kan keadaan saya juga sedang sulit." Ucapku jujur dan kake itu mengangguk.
" Saya percaya padamu Duk, saya titip mereka, dan terimakasih..." ucap pria tua itu dan pergi meninggalkan kedua anak kecil itu di hadapanku, mata mereka yang tajam serta indah, membuat siapa saja akan merasa tak tega. dua Anka kecil yang ku bawa pulang membuat kehidupan ku berubah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama nayfa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Gerakan hati

Teriknya panas matahari mengiringi langkah ku menelusuri jalan kota, mataku terhenti ketika melihat wanita tua setengah membungkuk sedang mengorek sampah, mataku membulat saat melihat wanita tua itu memilah milih roti yang sudah tak layak, yang sudah berjamur sana sini.

Ku edarkan pandanganku ke sekeliling tak ada siapa pun yang melihat karena emang sepi tidak ada orang kecuali dia dan wanita tua itu.

" Bu...jangan di makan,.." Ku hentikan gerakan tangan wanita itu, mata wanita paruh baya itu menatapku sendu.

" Bu, jangan di makan, ibu lapar, ini ada roti saya, makan ini aja, itu sudah berjamur! Perut ibu nanti bisa sakit." ucapku dan ku berikan plastik bening itu ke pada wanita paruh baya itu, menurutku dia lebih membutuhkan saat ini.

Wanita tua itu melihat plastik yang ku sodorkan, lalu melihat ke arahku kembali, aku pun hanya mengangguk meyakin Kanya untuk mengambilnya.

" Terimakasih Duk," ucapnya tulus sambil menerima plastik itu.

" Sama-sama Bu." ucap ku sambil tersenyum lembut.

" Bu, ini ada sedikit rezeki untuk pegangan ibu ya, maaf seadanya." ucapku, memberikan beberapa uang lembaran berwarna biru dan hijau kepada wanita itu, ku letakan di tangan keriput itu, aku tersenyum padanya saat wajah terkejutnya memandangku.

" Terimakasih nak...ini terimalah ibu gak punya yang lain." ucap nya, melepas cicin yang dia kenakan, aku yang sedikit bingung dan ragu hanya memandang saja, namun ibu sepertinya tau keraguan hatiku, dia memaksa menetapkan telapak tangan ku dengan senyum.

" Terimalah nak, kamu anak baik, semoga kehidupan mu setelah ini lebih baik," ucap ibu itu dengan bert hati aku menerimanya dan menyimpannya di saku celana kulot yang kupakai, dengan hati berat aku pamit pulang ibu itu hanya menganggu.

Namun tanpa di sadari, wanita paruh baya itu menatap punggung wanita muda itu yang sudah menjauh, dengan pandangan yang sulit di artikan, tubuhnya yang bungkuk kini sudah menegak, wajah yang terlihat putus asa kini dengan tanpa ekspresi.

" Assalamualaikum..." ucap salamku kepada ketiga anakku dan suamiku yang sedang duduk di kursi, sejak kecelakaan di tempat kerjanya membuat suamiku tak bisa lagi mengerjakan kakinya. Pangkal paha hingga kaki suamiku lumpuh karena tertimpa balok kayu yang cukup besar di tempat kerja saat itu.

" Walaikumsalam dek, sudah pulang." ucap suamiku dengan senyumnya yang hangat.

" Iya mas, ini mama belikan soto aja untuk kita makan hari ini ya," ucapku sambil tersenyum, aku menunjukan soto yang banyak kuah itu kepada empat orang tersayang ku.

"Hore...kita makan enak..." ucap anak bungsuku kegirangan.

Aku dan suamiku tersenyum senang melihat keceriaan ketiga anakku, keadaan kami emang tak berada terbilang miskin kata orang, syukurnya rumah kami tidak mengontrak, rumah sederhana terbilang ala kadarnya dinding yang tertempel dari sisa bongkaran bangunan tempat mas Aldi bekerja dulu sewaktu usia reyhan masih sekitar 9 tahun, anak sulung ku.

" Mama siapkan dulu ya baru kita makan." kataku kepada keempatnya, kakiku melangkah masuk menyiapkan semua.

Langkah kakiku di ikutin oleh ke empatnya dari belakang, anak sulungku mendorong kursi roda usang milik suamiku.

" Alhamdullilah,...." ucap ku dengan penuh sara syukur, setelah makan, mataku memandang semua orang bergantian dengan pikiran yang tak bisa ku utarakan.

" Ma, nanti malam kita makan apa?" aku menoleh ke anak kedua ku, yang menatapku dengan harap.

" Nanti ibu masakan sayur ya nak, sekarang kalian kan sudah makan, sekarang kakak dan mba kerjakan PR ya setelah itu tidur siang, mama harus kembali kerja lagi." ucapku kepada ke dua anakku, mereka berdua mengangguk, mataku tak sengaja melirik ke suamiku yang memandangku dan tak lama menundukkan wajahnya.

" Mas...apa ada yang sakit?" tanyaku khawatir, karena terkadang ada rasa nyeri Yang timbul di rasakan suamiku setelah kecelakaan itu.

" Gak ada ma, maafkan aku ya ma, sekarang mama yang harus pontang panting menggantikan ku, " ucapnya sedih, dengan air mata yang sudah jauh, aku melihatnya pun ikut sedih, kirain tangan pria yang selama ini menemaniku.

" Sudahlah pah gak apa, kita berjuang sama-sama ya mas... bismillah aja mudahan kita bisa melewati semua ujian ini." ucap ku dengan senyum hangat, menenangkan hati dan emosi suamiku.

" Terimakasih...sudah mau terima kekuranganku ma..." ucapnya lagi sambil memeluk tubuhku dengan sedih, ketiga anakku pun ikut memelukku.

" Mama hebat, wanita kuat yang pernah Reyhan temui." ucapnya di pelukanku.

Sore itu aku melamun entah apa yang akan terjadi jika dia tak bekerja, lamunannya jauh membayangkan andai dia tak bekerja anak dan suaminya entah bagaimana.

Antika wanita berusia 28 tahun sudah menikah dengan pria berusia 32 tahun, mereka sudah di karuniai tiga anak, dua Anka lelaki satu anak perempuan.

" Aku harus cari pekerjaan tambahan, jika tidak gaji gosok aja tidak akan cukup kakak sudah mau ujian, mba juga harus masuk sekolah dasar." pikir ku nerawang jauh.

" Mas, mama mau izin pergi sebentar mau coba temui mba Ratih siapa tau ada tambahan pekerjaan." ucapku kepada mas Aldi, tatapan mas Adli tak bisa ku baca, dia menatapku, aku tau mas Aldi pasti bingung dan merasa tak berguna, ku raih tangan pria kasar itu dan ku ucapkan kata menenangkan hatinya.

" Mas,... Gak usah khawatir, kita hadapi sama-sama ya , mama gak apa-apa." ucapku dengan senyum hangat, tangan itu terus ku genggam dan ku elus lembut.

" Maaf..." hanya satu kata yang di ucapkan Aldi.

" Iya,..kita berjuang lagi ya mas, jangan begini, mas sudah bantu mama, bantu jaga anak-anak." senyum ku tak ku lepas, dengan tulus dan ikhlas ku jalani ujian demi ujian.

"'Mama pergi dulu kalian pintar ya di rumah, ingat jangan ngerepotin ayah kalian ya, ayah sedang sakit jadi harus nurut ok.." ucapku sebelum pergi, mereka bertiga kompak mengangguk, aku pun pergi dengan langkah mantap demi keluarga kecilku.

Antika pergi mencari pekerjaan tambahan, namun saat melewati jalan yang sedikit sepi karena jalan itu jalan poros sebuah desa.

Mata Antika melihat ke dua balita yang duduk anteng di sebelah pria tua yang sudah tertatih-tatih jalannya sedang memungut sesuatu yang antika tidak tau itu apa, Antika hendak melewatinya namun langkahnya terhenti ketika pria tua itu memanggilnya.

" Duk....tunggu..." ucapnya sambil berjalan tertatih-tatih mendekati Antika, Antika diam sesaat memperhatikan ketiganya dengan perasaan miris, semiskin-miskinya dia dan keluarganya tak sampai berpenampilan seperti mereka sangat menyayat hati.

" Iya kek, ada apa?" Antika meringis melihat jalan kakek itu.

" Duk...bisa kah kakek minta sedikit minuman yang kamu pegang itu, untuk kedua cucu kakek, mereka sedari tadi kehausan." ucapnya pelan dan sedikit menahan sesuatu seperti menahan sakit, nada suara nya sangat lirih.

" Boleh kek, tapi ini bekas saya..." ucap Antika ragu, melihat mata kedua anak balita itu sangat berharap saat melihat botol minum yang ku pegang.

" Tak apa duk, setidaknya cucu kakek tidak kehausan." ucapnya lemah.

" Kakek tinggal di mana? Dan tadi sedang apa kek di situ?" tanya Antika saat ini Antika duduk di bawah pohon yang tadi di duduki kedua anak kecil itu dan kakeknya.

" Kakek tidak memiliki rumah duk, oh tadi kakek...em..." ucapnya ragu di akhir, kakek itu jujur.

" Selama ini kalian bertiga tinggal dimana kalo gitu?" tanya Antika penasaran entah mengapa Antika merasa tertahan saat ini, tubuhnya tak bisa menolak untuk tetap tinggal.

" Duk,...bisa kah kakek titip ke dua cucu kakek padamu, kakek takut jika akal kakek menjemput mereka akan sendirian, mereka terlalu kecil hidup di luar." ucapnya mengharap kepadaku , aku hanya terdiam ingin menolak namun Bibir ini tak bisa bersuara.

" Panji usianya baru menginjak 6 tahun sedangkan adiknya baru 3 tahun kakek tinggal bertiga selama inis telah istri kakek meninggal beberapa bulan lalu, ibu dari cucu kakek anak kakek empat bulan lalu meninggal karena kecelakaan, kakek sudah tidak bisa lagi menjaga kedua cucu kakek dengan keadaan kakek saat ini." kakek itu bercerita panjang lebar, padaku, aku tak bisa menolak kakek itu bercerita, aku diam saja mendengarkan keluhannya. Ada rasa perih di hati saat melihat kedua anak lelaki itu dengan penampilan yang jauh dari kata layak, masih mending ketiga anak ku berpakaian dan syukurnya mereka masih di beri kenikmatan tempat tinggal sedangkan kakek ini dan kedua cucunya tak ada tempat berteduh, miris.

" Jika ku bawa cucunya terus kakeknya gimana?" Antika bingung dengan keadaan saat ini, di sisi lain ingin menolong kakek dan kedua cucunya namun di sisi lain hatinya ragu karena keadaan ekonominya saat ini takut tak mampu, apalagi ini amanah.

" Tolong Duk, kakek titip mereka padamu, kakek takut tak mampu lagi bertahan di dunia yang keras ini, kasihan mereka jika kakek sudah tiada." ucap pria tua itu memohon kepada ku, aku melihat ke arah dua anak kecil saling bergandengan, mata mereka yang biru safir menatapku dengan harap.

" Baiklah kek, saya akan menjaga mereka, tapi saya minta maaf saya tidak bisa memberikan mereka fasilitas, kakek tau kan keadaan saya juga sedang sulit." Ucapku jujur dan kakek itu mengangguk, akhirnya aku pasrah karena gerakan hati.

1
Dewiendahsetiowati
ditunggu kelanjutannya thor
Dewiendahsetiowati
hadir thor
Mama nayfa: Terimakasih kak sudah mampir, mohon dukungan nya ya kak, mudahan suka dengan ceritanya😊🙏
total 1 replies
Andira Rahmawati
makasih byk thorrr🥰😍❤️❤️❤️👍👍
Andira Rahmawati
mantap....👍👍👍
Andira Rahmawati
lanjut thorr..trusss semangat 💪💪💪💪
Andira Rahmawati
semoga mas aldi nya sembuh min7m air ajaib nya ☺️☺️
Andira Rahmawati
lanjuttt
Andira Rahmawati
mantapp..bisa jadi juragan sayur"an nanti..
lanjut thorrr...trus semangat..💪💪🥰
Andira Rahmawati
lanjuttt thorrr trussss semangatt💪💪💪💪😍😍😍❤️❤️❤️
Mama nayfa: Terimakasih kak,..jangan lupa tinggalkan jejak ya kak agar author nya semangatt update, jangan lupa tipnya jika berkenan🤭🤭🤭
total 1 replies
Andira Rahmawati
luarr biasa..
Mama nayfa: jangan lupa tinggalkan jejak ya kak🙏
total 1 replies
Andira Rahmawati
kapan sistemnya ada..thorr..
lanjuttt
Mama nayfa: terimakasih kak sudah mampir,...nanti kita lihat perjalannya kak.
Mama nayfa: terimakasih kak sudah mampir,...nanti kita lihat perjalannya kak.
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!