NovelToon NovelToon
Mas CEO I Love You

Mas CEO I Love You

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta pada Pandangan Pertama / Kehidupan di Kantor / Persahabatan / Romansa
Popularitas:6.7k
Nilai: 5
Nama Author: triani

Aluna, 23 tahun, adalah mahasiswi semester akhir desain komunikasi visual yang magang di perusahaan branding ternama di Jakarta. Di sana, ia bertemu Revan Aditya, CEO muda yang dikenal dingin, perfeksionis, dan anti drama. Aluna yang ceria dan penuh ide segar justru menarik perhatian Revan dengan caranya sendiri. Tapi hubungan mereka diuji oleh perbedaan status, masa lalu Revan yang belum selesai, dan fakta bahwa Aluna adalah bagian dari trauma masa lalu Revan membuatnya semakin rumit.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon triani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6

Aluna baru saja selesai makan siang setelah beberapa jam di depan layar komputer, perasaan lega menghinggapinya setelah berhasil menyelesaikan tugas kali ini hanya dalam waktu empat jam. Aluna menjatuhkan bokongnya hendak menyadarkan punggungnya di sandaran kursi saat tiba-tiba telpon yang berada di atas mejanya berdering.

Aluna pun dengan cepat mengambil gagang telpon itu dan menempelkan ke telinganya, ternyata itu dari pihak HR,

"Aluna, di panggil ke ruangan pak Revan, sekarang." ucap Rani tegas.

Aluna menelan salivanya susah, "Ada apa ya, kak?" tanyanya ragu.

"Nggak tahu, kayaknya ada yang penting."

"Baik, kak." Aluna hanya bisa pasrah, di hari kedua kerjanya ia sudah harus bertemu langsung dengan CEO yang terkenal diktator dan dingin itu. Apalagi pertemuan mereka sebelumnya membuat Aluna semakin ketar-ketir, ia bahkan berani membayar pria itu dengan pecahan uang recehnya yang tidak lebih dari lima ratus ribu.

"Baiklah Aluna, tidak pa pa. Jika memang ini hari terakhirmu magang, kamu masih punya cadangan magang kan." Aluna mengusap dadanya, seolah tengah menenangkan dirinya sendiri.

Ia menghela nafas, berdiri dengan tegas dan mulai melangkah ya kalinya meninggalkan meja dan kursinya menuju ke ruangan yang terpisah dengan ruangan lain.

Ruang yang sebenarnya hanya berjarak beberapa sekat itu tiba-tiba terasa jauh. langkahnya begitu berat, ketukan hak sepatunya di lantai terasa berdenging, suasana menjadi terasa sunyi dan dingin hingga ia berhenti tepat di depan pintu kaca itu, bahkan otot tangan dan jarinya terasa begitu kaku saat hendak mengetuk pintu kaca itu.

Tuk tuk tuk

Seketika Aluna menyesali gerak tangannya, tapi semuanya terlambat.

"Masuk,"

Suara sahutan itu terdengar berat dan datar membuat bulu kuduk Aluna semakin berdiri saja. Suara itu terdengar sangat tidak ramah. Aluna pun perlahan mendorong pintu hingga terbuka, ia bisa melihat sesosok pria yang tengah duduk bersandar di kursi tampak mengintimidasi dengan tatapannya yang tajam, tampak tangan kirinya memegang tablet dan tangan kanannya tengah memutar pulpen peraknya.

"Duduk."

Perintahnya dan Aluna hanya bisa patuh, ia kemudian berjalan perlahan mendekati kursi yang berseberangan dengannya, duduk perlahan. bahkan kursi empuk itu kini terasa begitu panas untuk Aluna.

Revan kembali menatap Aluna dengan tatapan penuh intimidasi, tidak ada senyum dan keramahan.

"Kamu yang membuat konsep ini?" tanyanya sambil menundukkan layar tabletnya.

Aluna menelan salivanya, ia tidak tahu bagaimana caranya hingga konsepnya bisa sampai di tempat sang CEO,

"I_iya, pak." jawabnya gugup, tangannya yang berada di bawah meja tengah memilih ujung brazzer nya.

"Sendiri?"

Aluna memejamkan matanya sejenak, ia tidak akan yakin jawabannya akan menguntungkan dirinya ataupun timnya,

"Iya, pak. Selain itu juga dapat bimbingan dari kak Dimas. Tapi mostly saya sendiri, pak." Aluna tidak mau terlalu membebani timnya, apalagi kak Dimas yang dengan sabar membantunya, ini project pertamanya, sudah pasti banyak kesalahan. Jika benar, ia tidak mau timnya ikut dipersalahkan.

Revan diam sesaat, matanya kembali fokus pada layar tabletnya, "Kenapa kamu pilih tone warna seperti ini?" tanyanya kemudian.

Aluna kembali mengingat bagaimana detail konsepnya, "Saya hanya sedang mencoba menyesuaikan dengan karakter brand, pak. Youthful, warm, tapi tetap memberi kesan lokal, pak." Aluna mencoba menjelaskan detail yang ia ingat.

"Lokal tidak harus norak. Dan 'youthful' bukan berarti kamu bisa melempar semua warna cerah dalam satu frame." ucap Revan dengan serius dengan sedikit mencondongkan tubuhnya mendekat ke arah Aluna.

Aluna tercekat, wajahnya terasa panas, ia hanya bisa menggigit bibir bawahnya dengan wajah yang tertunduk.

Brakkk

Revan menggebrak meja membuat Aluna terkejut hingga ia kembali mengangkat kepalanya hingga tatapan mereka bertemu,

Revan menatapnya dengan intens tapi juga terlihat berbeda, "Perusahan ini tidak mencari orang yang berusaha keras, tapi kami butuh orang yang paham dengan apa yang mereka lakukan, paham dengan apa yang di butuhkan brand."

"Saya mengerti, pak." Aluna tidak punya jawaban lain. Setidaknya ia tidak di berhentikan magang hari ini itu sudah cukup bagus mengingat bagaimana sayang CEO mengoreksi hasil project nya.

"Mulai besok pindah ke ruangan saya."

"Hahhh?"

Aluna terkejut sekaligus masih gagal fokus, ia mencoba mencerna kata-kata atasannya itu.

"Mulai besok kamu akan bekerja langsung di bawah saya," ucap Revan tegas dan Aluna masih belum siap dengan keterkejutakan, atau lebih tepatnya mungkin pemikirannya yang bisa memberinya salah faham, "tetap sebagai anak magang." ucap Revan lagi seolah kembali memberi ketegasan pada posisi Aluna. Bekerja di bawah Revan langsung tidak berarti langsung memberinya posisi menjadi karyawan tetap.

"Baik, pak."

Revan memutar kursinya menarap ke arah jendela, menatap langit cerah sore hari tanpa sepatah kata pun tapi Aluna langsung tahu artinya, memberi isyarat halus bahwa percakapan mereka telah selesai.

Ya ampunnnn, sombong sekali pria ini. Awas aja kalau sampai jatuh cinta sama aku .....

Aluna berdiri kemudian membungkukan badannya sedikit, dan berjalan keluar dari ruangan itu. rasanya jantungnya sudah mau melompat dari tempatnya.

Setelah pintu tertutup, Revan menghela nafas, ia membuka tabletnya kembali, menatap nama kecil yang tertera di file itu.

Aluna Rahardi

Revan memijat pelipisnya, ingatan masalalunya seperti berputar bebas di kepalanya seolah membuka kembali kenangan lama yang ingin Revan lupakan tapi tidak bisa. mungkin dengan ini ia bisa menebus kesalahannya di masalalu.

Bersambung

Happy reading

1
yuning
🔥🔥
Entin Fatkurina
makinn penasaran,peristiwa apa yang membuat revan trauma.
yuning
kamu rumahku, sweet
Entin Fatkurina
keren revan.
Entin Fatkurina
tetap semangat
yuning
dia jodohmu Tifani 😁
yuning
asisten sama bosnya sama
yuning
pak CEO keren
Entin Fatkurina
sebelas dua belas dengan bosnya.
Lina Herlina
yg bner aja pagi sampe jm 11 malem
Entin Fatkurina
revan benar benar keren.
Entin Fatkurina
menunggu detik detik penyelamatan aluna.
Entin Fatkurina
intinya, tetap semangat aluna.
yuning
Revan gak mau nurunin gengsi , Aluna gak punya kepercayaan diri 🥴
Entin Fatkurina
lanjut kak tri.
Tri Ani: siapppppp
total 1 replies
yuning
hmmm
Tri Ani: hmmmmm
total 1 replies
Entin Fatkurina
kuatkan imanmu Aluna😊😊😊
Tri Ani: mantap
total 1 replies
yuning
Revan tukang gengsi 😁
Tri Ani: setuju
total 1 replies
Entin Fatkurina
so sweet.
Tri Ani: makacihhhhhh😘😘😘😘
total 1 replies
yuning
pak Revan, sweet juga ya
Tri Ani: menyala
yuning: langsung lunglai kita 😅
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!