NovelToon NovelToon
Infected Without Knowing

Infected Without Knowing

Status: sedang berlangsung
Genre:Zombie
Popularitas:267
Nilai: 5
Nama Author: Ryn Aru

Sebuah keluarga sederhana yang penuh tawa dan kebahagiaan… hingga suatu hari, semuanya berubah.

Sebuah gigitan dari anjing liar seharusnya bukan hal besar, tapi tanpa mereka sadari, gigitan itu adalah awal dari mimpi buruk yang tak terbayangkan.

Selama enam bulan, semuanya tampak biasa saja sampai sifat sang anak mulai berubah dan menjadi sangat agresif

Apa yang sebenarnya terjadi pada sang anak? Dan penyebab sebenarnya dari perubahan sang anak?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ryn Aru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6

Andini terbangun dari tidur nya dan melihat bahwa hari sudah senja, waktu seakan berjalan begitu cepat seakan hanya sebuah mimpi.

"Mimpinya jelek-jelek, andai bisa milih mimpi ketemu Bangchan." Ucapnya sembari berdiri, andini yang merasa lapar pun memindah kedua orang tuanya ke meja makan, ia merapikan meja dan menyiapkan makanan.

"Capek juga harus siapin semua sendiri." Ucapnya pada diri sendiri dan melepaskan kayu yang berada di mulut orang tuanya, Andini memasangkan sabuk pada kursi dan memakaikannya ke ayah dan ibunya. Andini memakan-makanan nya seakan tak pernah terjadi apapun pada keluarganya, walau air mata mengalir di pipinya, ia tetap berusaha untuk tetap baik-baik saja.

Saat selesai makan, Andini segera menaiki atap rumah untuk mencari sinyal dari ponselnya. Dia mencari begitu lama dan hasilnya nihil, seakan di kota ini tak pernah ada sinyal. "Masa gak ada sama sekali, biasanya ada walau dikit." Ucap Andini dengan menggoyangkan ponselnya.

Beberapa jam berlalu dan hasilnya nihil, ia pun kembali masuk kerumah dan terduduk di ruang tamu yang gelap, ia merebahkan diri dan melihat ke langit-langit rumah yang telah hancur. "Mau ninggalin rumah tapi mama sama papa sendirian, nanti kalo kenapa-kenapa gimana? Pusing banget mikirin nya." Andini menghela nafas dan melihat kearah dapur, terlihat kedua orang tuanya yang duduk di sana. "Ma, Pa, Dini... Dini bisa gak ya? Dini bisa kan jalan sendiri? Cari cahaya Dini sendiri? Atau Dini ikut Mama Papa aja? Kan bisa minta Mama sama Papa gigit Dini aja." Andini tersenyum dan berjalan ke arah orang tuanya, ia melepas kembali kayu yang berada di mulut keduanya dan duduk di depan mereka.

Di kegelapan jalan perumahan, terlihat makhluk dengan tangan yang panjang dan kuku yang tajam, terlihat kuku itu seperti sebuah kristal berwarna hitam dan mengkilap. Makhluk itu berjalan dengan menarik tangannya yang panjang hingga menimbulkan suara dan mengendus seakan mencari mangsa yang melarikan diri.

Erangan menyeramkan keluar dari mulutnya, makhluk itu beberapa kali menghancurkan kaca rumah seakan mencium aroma mangsa dari rumah-rumah itu, dan memutarinya perlahan.

Saat melewati belakang rumah Andini, makhluk itu mengendus layaknya seekor anjing, dengan cepat makhluk itu berlari dan menerobos masuk dengan menghancurkan pintu, makhluk itu mengendus untuk kesekian kalinya dan berjalan perlahan mencari mangsanya.

Andini yang tertidur di depan kedua orang tuanya terbangun dan berjalan kearah suara, ia melihat pintu belakang yang telah hancur dan terlihat goresan pada lantai kayu. 'Ada zombie masuk? Bukannya mereka gak aktif kalau malem?' Batin Andini. Andini yang melihat bekas cakaran berjalan mengikutinya hingga ke dalam kamarnya, terlihat makhluk yang sedang mengacak-acak kamarnya. Andini yang melihat itu terkejut dan perlahan berjalan mundur, saat merasa aman Andini berbalik badan berjalan kearah orang tuanya.

Saat Andini berjalan tiba-tiba terdengar suara gesekan yang semakin mendekat, Andini dengan ragu menoleh dan melihat makhluk itu yang telah berada tepat di belakangnya, Andini dengan segera bersembunyi di lemari pialanya dengan nafas tak beraturan. Makhluk itu berjalan perlahan mendekat kearah lemari dan mengendus daerah tersebut, dia meletakkan tangannya pada lemari.

Saat makhluk itu semakin mendekat ke Andini, tiba-tiba terdengar hantaman keras dari meja makan yang berada di dalam dapur, makhluk itu segera berlari ke arah dapur dan mengoyak sang ibu yang membenturkan kepalanya berkali-kali, Andini yang melihat sang ibu di cabik-cabik oleh makhluk itu hanya bisa terdiam dengan tubuh yang bergetar, terlihat tangan sang ibu yang terlempar ke arah Andini dengan cincin pernikahannya.

Tak lama makhluk itu segera menghadap kebelakang kearah tempat Andini bersembunyi. Saat makhluk itu menoleh dia tak mencium aroma mangsanya.

Makhluk itu berjalan mendekati area persembunyian Andini sebelumnya. Andini menahan nafasnya saat melihat makhluk itu berada tepat di bawahnya.

Saat Andini turun dari wall climbing ibu langsung berlari mendekat ke arah andini dan memeluknya erat, terlihat sang ibu dengan mata sembab dan air mata yang belum mengering.

"Mama kenapa?" Tanya Andini yang waktu itu menginjak kelas 8 SMP, ia baru saja selesai mengikuti perlombaan panjat tebing yang di selenggarakan oleh klubnya.

"Karena kamu jatuh tadi." Jawab ayah yang sudah berada di belakang ibu, raut bahagia terlihat dari wajah kedua orang tuanya, walau Andini tak berhasil mereka tetap bangga kepada sang anak karena telah berusaha keras.

Andini yang berada di atas plafon menggenggam erat cincin sang ibu dan menghela nafas berat. 'Kalo gini sih gue yang mati, kabur nih? Tapi papa?' Dia menoleh ke arah dapur untuk melihat keadaan sang ayah. Terlihat sang ayah yang hanya diam melihat kepala ibu yang berada di meja. Andini melihat itu bernafas lega karena sang ayah yang hanya diam, ia mulai berjalan perlahan melewati rangka atap rumah.

Saat Andini menelusuri rumah, tak terlihat makhluk menyeramkan tadi. "Udah pergi kah tu monster?" Bisik Andini pelan, saat dia terdiam sebentar terdengar suara erangan dari belakangnya, ia perlahan menoleh dan melihat makhluk itu berada tepat di belakangnya, dengan mata yang tertutup dan mulut berbusa makhluk itu dengan cepat merangkak ke arah Andini.

"Anj\*ng!!" Andini dengan cepat mencari jalan untuk turun dari atas plafon, saat menemukan plafon yang hancur ia segera melompat tepat di depan pintu yang hancur, saat Andini ingin berlari, makhluk itu tiba-tiba melompat dan menjepit Andini di bawahnya, makhluk itu mengangkat tangannya bersiap menusuk Andini dengan kuku-kuku panjangnya.

Terdengar suara hantaman dari kanannya, Andini yang tadinya menutup mata pun membukanya dan melihat bahwa makhluk itu sudah terpental jauh, ia memutar tubuhnya melihat sang ayang yang telah lepas dari ikatannya. Ayah meraung ke arah makhluk itu seakan menakuti makhluk yang ingin menyerang sang anak, ayah berdiri dengan berani seakan menjadi perisai untuk sang putri.

"Yey!!" Teriak Andini, ayah dan ibu bersamaan, mereka sedang merayakan kemenangan Andini. Saat itu Andini telah berumur 17 tahun dan ia telah mendapatkan 10 penghargaan panjat tebing yang ia ikuti selama ini.

"Anak cantik papa emang hebat!!" Ucap ayah dengan bersemangat dan mengacak-acak rambut sang putri, Andini hanya tersenyum sembari merapikan rambutnya.

"Anak mama juga dong." Ucap ibu tersenyum dengan air mata yang sedari tadi mengalir.

"Ih mama mah, nangis mulu." Canda Andini dengan menyeka air mata sang ibu

"Dua wanita hebat papa." Andini yang mendengar ucapan sang ayah pun menoleh dan memasang ekspresi bingung.

"Kok dua?" Tanya Andini

"Iya dua, karena mama udah berhasil melahirkan seorang putri yang cantik dan hebat yaitu Andini Grecia Nendra."

Ayah melihat kearah Andini dengan lehernya yang telah patah. "Put..ri cant...ik papa..." Ucap ayah dengan terputus-putus, setelah mengatakan hal itu terlihat gelagat aneh dari sang ayah, dari tangannya keluar kuku tajam seperti makhluk di depannya. Saat itu pula ayah berlari menyerang makhluk itu, terlihat berkali-kali ayah menyerang makhluk itu tetapi tak membuahkan hasil, makhluk itu pun menusuk perut ayah dengan kuku-kukunya dan melemparnya.

Andini yang melihat itu segera berdiri dan berlari meninggalkan ayah, tapi seakan tak membuahkan hasil, makhluk itu berlari lebih cepat dan hampir menyentuh Andini, saat itu pula sang ayah kembali menahan serangan makhluk itu. Andini melihat sebentar kearah sang ayah dan melihat kepala sang ayah yang telah tak beda pada tubuhnya lagi.

"PAPA!!" Teriak Andini dengan nafas yang tak beraturan, Andini dengan amarah meraih sebuah gunting taman dan berlari kearah makhluk itu, ia yang sudah tak tahan pun akhirnya meluapkan emosinya di setiap ayunan gunting taman, ia mencoba menyerang makhluk itu hingga makhluk itu berjalan mundur dan menahan serangan Andini.

Sesaat kemudian makhluk itu lengah yang membuat Andini mendapatkan celah, ia menusuk perut makhluk itu hingga menembus ke punggungnya. Makhluk menyeramkan itu merasakan kesakitan dan meraung, Andini dengan segera menarik gunting taman dan berlari mundur, saat ia berlari tanpa sengaja punggungnya terkena cakaran yang membuatnya terpental, dan saat itu pula terlihat sekelompok orang yang membawa celurit, katana, dan golok. Orang-orang itu berlari kearah makhluk itu dan memenggal kepalanya, saat itu pula akhirnya makhluk itu berlutut dan tubuhnya terlihat menjadi kaku seketika.

"Dini bangun, katanya mau daftar kuliah!!" Panggil ibu dengan mengetuk pintu kamar Andini beberapa kali, Andini yang berada di dalam masih tertidur dengan pulas di atas kasur lembutnya.

"Belum bangun juga ma?" Tanya ayah yang berjalan mendekati ibu, ibu yang mendengar pertanyaan ayah pun mengangguk kan kepala mengiyakan. "Yaudah biar papa saja" ayah pun mendekat ke pintu kamar andini dan mengetuk dengan kencang pintu kamar, yang membuat Andini terlonjak dari tempat tidurnya dan segera duduk di atas ranjangnya.

"Iya-iya Dini bangun!!" Saut Andini dari dalam kamarnya dengan mata yang belum terbuka sepenuhnya.

Saat Andini turun dari ranjang ia mulai tersadar dan tersenyum lebar "Yang tadi mimpi?" Bisik Andini pada dirinya dan segera berjalan kearah pintu untuk membukanya.

Disaat Andini membuka pintu, angin sejuk menerpa wajahnya dan cahaya terang menyilaukan mata, membuatnya tersadar akan sesuatu.

"Dini mama sama papa pergi dulu ya?" Ucap sang ibu lembut dengan ayah yang berada di sampingnya.

"Dini jangan telat makan, jangan tidur terlalu malam, jangan memaksakan diri, sama jaga diri baik-baik ya sayang. Mama sama papa udah..." Ucapan ibu yang sedari tadi bergetar terputus di gantikan dengan oleh suara isak tangis, Andini yang menyadari tangisan sang ibu berjalan perlahan.

"Jangan ke sini, mama sama papa cuma mau berpamitan sama Dini." Ucap ayah tiba-tiba, Andini yang mendengar itu pun berhenti dan menatap kedua orang tuanya.

"Kenapa? Dini ada salah? Dini udah gak nakal lagi, Dini juga bisa jagain mama sama papa kok. Jangan tinggalin Dini." Andini pun berjalan kearah kedua orang tuanya lagi, tapi saat semakin dekat dengan keduanya, Andini tak merasakan sebuah pijakan di sana.

"Jangan sayang, Andini ikut mama sama papa nanti aja ya." Ucap sang ibu yang semakin menjauh dan perlahan menghilang dari pandangannya.

Bersambung....

1
Alucard
Keren banget, semoga ceritanya terus berkualitas author!
Ryn Aru: makasih ya,,/Smirk/
total 1 replies
Gourry Gabriev
Bikin syantik baca terus, ga sabar nunggu update selanjutnya!
Agnes
Romantis banget!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!