NovelToon NovelToon
Poligami Yang Tak Diinginkan

Poligami Yang Tak Diinginkan

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami
Popularitas:46.7k
Nilai: 5
Nama Author: Arrafa Aris

Menjadi yang ke-dua bukanlah keinginan juga pilihan yang terbaik bagi Lea. Apalagi harus berada dalam lingkaran poligami. Baginya, pernikahan adalah ibadah terpanjang dan sakral.

Namun, karena sang calon imam tak kunjung datang saat akan ijab qobul, Bagas dengan sukarela menjadi pengganti. Lea mengira Bagas tulus menikahinya. Akan tetapi, ia salah karena Bagas hanya ingin menggunakan rahimnya untuk menjadi ibu pengganti dari benihnya dan Melissa.

Bak sedang bermain api, Bagas justru terjebak dengan perasaannya pada Lea. Sebaliknya Lea yang memang tak mencintai Bagas, sikapnya selalu dingin pada sang suami.

Belum lagi karena Bagas tak bisa menerima kehadiran baby Sava, anak yang diadopsi Lea sebelum ia mengandung benih dari Bagas dan Melissa.

Pertengkaran pun sulit terhindarkan diantara mereka, karena Lea dan Bagas tak sepemikiran. Belum lagi kehadiran Wira yang semakin membuat Bagas naik pitam.

Bagaimana kelanjutan hubungan mereka selanjutnya? Ayo kepoin guys.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arrafa Aris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

6. PYTD

Sesaat setelah masuk ke ruangan kerja Bagas, Lea langsung mendaratkan bokongnya di sofa.

“Ada apa, hmm? Nggak biasanya kamu ke kantor?” tanya Bagas sembari duduk berjongkok di hadapan Lea. “Apa kamu sudah mendapat buah delimanya?"

Lea menggelengkan kepala. “Sebenarnya aku dari rumah sakit terus kepikiran ingin mampir, jadi sekalian saja.”

“Kenapa nggak bilang jika kamu ingin ke rumah sakit? Aku kan, bisa mengantarmu sebelum ke kantor,” kata Bagas. “Oh ya, mau nggak aku temani ke swalayan? Tapi, setelah kita makan siang.”

Lea kembali menggelengkan kepala tanda menolak. Tak ingin memaksa istri mudanya, Bagas meminta menunggu sebentar karena harus menyelesaikan pekerjaannya yang sempat tertunda.

‘Sebaiknya nanti saja aku beritahu Mas Bagas tentang kehamilanku,’ gumam Lea dalam hati sembari melirik Bagas yang sedang fokus menyelesaikan pekerjaannya.

Lea memejamkan mata disertai suara ringisan. Memegang perutnya yang semakin terasa sakit.

Dua puluh menit kemudian ....

Ketika berada di lobby kantor, Bagas mengerutkan kening. Merasa sejak tadi Lea meringis menahan sakit bahkan berkeringat dingin.

“Lea, apa kamu baik-baik saja? Sejak tadi aku mendengar kamu meringis seperti menahan sakit.” Bagas mulai cemas.

“Sepertinya nggak, Mas. Perutku sakit banget seperti diremas-remas,” aku Lea dengan suara tercekat bahkan ingin menangis.

Begitu mereka berada di area parkir tepatnya di samping mobil Bagas, Lea kembali meringis lalu membenamkan wajah di dada sang suami. Kedua tangannya mencengkram kuat pundak prianya dengan tubuh gemetaran menahan sakit.

“Akh! Mas, perutku sakit banget!” Air mata Lea ikut menetes sudah tak kuat menahan sakit di perut. Sedetik kemudian ia merasa area in*timnya terasa hangat mengalirkan sesuatu. “Mas!”

“Lea! Lea!” Bagas menahan tubuh istrinya yang hampir terjatuh. “Lea, kamu kenapa? Jangan membuatku takut!” tanya Bagas, panik diselimuti kekhawatiran.

“Mas ... maafkan aku,” ucap Lea lirih sebelum akhirnya pingsan dalam dekapan Bagas.

Bagas mengangkat tangan, mengisyaratkan supaya pak satpam datang menghampirinya.

“Pak Dodi, tolong bukakan pintu mobil!” perintah Bagas lalu menggendong Lea.

“Apa perlu saya mengantar ke rumah sakit, Pak?” tawar pak Dodi begitu Bagas mendudukkan Lea di kursi mobil.

“Nggak usah Pak Dodi, biar saya saja,” tolak Bagas lalu mengambil tas tangan Lea mencari kunci mobil istrinya .

Sejenak ia bergeming mendapati testpack dari dalam tas Lea. Menatap lekat benda itu dengan dua garis merah yang terlihat jelas.

Tanpa banyak kata, ia menghampiri pak Dodi lalu menyerahkan kunci mobil milik Lea. “Pak Dodi, tolong antar mobil berwarna biru silver itu ke kompleks perumahan xxx Jalan xxx, ya,” perintah Bagas seraya menunjuk mobil Lea yang tak jauh dari mereka .

“Baik Pak!”

Setelah itu, Bagas masuk ke dalam mobil kemudian mulai meninggalkan parkiran menuju rumah sakit J.

.

.

.

Tak ada kata yang bisa terucap dari bibir Bagas. Ia hanya bisa memandangi Lea dengan tatapan nanar. Tanpa henti mengusap ubun-ubun istrinya dengan perasaan sedih.

Berita bahagia juga duka sekaligus ia terima dalam waktu yang bersamaan. Namun, apalah daya, keberuntungan belum berpihak padanya.

“Bagas!” tegur Cakrawala sambil geleng-geleng kepala. “Maafkan aku, dengan menyesal aku sampaikan jika wanita ini mengalami keguguran. Padahal baru beberapa jam yang lalu dia berkonsultasi denganku.”

“Wanita ini istriku, Cakra.” Bagas merubah posisi menghadap Cakrawala.

“What?!” Cakra terkejut. “Sejak kapan kamu menikah lagi, kenapa nggak mengundangku? Ya Tuhan! Apa seperti ini kelakuan orang-orang berduit, begitu gampang berpoligami?!” cecar Cakra sekaligus menyindir sepupunya itu.

“Kamu pasti sudah tahu alasannya kenapa. Lain kali saja aku ceritakan padamu,” kata Bagas lirih sambil menghela nafas.

Cakra mengangguk mengerti, seketika ia teringat Kejora dan Samudra. Kisah sepupunya ini hampir sama dengan kedua temannya itu.

“Bagas, meski Melissa mengalami PCOS, setidaknya kamu punya alternatif lain. Contohnya, kalian bisa mengadopsi anak dan nggak harus menikah lagi. Apa kamu sadar? Kamu sudah melukai juga mengecewakan dua hati sekaligus.”

Bagas bergeming, ucapan terakhir Cakra sama persis yang diucapkan oleh Lea enam bulan yang lalu.

“Apapun itu, semoga kamu tetap bisa bersikap adil pada kedua istrimu,” sambung Cakra menasehati Bagas disertai tepukan di pundak. “Ya sudah, aku tinggal dulu soalnya masih ada pasien yang harus aku tangani.” Cakra kemudian meninggalkan Bagas.

“Apa Lea ke kantor karena ingin memberitahu jika dia sedang hamil?” gumam Bagas bertanya-tanya sendiri.

Ia membenamkan wajah di sisi ranjang dan baru menyadari, jika keinginan aneh Lea adalah bawaan janin.

Sentuhan di kepala seketika membuat Bagas mendongak. “Lea,” ucapnya sembari menggenggam jemari sang istri.

“Mas, apa janinku baik-baik saja?” tanya Lea.

Bagas tak langsung menjawab. Ia membantu Lea merubah posisi menjadi duduk. Merapikan hijab sang istri kemudian menggenggam kedua tangannya.

“Aku terlambat dan dokter mengatakan kamu keguguran,” jelas Bagas.

Lea bergeming dengan tatapan kosong. Sedetik kemudian ia membuka suara. “Maafkan aku, Mas. Sebenarnya aku takut kamu marah juga kecewa padaku karena hamil. Apalagi aku sudah bersedia menampung benih kalian.”

Mendengar penuturan Lea, Bagas malah tersenyum sekaligus merasa lucu. “Ternyata kamu nggak sedewasa yang aku pikirkan.”

Hening sejenak ...

“Mungkin janinnya merajuk karena kamu selalu menolakku, bahkan melakukannya dalam keadaan terpaksa,” kelakar Bagas sekaligus menghibur Lea. “Kita bisa mencobanya lagi nanti.”

Lea mengalihkan pandangan ke arah jendela. Enggan menanggapi ucapan Bagas. Gadis itu, tak memungkiri saat memenuhi kebutuhan batin suaminya, ia memang selalu dalam keadaan terpaksa.

Bagas hanya bisa menghela nafas kecewa karena Lea tak menanggapi ucapannya. Perlahan ia menggenggam jemari sang istri.

“Semoga cepat sembuh, Sayang,” ucap Bagas dengan tulus. Namun, ekspresi Lea tetap sama. Datar dan dingin tanpa jawaban.

Tak lama berselang seseorang menegur keduanya

“Sayang ... Lea!” tegur Melissa yang tiba-tiba saja muncul dari balik pintu.

“Melissa,” gumam Bagas. Memutar badan dengan alis berkerut tipis menatap curiga.

“Tadi, aku dari kantor. Kata pak Dodi, kamu ke rumah sakit jadi aku langsung ke sini,” jelas Melissa lalu menatap Lea.

Senyum puas jelas terlihat di wajah Melissa. Benci memandangi Lea karena Bagas sangat perhatian padanya.

‘Rasakan itu! Sebelum kamu mengandung benih kami berdua, aku akan menghalalkan segala cara supaya kamu nggak hamil!’

“Mel, seingatku, aku nggak mengatakan pada pak Dodi jika aku membawa Lea ke rumah sakit J.” Bagas menyipitkan mata sekaligus menyelidik. “Dan, satu lagi, kok kamu langsung tahu kami berada di kamar ini?”

“A—aku hanya menebak. Soalnya rumah sakit ini yang paling dekat.” Melissa sedikit gugup. Takut kalau-kalau Bagas tahu jika dialah penyebab Lea keguguran. “Aku tahu kamar ini karena bertanya pada salah satu perawat di bagian loket.”

Melissa menghampiri Lea, memperlihatkan wajah sedih penuh kepura-puraan. Namun, siapa yang menyangka jika hatinya kini tengah bersorak gembira karena madunya itu mengalami keguguran.

...----------------...

1
Bu Kus
cari yang lain aja dong Mel itu lebih baik jangan di rusak udah saling baikkan harus di jaga
Linda Yohana
Bsgus ceritanya
Astrid Bakrie S
Wira dan Bagas kan ibunya berbeda, jelas bedalah sifat dan karakter mereka. Mending Lea cerai dgn Bagas trus lnjt dgn Wira.
Astrid Bakrie S
Assalamualaikum santun pagi,ijin mampir ya
Tanpa Batas: Walaikumsalam, Kakak. Masha Allah, Monggo, mohon dimaafkan jika alurnya tak sesuai ekspektasi. 🙏😊🥰
total 1 replies
Hanisah Nisa
lanjut
Bu Kus
seneng deh sekarang Wira sama ayahnya baik
Siti Amyati
lanjut kak
Bu Kus
Melisa kalo udah sembuh tetap lha berbuat baik jangan jahat lagi .lanjut thro makasih tetap sengat thro
Hanisah Nisa
lanjut lagi
Hanisah Nisa
lanjut
Bu Kus
lanjut lg thro up yang banyak thro makasih
Bu Kus
lanjut lg thro makasih
Hanisah Nisa
lanjut
Siti Amyati
lanjut kak ,upnya jangan lama2
Hanisah Nisa
lanjut
YuWie
celaka kamu lea lea...
YuWie
tho tho..semakin ngawur wae
YuWie
dan melisaaaa kok masih semena2 begitu..apa balasan buat dia
YuWie
tambahhh rak jelas...mosok malah luluh sama bagas meneh. hah..embuh
YuWie
kampret2..masak aulitmen lea cerai dari bagas. bukti2 apa krg kuat. kok ya gak ada yg nolongin lea po
Tanpa Batas: 😅 Mungkin si Bagas bayar pak hakimnya Mbak 😅 Maaf jika alurnya membuat jengkel. Terima kasih sudah mampir.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!