NovelToon NovelToon
Menjadi Ibu Susu Untuk Keponakan Kembar

Menjadi Ibu Susu Untuk Keponakan Kembar

Status: tamat
Genre:Tamat / Menikah Karena Anak
Popularitas:806.9k
Nilai: 5
Nama Author: De Shandivara

Berselang dua minggu sejak dia melahirkan, tetapi Anindya harus kehilangan bayinya sesaat setelah bayi itu dilahirkan. Namun, Tuhan selalu mempunyai rencana lain. Masa laktasi yang seharusnya dia berikan untuk menyusui anaknya, dia berikan untuk keponakan kembarnya yang ditinggal pergi oleh ibunya selama-lamanya.

Mulanya, dia memberikan ASI kepada dua keponakannya secara sembunyi-sembunyi supaya mereka tidak kelaparan. Namun, membuat bayi-bayi itu menjadi ketergantungan dengan ASI Anindya yang berujung dia dinikahi oleh ayah dari keponakan kembarnya.

Bagaimana kelanjutan kisah mereka, apakah Anindya selamanya berstatus menjadi ibu susu untuk si kembar?
Atau malah tercipta cinta dan berakhir menjadi keluarga yang bahagia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon De Shandivara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5. Satu Tujuan

"Mimi susunya yang banyak, ya, karena habis ini Onty mau pergi," ucap Anindya mengusap kepala bayi Ansha yang sedang menyusu padanya.

"Ini, Nin," Ranti memberikan sebuah alat pumping.

"Untuk persediaan mereka beberapa waktu," kata Ranti menambahkan.

Tidak ada alasan untuk Anindya merasa keberatan dengan semua itu karena di relung hatinya yang paling dalam pun, dia siap menyerahkan semua ASI nya untuk para keponakan tersayangnya.

Mata sayu Anindya pun menatap kedua wajah bayi-bayi yang masih kecil itu dengan sangat sendu.

"Tante, boleh tidak Anin bawa saja mereka bersamaku? Anin yang akan mencukupi kebutuhan ASI-nya, jadi tidak perlu pumping," kata Anindya.

Alih-alih mengiyakan, Ranti malah memberikan jawaban di luar dugaan. "Tapi mereka masih punya ayah, jika kamu menginginkan hidup bersama mereka, maka menikahlah dengan ayahnya."

Seperti kilat yang bergerak cepat, leher Anindya langsung berbalik menatap Ranti yang duduk di sebelahnya. "Tante?" ucap Anindya terkejut.

Sungguh, sebenarnya Anindya tidak bermaksud seperti itu. Sedikit pun tidak ada niat untuk menjurus ke pembahasan itu.

"Anin, tante tahu. Pada dasarnya kalian saling membutuhkan," ujar Ranti saat duduk di sebelah Anindya.

Diusapnya bahu Anindya dengan lembut, "Tante tahu mereka membutuhkan sosok ibu, Satya membutuhkan pendamping di hidupnya. Dan Tante tahu, Anin pun begitu. Butuh seseorang yang bisa bertanggung jawab di kehidupan Anin, sebagai sandaran Anin. Teman hidup 'kan namanya? Tante yakin, Satya bisa menjadi suami yang baik buat Anin. Satya pasti mampu melakukan itu jika bersamamu," ujar Ranti mengusap kepala Anindya.

"Anin tidak punya pikiran untuk menikah, Tan. Anin trauma dengan yang namanya laki-laki," jawab Anin, tetapi hanya terucap di dalam hati karena ini Anindya memilih untuk diam tidak menjawab apapun.

"Tante yakin kalian pasti bisa bersatu, kamulah yang saat ini Satya dan anak-anak butuhkan sebagai pengganti sosok Amelia yang telah tiada," ucap Ranti tidak segan melanjutkan untaian kalimatnya.

Anindya diam seribu bahasa. Tidak berniat memberikan komentar yang mungkin hanya akan ada penolakan atas semua usulan Tante Ranti yang membahas soal pernikahan terlebih dengan kakak iparnya sendiri.

Selesai pumping, Anindya sudah bersiap untuk pergi. Semua sudah dia bawa sejak dari rumah, hanya menunggu Arsatya pulang dan mengantarkannya ke stasiun sesuai dengan ucapannya.

Petang hampir tiba, Anindya diantar menuju stasiun oleh Arsatya. Sepanjang perjalanan itu, Anindya terus memikirkan bagaimana Ansha dan Chesa jika ditinggal dirinya karena sejak terlahir, mereka tidak pernah lepas dari campur tangan Anindya.

Jemarinya yang halus terus mengelus kedua pipi lembut kedua bayi itu yang tidur tenang di dalam boks bayinya di dalam mobil.

Kala itu di luar sedang gerimis, sisir angin dan bunyi rerintik hujan yang menerpa jalanan dan atap mobil mampu menyamarkan suara tangisan Anindya yang sedih akan melepas dua keponakan bayinya.

Sumber air dari matanya menetes dan diketahui oleh Ranti, "Anin?" kata Ranti merangkul Anindya yang menatap keponakannya dengan air mata yang mengalir deras.

"Tante, Anin sedih mau ninggalin mereka. Harusnya Anin ada buat mereka, anak-anak Kak Amelia. Pasti kak Amelia pun akan menitipkan mereka pada Anin kalau perlu. Bahkan, mereka gak pernah tahu seperti apa ibunya. Anin sedih, Tan," kata Anindya yang menangis di pelukan Ranti.

Cukup lama Anindya menumpahkan air matanya, hingga tanpa sadar mobil telah sampai di area parkir stasiun. "Onty pergi dulu, ya, sayang-sayangku. Nanti kita ketemu lagi," ucap Anindya memberikan kecupan dalam di pipi dua keponakannya itu.

Hanya Anindya dan Satya yang keluar dari mobil, cuaca yang buruk tidak memungkinkan dua bayi itu dibiarkan kedinginan sedang di luar sedang hujan.

Sebuah payung menjadi alat pelindung untuk mereka berdua menerobos rintik hujan yang kian deras. Suasananya begitu teduh, makin mengantarkan ingatan untuk mengulik kenangan kelam di tempat itu yang menyibukkan pikiran Anindya mengingat semua tentang kakaknya –Amelia.

Melihat suasana stasiun yang sering dia sambangi saat pulang dan pergi ke kota rantauan, semua masih sama. Hanya saja yang berbeda adalah tidak ada Amelia yang biasanya mengantar jemput saat dia datang atau akan pergi.

Air matanya mengalir deras mengingat sosok kakaknya yang sangat dia sayangi. Amelia akan menunggu persis di kursi tunggu yang saat itu dia duduki, setidaknya sampai kereta tiba hingga kereta kian melaju jauh.

Anindya tidak bisa melupakan wajah Amelia setiap kali akan berpisah, Amelia akan melambai padanya. Menurut Anindya, tidak pernah sekali pun Amelia mengabaikannya, selalu ada peran Amelia di setiap langkah dan fase hidupnya.

Anindya tergugu sendiri pada takdir kehidupan yang menimpa dirinya. Beberapa minggu lalu, dia pulang dengan hati senang gembira karena akan menyambut dan merayakan kelahiran keponakannya. Tanpa pernah dia tahu jika di balik kegembiraan itu, ada kesedihan yang membersamainya.

"Kak, aku merindukanmu. Kalau seperti ini, aku akan berteduh pada siapa lagi? Ayah dan ibu tidak peduli padaku, aku sendirian jika tanpamu. "

Anindya menatap liontin yang menggantung di lehernya. Liontin pemberian Amelia dulu saat Anindya pergi pertama kali ke luar kota untuk berkuliah, dia mengajak benda itu berbicara seakan-akan sedang berbicara dengan kakaknya yang telah tiada.

"Kenapa kamu pergi secepat ini?" Air matanya mengalir tidak terkendali, tidak peduli tatapan orang-orang sekitar pada dirinya yang sudah basah karena air mata.

"Aku belum pernah membuatmu bahagia, tapi kakak sudah pergi dulu," kata Anindya yang tersedu-sedu. Memang suasana sekitar stasiun adalah vibes yang cocok untuk mengingat kenangan bersama seseorang.

Namun ternyata, bukan hanya Anindya yang menangis di kursi tunggu yang masih sepi itu, tetapi Arsatya yang berdiri tidak jauh pun ikut mendengarkan apa yang Anindya katakan. Pria itu ikut terbawa suasana dan menangis walau tidak sebanjir air mata Anindya.

Anindya menyadari hal itu saat dia mendongakan kepalanya, terlihat kakak ipar yang melepas kacamatanya untuk menghapus jejak air matanya.

Tutttt.......

Kereta telah tiba.

Sebelum berpisah, Arsatya sebagai kakak ipar yang tahu bagaimana kesedihan yang dirasakan oleh Anindya–seseorang yang paling dekat dan paling disayang oleh Amelia–dia membuka lebar tangannya memberikan ruang untuk Anindya bisa melepaskan emosinya.

Nyatanya, pelukan erat yang singkat itu bisa meluapkan semua isi hati mereka karena keduanya bisa saling memeluk untuk sama-sama menumpahkan air mata di saat mencoba mengikhlaskan seseorang yang ternyata sangat berharga di hidup mereka.

"Belajar yang rajin, segeralah lulus dan menjadi dokter. Wujudkan impianmu sekaligus kakakmu dengan menjadi dokter yang hebat," pesan Arsatya menepuk puncak kepala Anindya.

"Sejauh apapun kamu pergi, jangan lupa untuk kembali. Sering-seringlah juga mengunjungi ponakanmu," lanjut Arsatya.

"Iya, Mas," ucap Anindya melepas pelukannya.

Semesta tahu jika sebelum ini Anindya dan kakak iparnya tidak pernah akur dan hubungan mereka tidak berjalan mulus karena sikap dingin dan kejudesan sang kakak ipar kepada kakaknya dan seluruh keluarga Anindya yang membuatnya sangsi bersikap baik pada pria itu.

Namun, setelah sama-sama merasa kehilangan pada orang yang sama, kini seakan mereka malah disatukan oleh harapan yang sama yakni tentang kehidupan dan masa depan bayi Ansha dan Chesa kelak yang merupakan harta paling berharga peninggalan Amelia.

1
Novita Anggraini
Luar biasa
Ah Serin
cerita menarik knapa tak buat saessson2 lagi
mang tri
ternyata adiknya pantesan panggilnya mas ☺️
mang tri
😭😭😭😭😭😭😭
mang tri
ya ampuuunnnn 😭😭😭😭😭
mang tri
Anin pernah berkata Tuhan boleh mengambil apapun asal jangan ansha, jd orang tua nya sebagai pengganti ansha 😭
Safa Almira
,suka
Muhammad Hakim
Buruk
Dewi Kadimen
Luar biasa
Jisa Ajach
bgus
Tety Boreg
kasian anin thor..jgn dgn keadaan mabuk lah thor..😭😭😭
MommaBear
Luar biasa
Ita Listiana
ceritanya sangat bagus dan menarik, gk muter", dan banyak menguras emosi dan air mata. makasih buat othornya yg udah bikin cerita ini, sehat" terus ya thor biar bisa terus berkarya 😊
Kadek Bella: trima kasih banyak thor ,,ceritanya bagus
hello shandi: Terima kasih banyak ya kak untuk ulasan dan doanya. Salam kenal. 😇🙏
total 2 replies
imhe devangana
crtnya terlalu berbelit2 menurut ku, & hanya septr mereka doang ngk ada crt orng lain.
maaf ya thor
hello shandi: Terima kasih ya untuk masukkannya🙏
total 1 replies
imhe devangana
thor sebenarnya anak Amelua putra atau putri sich.awal bab di blng putra kok skrng putri.
hello shandi: Maaf ya, mungkin typo. Keduanya putri, Kak. Boleh bantu tunjukkin di bab berapa yang bahas kata "putra?". Terima kasih. 😇
total 1 replies
Budi Raka
Luar biasa
hello shandi: Terima kasih penilainnya, Kak.🙏✨
total 1 replies
retiijmg retiijmg
happy ending.
gak cmn mewek kak, gemes,kesel pokoknya nano nano
hello shandi: Makasih ya udah kasih ulasan feel-nya. 😊
total 1 replies
Mei Mei
Luar biasa
hello shandi: Terima kasih penilaiannya kak.💖
total 1 replies
Misaza Sumiati
Satya itu mah bukan cinta ke Amelia, tapi merasa berdosa ke Amelia semasa hidupnya
Misaza Sumiati
awas Satya nanti nyesel lagi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!