Kebaikan hatinya di masa lalu, membuatnya dikejar-kejar oleh lelaki yang jauh lebih muda darinya.
Apa yang harus dirinya lakukan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hermawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ababil Kurang Ajar.
Jangan lupa tinggalkan jejak.
Hingga sore hari, ponsel Hasya masih belum bisa dihubungi, suster Prapti mengatakan, jika suster yang berjaga malam, akan tidur di siang hari, untuk dinas lagi, malam nanti.
Olsen yang keras kepala, jelas tak peduli, remaja itu tetep kekeh, menunggu kedatangan suster Hasya, sebelum meninggalkan rumah sakit.
Julian yang sedari pagi menjaganya, hanya bisa menggelengkan kepala, "Sen, belum tentu suster Hasya suka sama Lo, sadar diri kenapa sih Lo!" ujarnya mulai tak sabar, ia sampai membolos sekolah demi menemani sahabatnya, tapi malah begini, hingga detik ini, mereka masih tertahan di rumah sakit.
Bukan masalah biaya kamar yang harus dibayar sehari lagi, tapi Julian mulai bosan menunggu.
Olsen tak menanggapi ucapan sahabatnya, remaja itu lebih memilih berbaring membelakangi Julian.
Disisi lain, Hasya baru saja terbangun dari tidurnya, waktu menunjukan pukul setengah lima sore, ia belum shalat asar, ia bergegas mandi dan melaksanakan ibadah, perutnya juga lapar, minta diisi.
Kebiasaannya jika dinas malam, sarapan pagi dan melewatkan makan siang, alasannya malas memberi makanan diluar, sehingga ia memilih merapel makan siang sekaligus sore.
Hasya sudah siap dengan celana training dan kaos biru, berjalan menuju warung nasi langganan penghuni kos, didepan mulut gang.
Baru beberapa suap, salah satu rekannya datang menghampirinya, hampir saja ia tersedak, ketika pundaknya ditepuk.
Amelia yang entah datang dari mana, duduk disebelahnya, bahkan tanpa permisi, meminum teh tawar miliknya dan menyisakan seperempat gelas.
"Ngapain Lo kesini? Bukannya entar malam juga ketemu," tanya Hasya heran, jarang sekali rekan kerjanya yang satu itu, mencarinya diluar jam kerja, jika ada keperluan, gadis yang seumuran dengannya, akan mengirimi pesan atau telepon, memintanya untuk bertukar waktu dinas atau menanyakan kondisi pasien.
"Hape Lo mana?" tanya Amelia.
Hasya menelan terlebih dahulu, makanan yang di kunyahnya, "Lagi gue charge kayaknya, emang kenapa sih?" tanyanya bingung, ia memang lupa membawa ponselnya, yang sedari tadi diisi daya.
Amelia mendengus kesal, "Pantesan, Bu Prapti nyariin Lo, gue disuruh nyamperin Lo nih, abisnya Lo nggak bisa dihubungi dari siang,"
Hasya baru saja menyuapkan makanan terakhir di piringnya, ia mengunyah sejenak lalu menelannya, "Emang ada apaan? Apa ada masalah sama kerjaan gue?"
"Ada hubungannya sih," sahut Amelia dengan gumaman, "Eh, itu ABG labil nggak mau pulang, katanya nungguin Lo,"
Mendengar hal itu, Hasya berdecak kesal, ia ingat betapa kurang ajarnya, penghuni kamar empat nol delapan kemarin, "Dah lah, nggak usah ditanggapi, mending Lo istirahat di kosan gue, entar malem kita berangkat sama-sama,"
Amelia mengangguk setuju, usai membayar makanannya, keduanya berjalan menuju tempat kos.
Malam harinya, mereka baru tiba di ruang perawat lantai empat, pukul dua puluh satu kurang lima menit.
Suster Prapti sengaja menunggu kedatangan, salah satu bawahannya, Hasya hanya bisa menunduk, mendengar ocehan dari kepala ruangan tempatnya bertugas.
Hasya meminta maaf dan mengaku lalai karena mematikan ponselnya seharian, dalam hati sama sekali ia tak menyesali perbuatannya, ia kesal pada ABG labil yang terus mengiriminya pesan.
Selesai operan dengan perawat sif sore, Hasya melangkah menuju kamar empat nol delapan, ketiga rekannya yang berjaga bersamanya, menyemangatinya, "Siap-siap dikasih berlembar-lembar uang merah Sya, jangan lupa besok pagi, traktir kita sarapan mie ayam pak Min," tutur Novi yang juga berdinas malam.
Hasya menarik nafasnya dan menghembuskannya perlahan, ia mencoba tenang, mengatur ekspresi wajahnya, sekesal apapun dirinya, yang dihadapi adalah pasien VIP, sebisa mungkin ia harus memberikan pelayanan terbaiknya.
Ia mengetuk pintu terlebih dahulu, meminta ijin untuk masuk, Hasya memasang senyum ramah, ia harus bertindak profesional, "Selamat malam tuan Olsen, Kepala ruangan mengatakan, jika anda mencari saya, ada yang bisa saya bantu?"
Olsen memberi kode pada Julian, agar keluar dari ruangan itu, sepeninggal sahabatnya, Ia tersenyum lebar, "Suster Hasya kemana aja? Aku hubungi nggak bisa, pesan yang aku kirim, juga tak dibalas," tanyanya.
Hasya masih berdiri tak jauh dari pintu, ia harus waspada dengan ABG labil itu, jangan sampai kejadian sebelumnya terjadi lagi, "Maaf tuan, saya harus tidur seharian, agar bisa bertugas malam ini, akan sangat berbahaya jika saya mengantuk," sahutnya beralasan, tidak sepenuhnya berbohong.
Olsen mendesis kesal, gadis berseragam ungu muda itu, menjaga jarak dengannya, "Bisa suster Hasya mendekat, kenapa malah berdiri disitu? Apa ini pelayanan rumah sakit ini?" tanyanya mengintimidasi.
Terpaksa Hasya mendekat, ia harus bersikap profesional, tak peduli meskipun dirinya kesal setengah mati pada pasien itu, "Saya sudah mendekat, ada yang bisa saya bantu? Apa anda mau saya periksa lukanya?" tanyanya berusaha memasang senyum ramah.
Olsen yang sedari tadi duduk di ranjang, mendadak bangun dan langsung merengkuh tubuh gadis berseragam perawat, ia juga menciumi rambut yang terdapat topi khas perawat.
Mendapat serangan dadakan, Hasya mematung, ini kali pertama dirinya tak berjarak dengan lelaki selain keluarga dan pasien anak-anak.
Tak mendapatkan penolakan dari pujaan hatinya, Olsen melepaskan rengkuhannya, ia memegang kedua sisi wajah gadis dihadapannya, ia menunduk lalu mencium bibir yang sedari tadi tak tertutup rapat, melum*tnnya, dan memasukan lidahnya menjelajah kedalam mulut, rasanya manis, ia sampai memejamkan mata untuk menikmatinya.
Hasya masih mematung, mendadak pikirannya kosong, ini benar-benar ciuman pertamanya, kemarin hanya kecupan, Tersadar ada yang salah, ia mendorong tubuh ABG labil itu, dan tautan itu terlepas.
"Jangan kurang ajar anda, ini tindakan pelecehan, saya tidak terima dan akan melaporkannya pada pihak keamanan," ungkap Hasya dengan tatapan penuh amarah.
Olsen menjilat mulut luarnya, rasa manis bibir gadis dihadapannya masih tertinggal, ia tersenyum puas, "Aku tunggu suster Hasya yang cantik," sahutnya menantang.
Hasya yang kesal berbalik melangkah menuju pintu, namun baru saja tangannya meraih gagang pintu, sekali lagi Olsen menciumnya, ABG labil itu, menghimpitnya tepat dibelakang pintu.
Meski berusaha memberontak, nyatanya, tenaga pemuda berusia delapan belas tahun itu tak bisa ia tandingi.
Akhirnya Hasya hanya pasrah, saat bibirnya terus dilum*t oleh remaja labil itu, hingga Olsen menyudahi ciumannya, sedikit kesal karena tak ada balasan dari gadis dihadapannya.
Olsen menunduk dan berbisik, "Jangan hindari aku lagi, suster Hasya sayang, atau aku akan berbuat lebih dari ini,"
Mendengar hal itu, seketika membuat bulu kuduk Hasya berdiri, ia tak habis pikir dengan pemuda yang masih bersekolah itu, bisa-bisanya mengancam wanita dewasa seperti dirinya.
Malas menanggapi, Hasya mendorong kuat tubuh remaja dihadapannya, ia membuka pintu dan keluar dari sana.
Tiga tahun dirinya bekerja di rumah sakit, baru kali ini ia mendapatkan perlakuan kurang ajar dari pasien yang ditanganinya.
"Kenapa Lo Sya?" tanya Novi yang melihat penampilan berantakan rekan kerjanya, lipstik belepotan, rambut berantakan dan serangan yang sedikit kusut, "Jangan bilang itu Ababil macem-macem sama Lo,"
Hasya tak menjawab, ia tengah kesal setengah mati, "Benerin penampilan lo, sebelum yang lain dateng, bisa jadi gosip entar," saran Novi.
WANITA MALU PACARAN DGN BRONDONG, TPI PACARAN DGN OM2 YG SEUSIA BPK NYA GK MALU, BHKN JDI SUGAR BABY TU OM2..
PRIA BRONDONG GK PRNH MALU PACARAN DGN WANITA DEWASA
👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹