NovelToon NovelToon
PENANTIAN CINTA HALAL

PENANTIAN CINTA HALAL

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: ZIZIPEDI

Aila Rusli tumbuh dalam keluarga pesantren yang penuh kasih dan ilmu agama. Diam-diam, ia menyimpan cinta kepada Abian Respati, putra bungsu Abah Hasan, ayah angkatnya sendiri. Namun cinta mereka tak berjalan mudah. Ketika batas dilanggar, Abah Hasan mengambil keputusan besar, mengirim Abian ke Kairo, demi menjaga kehormatan dan masa depan mereka.

Bertahun-tahun kemudian, Abian kembali untuk menunaikan janji suci, menikahi Aila. Tapi di balik rencana pernikahan itu, ada rahasia yang mengintai, mengancam ketenangan cinta yang selama ini dibangun dalam doa dan ketulusan.

Apakah cinta yang tumbuh dalam kesucian mampu bertahan saat rahasia masa lalu terungkap?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZIZIPEDI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PENANTIAN CINTA HALAL

Seminggu setelah kepulangan Abian putra bungsu Hasan dan Fatimah. Rumah itu kembali hidup. Tawa kecil abian dan Aila memenuhi ruangan.

Sementara kini ruang makan ndalem terasa hangat malam itu. Bau masakan rumahan menyeruak, sayur lodeh, ayam bacem, tempe goreng, dan sambal terasi buatan Umi Fatimah. Di meja panjang itu duduk lima orang yang berbeda latar, tapi kini berkumpul dalam lingkar keluarga.

Bayu duduk di samping Azela, wajahnya tenang seperti biasa. Aila duduk bersebelahan dengan Abian, sesekali mencuri pandang lalu tersenyum malu. Umi Fatimah terlihat paling bahagia, sedangkan Kiai Hasan membuka doa dengan suara lembut dan berwibawa.

“Jarang-jarang kumpul lengkap begini. Nikmat sekali rasanya makan bareng anak-anak,” ucap Umi Fatimah dengan senyum tulus.

Azela hanya bisa ikut tersenyum. Meski tampak cerah di luar, hatinya masih penuh tanya. Dan ia tahu, hanya satu orang yang bisa memberinya sedikit gambaran tentang sosok suaminya. Yaitu Aila.

Selesai makan malam, Azela menarik lengan Aila dengan senyum manis.

“Temenin Mbak keliling pondok, ya?”

Pintanya ramah.

“Sekarang, Mbak?”

“Iya. Mau lihat-lihat aja, sambil ngobrol, mbak pengen tahu kehidupan santri-santri di pondok.”

Mereka pun berjalan menyusuri lorong-lorong pondok yang tenang. Lampu-lampu temaram memantul di lantai batu, suara jangkrik jadi latar.

Sesekali Aila menunjuk ke arah asrama putri, dan tetus bercerita. Namun cerita Aila terhenti ketika Azela memanggilnya.

“Aila…” tanya Azela tiba-tiba, “Mas Bayu tuh suka makanan apa, sih?”

Aila tertawa kecil.

“Mas Bayu itu makannya sederhana. Yang penting pedas. Tapi jangan kasih jengkol, bisa kabur dia.”

Azela ikut tertawa.

“Terus... Mas Bayu paling nggak suka apa?”

“Baju ketat,” jawab Aila cepat. “Sumpah, baru make gamis agak ngepas aja, langsung kena omel. Kata Mas Bayu, ‘Muslimah itu seharusnya malu menonjolkan lekuk tubuhnya, Aila. Allah nggak tidur!’” Aila menirukan nada tegas Bayu dengan ekspresi lucu.

Azela tertawa geli.

“Ya ampun... segitunya ya.”

Lalu Azela melirik Aila. Suaranya pelan.

“Terus... ada nggak perempuan yang deket sama Mas Bayu, selama ini?”

Aila mengangkat bahu.

“Demi Allah, seumur hidup Aila, belum pernah lihat Mas Bayu deket sama cewek. Gimana mau deket? Liat cewek aja kaku banget kayak zombi. Eh tau-tau langsung nikah aja sama Mbak Zela, aku aja kaget. Nggsk kebayang kayak mana sama Mbak Zela di rumah, mesti kaku banget kan”

Azela terkekeh geli. Mendengar cerita anak Madrasah itu.

Di balik kekakuan dan dinginnya, ternyata Bayu sangat menjaga diri. Azela kini tahu, kenapa suaminya itu begitu hati-hati.

Usai isya, Bayu duduk di kursi kayu belakang ndalem, di bawah lampu gantung yang remang. Angin sepoi membawa aroma tembakau dari kejauhan.

Abian menghampiri.

“Mas,” sapa Abian sambil duduk di kursi sebelah.

Bayu yang tadinya menatap lurus ke depan, menoleh ke arah adiknya.

"Duduk...temani Mas ngobrol" ujar Bayu tenang.

Abian mengangguk.

"Mas, kamu kenal Mbak Zela dimana, ih hebat. Diam-diam gerak Mas Bayu sat...set.." kekeh Abian.

Bayu melirik menatap dalam mata Abian.

"Dia pilihan Abah, anak Om Seno" ujar Bayu.

"Oo..yang dokter itu..?" Bayu mengangguk.

"Wah...keren Abi cari mantu" puji Abian.

Bayu tak menjawab. Pria itu lantas mengalihkan pembicaraan.

“Aku mau bicara. Serius.”

Abian menegakkan punggung.

“Siap, Mas.”

Bayu menarik napas dalam.

"Kamu serius sama Aila..Bi..? Aila itu… adik perempuan kita satu-satunya. Dia tumbuh dalam rumah ini, jadi bagian keluarga. Tapi dia tetap perempuan. Hatinya lembut, dua butuh diperhatikan, disayang. Jangan sakiti dia, Bi. Sekali kamu kecewakan dia, kamu akan berurusan denganku.”

Abian menunduk hormat.

“Mas Bayu… Aku nggak main-main.Aku serius. Aku udah bilang ke Romo, kalau Allah mengizinkan, aku mau nikahi Aila setelah dia tamat Madrasah. Dan ”

Bayu menatap tajam.

“Dan kamu siap jaga dia?”

Potong Bayu tajam.

“Siap, Mas.”

“Kalau suatu hari kamu mengulah, ingat...kamu yang meminta. Jangan pernah lepas tanggung jawab, Bi.”

“InsyaAllah, Mas. Aku akan jaga dia. Bukan cuma sebagai calon istri, tapi sebagai amanah.”

Bayu mengangguk pelan, lalu berdiri.

“Bagus. Aku cuma butuh dengar itu.”

Langkah Bayu masuk ke ndalem lagi, sementara Abian menatap langit malam. Di dalam hatinya, ia tahu, restu seorang kakak bukan hanya formalitas, itu doa sekaligus peringatan.

Langit malam berlapis awan tipis. Mobil hitam melaju stabil di jalanan yang mulai lengang. Di dalam kabin, hanya terdengar dengungan AC dan suara ban menggesek aspal.

Azela melirik ke arah Bayu yang duduk diam dengan tangan mantap memegang setir. Wajah pria itu datar seperti biasa, dingin, nyaris tanpa ekspresi. Suasana sunyi itu terlalu pekat, membuat Azela tak tahan untuk diam.

“Mas...” suara Azela pelan, mencoba membuka obrolan.

Bayu tidak menoleh, tapi suara mesin sedikit melambat.

“Aila itu... anak angkat ya?”

“Hem...”

Jawabannya pendek. Hening kembali menyela. Tapi Azela tak berhenti.

“Kok bisa tinggal di rumah keluarga Mas?”

Bayu menjawab tenang, masih menatap lurus ke depan.

“Waktu usianya lima tahun, orang tuanya meninggal dunia karena kecelakaan. Abah kenal baik dengan ayahnya. Sebelum wafat, beliau titipkan Aila ke Abah. Itu amanah.”

Azela mengangguk pelan.

“Terus… nggak pernah nyari keluarganya yang lain?”

“Udah dicari. Tapi nggak ada. Jadi Aila dibesarkan di rumah ndalem, seperti anak sendiri.”

Suasana kembali hening. Bayu tak menambahkan penjelasan. Azela sadar, jika ia tak bertanya, maka Bayu tak akan membuka percakapan apa pun. Ia hanya bicara jika perlu, dan hanya menjawab yang ditanya.

Mobil kembali melaju dalam sunyi. Sesekali, Azela melirik suaminya itu. Bayu terlihat seperti sopir pribadi yang kebetulan membawa pulang majikan wanita yang duduk di sampingnya. Jarak mereka terlalu jauh. Terlalu formal. Terlalu... dingin.

Namun entah kenapa, dalam diam dan ketegasannya, ada rasa aman yang tetap terasa dalam hati Azela.

1
Ita Putri
poor bayu
Ita Putri
jangan" hamil anak almarhum dr.kenzi
R I R I F A
lanjut aku suka cerita yg islami...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!