Putri Sophia, seorang pewaris muda dari Kerajaan Fullmoon, hidup dalam kemewahan dan kebahagiaan di istana. Namun, segalanya berubah ketika ayahnya, Raja Erick, menikahi seorang permaisuri baru bernama Ratu Evelyn. Evelyn memiliki niat jahat untuk merebut takhta Fullmoon dan menjadikan anaknya sebagai penerusnya.
Dalam waktu singkat, Evelyn melahirkan seorang putra. Namun, ia memanfaatkan kesempatan ini untuk menghasut Raja Erick dan memfitnah Putri Sophia. Dengan tuduhan palsu, Sophia dijatuhkan dari takhta dan diasingkan dari istana. Ia harus hidup dalam keadaan yang sulit dan kehilangan segalanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gestiagt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengasingan
"Yang Mulia, Saya ingin Sophia diasingkan untuk keselamatan bayi kita!"
Duar..
"Tidak!"
Mendengar itu Raja menolak dengan tegas,meskipun terombang-ambing oleh tekanan dan permintaan Evelyn, Raja Erick tetap teguh pada pendiriannya untuk tidak mengasingkan Sophia. Cinta seorang ayah kepada putrinya tak bisa ditebus dengan tuntutan politik atau intrik kerajaan. walau bagaimanapun dirinya satu satunya orang tua Sophia.
Namun, saat Raja Erick melihat mata Evelyn yang dipenuhi kekhawatiran untuk bayi yang dikandungnya, memelas memohon padanya, hatinya mulai tergugah. Seolah-olah terlihat bahwa keputusan untuk mengasingkan Sophia menjadi semakin mungkin demi keamanan bayi yang akan datang. Dirinya mungkin akan dicap sebagai Ayah yang buruk.
Pada akhirnya, setelah banyak pertimbangan , Raja Erick mengambil keputusan yang berat. "Jika itu yang terbaik untuk bayi dan keamanannya, Sophia akan diasingkan. Namun, aku ingin jaminan bahwa dia akan diperlakukan dengan baik, dan aku akan terus memantau keberadaannya dari jauh."
Lady Evelyn menyunggingkan senyuman kemenangan, ia tertawa dalam hati,seolah berhasil mengamankan posisinya. Sementara Sophia, yang tanpa salah, harus menanggung konsekuensi dari perebutan kekuasaan di istana.
"Terima Kasih, Yang Mulia." Ucap Evelyn seraya berhambur memeluk Raja.
Bukan tanpa sebab, dua orang yang harus dilindungi adalah anaknya, namun Sophia sudah besar, Raja yakin Sophia akan lebih mengerti, sekarang ia harus memprioritaskan untuk melindungi Janin itu, Sejujurnya ia merasa hatinya terguncang oleh keputusan yang ia ambil sendiri untuk mengasingkan Sophia,
Malam itu, ketika bulan menggantung tinggi di langit dan bintang-bintang menghiasi keheningan malam, adalah hal terberat yang pernah ia putuskan.
"Edward, aku ingin kau mengasingkan Sophia ke Kastil Utara. Lakukanlah secepatnya!"Titah Sang Raja.
Edward, dengan ekspresi serius, memberikan hormat dan meninggalkan ruangan untuk melaksanakan perintah Raja. Namun, langkahnya terhenti sejenak di depan pintu Sophia, yang tidak tahu apa yang terjadi di balik dinding itu. Ia sendiri tidak dapat berkomentar jika Raja sudah mengambil keputusan.
Ketika pintu terbuka, Sophia berdiri dengan wajah yang penuh kebingungan dan terkejut. Lady Marie, Yang sedang mengasuhnya punya perasaan tidak enak dengan kedatangan Edward, sedangkan Sophia memandang Edward dengan tatapan polos.
"Ada apa Tuan Edward?"Tanya gadis itu.
Edward berdehem sejenak menghilangkan rasa kecanggungannya."Tuan Putri Sophia, kau... kau akan diasingkan ke Kastil Utara. Ini perintah dari Raja." Kata Edward dengan suara serak.
Mendengar kata-kata itu, Sophia merasa dunianya runtuh. Air mata menggenang di mata gadis muda itu, tetapi dia mencoba dengan keras untuk tidak menunjukkan kelemahannya di depan Edward yang akan mengawalnya ke Kastil Utara.
"Mengapa Ayah melakukan itu? Kenapa aku diasingkan? Apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya Sophia kebingungan.
Gadis itu berjalan tak tentu arah, banyak pertanyaan berkecamuk dalam dirinya, kenapa ayahnya tega melakukan ini? Ia sama sekali tidak pernah berpikir akan diusir dari istana.
Lady Marie, yang selalu menjadi pendukung dan tempat berteduh bagi Sophia, juga terkejut dengan keputusan tersebut. Ia merasa tak berdaya melihat kebijakan yang tidak adil ini, namun ia tahu harus tetap kuat untuk Sophia.
Ia langsung memeluk gadis itu, tahu betapa rapuhnya anak ini, hatinya bergejolak, bagaimana sang Ratu disurga jika mengetahui Putrinya akan diasingkan oleh kesalahan yang tidak ia lakukan?
"Tuan Putri, aku akan selalu bersamamu." Bisik Lady Marie.
Lady Marie menatap Sophia dengan mata penuh kasih sayang. "Tuan Putri, saya akan menjagamu sebaik mungkin di Kastil Utara. Jangan khawatir, kita akan melewati ini bersama-sama."
Sophia mencoba tersenyum, meskipun dalam hatinya masih penuh kekhawatiran. Ia mempercayakan nasibnya kepada Lady Marie, satu-satunya sosok yang masih memberinya kehangatan di tengah badai yang melanda.
Dengan perasaan berat, mereka berdua bersiap untuk perjalanan menuju Kastil Utara, tanpa tahu apa yang menanti di tempat tersebut.Kastil Utara, yang kini terdengar seperti penjara dingin dan jauh dari kehangatan istana.
"Apa aku boleh bertemu dengan ayah terlebih dahulu?" Tanya gadis itu.
Edward menggeleng."Tidak Tuan Putri."
Sophia hanya menghembuskan nafas berat. Sakit rasanya diperlukan seperti ini.
Raja Erick sendiri merasa tak mampu menjelaskan segala kompleksitas yang melibatkan hati dan tanggung jawab seorang raja.
Perintah untuk mengasingkan Sophia tidak hanya membuat dunianya terbalik, tetapi juga meninggalkan beban dalam dirinya.
...----------------...
Keheningan malam menyelimuti istana yang megah, seolah-olah memberikan bayangan bagi kisah tragis yang mulai terurai. Sophia, yang sejak kecil telah menjadi bagian tak terpisahkan dari istana, kini harus menghadapi kepergian yang tak terduga.
Lady Marie, wanita yang telah menjadi sosok ibu pengganti baginya, merapikan gaun putih yang akan dia kenakan untuk perjalanan menuju kastil Utara. Di dalam kamar pribadinya, Sophia merenung, memandang jendela yang memperlihatkan bulan purnama bersinar penuh cahaya.
"Lady Marie, Ayah sudah tidak menyayangiku ya?," Gumam gadis itu dengan hampa.
"Tidak Putri, Saya yakin Raja masih menyayangimu." Jawab Marie dengan senyuman agar menenangkan Sophia.
Sophia mencoba tersenyum, meskipun kehilangan yang akan terjadi terasa begitu berat. Pada malam itu, kisah hidupnya yang penuh warna di istana Fullmoon seakan-akan tergantikan oleh bayang-bayang kesedihan yang menyelimuti hatinya.
Seiring langkah-langkah mereka keluar dari kamar, Sophia memandang ruang istana yang pernah menjadi saksi bisu akan kebahagiaan dan kepedihan yang pernah dia rasakan. Tapi sekarang, semuanya tampak berubah, terutama setelah Raja Erick, yang dulunya ayah yang penyayang, kini semakin berubah total oleh pengaruh Evelyn.
Di tengah istana yang sunyi, perpisahan Sophia menjadi semakin nyata. Mereka berjalan melewati lorong-lorong yang seakan menyimpan kenangan pahit, menuju pintu gerbang yang akan membawa mereka meninggalkan tempat yang pernah disebut sebagai rumah.
Tiba saatnya untuk meninggalkan istana, Sophia dan Lady Marie naik ke kereta kuda yang menunggu di halaman. Kuda-kuda itu menggeretakkan kaki mereka, seolah-olah ikut merasakan kesedihan yang melingkupi perpisahan ini.
Pintu gerbang istana terbuka perlahan, membiarkan mereka keluar ke dalam kegelapan malam. Sophia memandang istana Fullmoon untuk terakhir kalinya. Hatinya dipenuhi dengan rasa kehilangan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata.
Dalam diam, kereta kuda itu melaju menjauh dari istana yang pernah menjadi rumah bagi Sophia. Kepergian ini bukan hanya sebuah perpindahan fisik, tetapi juga berarti meninggalkan sebagian dari dirinya yang terjebak dalam kenangan dan harapan.
Perjalanan menuju kastil Utara dimulai, membawa Sophia dan Lady Marie ke tempat yang mungkin akan menjadi kisah baru bagi mereka. Namun, dalam hati Sophia, masih terdapat keraguan dan ketidakpastian mengenai masa depan yang baru saja dia hadapi. Ia bertekad bahwa dirinya akan kembali lagi nanti bukan sebagai anak-anak lagi yang bisa dengan mudah di manipulasi sesuka hati,
"Selamat Tinggal Istana Fullmoon"
.
.
bagus dan mudah di pahami alur
critanya..
ayo berjuang menjd gadis yg kuat dan cerdas Shopia serta punya
strategi yg pintar untuk melawan evelyn