NovelToon NovelToon
The Villain Wears A Crown

The Villain Wears A Crown

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: karinabukankari

Balas dendam? Sudah pasti. Cinta? Tak seharusnya. Tapi apa yang akan kau lakukan… jika musuhmu memakaikanmu mahkota?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon karinabukankari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 16: When Bloodlines Burn

Langit di atas Ravennor malam itu terbakar merah. Bukan karena senja, tapi karena sihir. Api biru menyembur dari menara barat, membentuk lidah-lidah menyala yang menjilat angin. Asap hitam menari di angkasa, membawa jeritan dan panik bersamanya.

Seraphine berdiri di ambang balkon menara utama, gaun peraknya terciprat darah yang bukan miliknya. Di belakangnya, Lady Mirella berdiri gemetar dengan ekspresi ngeri. Di bawah mereka, pasukan penjaga istana mulai bertarung—bukan dengan musuh dari luar, tapi satu sama lain.

Pengkhianatan telah pecah dari dalam.

“Kita harus ke ruang tahta,” Seraphine berkata cepat. “Kalau mereka sampai ke Caelum duluan—”

“Caelum?” Mirella menelan ludah. “Dia... Dia melepaskan sihir itu sendiri, Sera. Apa kau lihat matanya? Itu bukan manusia.”

Seraphine memutar tubuhnya. “Itu bukan karena dia ingin. Itu karena dia terpojok.”

Kilatan ledakan lain terdengar dari utara. Sebuah menara roboh dengan suara gemuruh.

“Kalau kau mau pergi, pergi. Tapi aku akan menyelamatkan dia. Karena jika darah Caelum tumpah malam ini, seluruh kerajaan akan ikut terbakar.”

Tanpa menunggu jawaban, Seraphine berlari menuruni tangga spiral.

Lorong-lorong istana kini tak bisa dikenali. Api menjilat permadani mahal, patung-patung pecah berserakan, dan sihir liar melesat bagai panah di antara prajurit yang kebingungan. Sebagian berseru sumpah setia pada Ordo Umbra, sebagian masih membela kerajaan.

Dan di tengah semua itu, seorang pria muncul dari bayangan.

Ash.

Rambut hitamnya terurai lepas, sebagian wajahnya dilumuri noda darah dan abu. Tapi sorot matanya tetap sama—dingin, tajam, dan penuh luka.

“Kaulah yang melepaskan para tahanan dari bawah tanah?” Seraphine bertanya tanpa menyapa.

Ash mengangguk pelan. “Ordo sudah terlalu lama dikubur. Hari ini kita membakar sejarah... dan membangunnya kembali.”

“Dengan darah?”

“Dengan kebenaran.”

Seraphine mengerang frustrasi. “Ash, Caelum—”

“—adalah pewaris tahta yang tidak seharusnya duduk di sana.”

“Dia tidak seperti ayahnya,” Seraphine mendesis. “Dan kau tahu itu.”

Ash menatap adiknya, lalu mendekat perlahan. “Kau berubah, Sera. Dulu kau ingin balas dendam. Sekarang kau ingin... menyelamatkan dia?”

“Karena mungkin... dia satu-satunya yang bisa menyelamatkan kita semua.”

Sebuah jeda tegang menggantung di antara mereka sebelum akhirnya Ash berkata:

“Kalau begitu, cepat. Mereka membawa Caelum ke kapel tua. Mereka ingin mengorbankannya.”

“Mengorbankan?!”

“Untuk membuka Segel Tertinggi. Mereka percaya darah raja bisa membangkitkan takhta bayangan.”

Seraphine memaki pelan. “Tunjukkan jalannya.”

Kapel tua berdiri angkuh di sisi barat taman istana. Dulu tempat pernikahan bangsawan—kini berubah jadi altar bagi pengkhianatan. Dindingnya dipenuhi lilin hitam, dan di tengah ruangan, Pangeran Caelum terikat di atas lingkaran sihir bercahaya merah darah.

Ia tampak nyaris tak sadar, rambutnya berantakan, pakaian robek, dan bibirnya pecah. Tapi bahkan dalam keadaan itu, matanya tetap terbuka... dan menemukan Seraphine begitu ia masuk.

“Aku tahu... kau akan datang,” gumamnya lemah.

“Dan kau sungguh idiot,” Seraphine membalas tajam.

Tapi tangannya bergetar.

Orang-orang bertopeng mengelilingi altar. Seorang pria berjubah ungu—High Seer dari Ordo Umbra—mengangkat pisau panjang dari obsidian.

“Satu tetes darah terakhir,” ucapnya lantang. “Dan kebangkitan akan dimulai.”

“Satu langkah lagi dan aku akan membuatmu menyesal pernah menyentuh tanah ini!” teriak Seraphine, aura sihir menyala liar di sekelilingnya.

Satu ledakan sihir es melesat dari tangannya, membekukan lantai kapel.

Pertempuran pun pecah.

Ash menerjang salah satu penjaga, pedang panjangnya menyapu bersih musuh di kiri-kanan. Sementara Seraphine melesat ke tengah lingkaran, melepaskan belenggu dari tangan Caelum.

“Kau seharusnya tidak datang,” gumamnya lemah.

“Dan kau seharusnya tidak menyerahkan diri.”

Satu ledakan lain meledak di langit-langit kapel. Batu runtuh, debu mengepul.

Lalu sebuah suara muncul dari sudut terdalam ruangan.

“Sudahi semua ini.”

Langkah kaki ringan tapi tegas terdengar. Dari balik pintu kapel, muncul seorang anak laki-laki... tak lebih dari empat belas tahun. Rambut perak kusut, mata tajam seperti pisau.

Orin.

“Berhenti,” katanya, dan seluruh ruangan membeku—secara harfiah.

Sihir membeku di udara. Api padam. Semua berhenti bergerak.

Seraphine menoleh pelan. “...Orin?”

Anak itu menatapnya lama. “Kakak.”

“Bagaimana—kau masih hidup?”

“Aku seharusnya tidak. Tapi aku diselamatkan. Disembunyikan. Dilatih.”

“Siapa yang—”

Orin menunjuk ke bayangannya. “Dia.”

Dari kegelapan, muncul sosok tinggi berjubah putih. Wajahnya tersembunyi, tapi suara tawanya ringan dan tidak pada tempatnya.

“Wah, pertemuan keluarga yang mengharukan. Tapi sayangnya—kita tidak punya waktu untuk drama.”

Ash menarik Seraphine dan Caelum berdiri. “Kita harus keluar sebelum tempat ini runtuh.”

Tapi suara dari langit-langit menghentikan mereka.

RAAAK.

Satu batu besar runtuh, menimpa altar tempat darah Caelum sebelumnya tertetes. Lingkaran sihir bersinar lebih terang.

“Kita terlambat,” gumam Orin. “Segelnya terbuka.”

Langit Ravennor terbelah dua.

Kilatan merah menyembur, membentuk mahkota api di angkasa. Dari lubang sihir yang terbuka, muncul siluet—makhluk dengan tubuh manusia tapi bersayap gelap, bermata emas menyala.

“Throneborn,” desis Caelum, matanya melebar. “Makhluk penjaga takhta bayangan. Mereka hanya muncul jika segel dibuka dengan darah kerajaan.”

Makhluk itu melayang turun. Tidak bicara. Hanya menatap mereka semua—dan tersenyum.

Seraphine menggenggam tangan Caelum. “Apa yang harus kita lakukan?”

Caelum menatapnya, lalu menatap Orin dan Ash.

“Kita bertarung.”

Yang terjadi setelah itu bukan lagi pertarungan manusia.

Itu adalah perang antara sihir darah, pengkhianatan, dan garis keturunan yang terbakar.

Orin mengangkat kedua tangannya, menciptakan lapisan pelindung di sekeliling mereka. Ash mengayunkan pedang yang menyala biru, dan Seraphine—Seraphine membuka semua batasan dalam dirinya.

Sihir mengalir dari tubuhnya bagai arus sungai yang membanjiri seluruh kapel. Ia tidak lagi hanya Seraphine sang bangsawan buangan.

Ia adalah Warisan Tertinggal.

Api dan es, cahaya dan kegelapan, berputar di sekelilingnya.

Dan di tengah itu semua, Caelum—yang berdiri di sampingnya, mengangkat kedua tangannya, dan berkata pelan:

“Sudah saatnya aku memilih siapa diriku sebenarnya.”

Ledakan cahaya menyelimuti istana.

Ketika semuanya reda, kapel tua tinggal reruntuhan.

Throneborn telah kembali ke dimensi asalnya. Lingkaran segel tertutup kembali. Dan seluruh Ravennor terdiam dalam kabut magis.

Di tengah puing-puing, Seraphine duduk bersandar pada tiang yang retak, napasnya tersengal.

Caelum duduk di sampingnya. “Kau masih hidup.”

“Begitu juga kau,” balasnya lemah. “Sayang sekali.”

Caelum tertawa kecil. “Aku menyelamatkanmu dua kali malam ini.”

“Dan aku menyelamatkan kerajaanmu. Sepertinya kita imbang.”

Ash menghampiri mereka. “Ini belum selesai. Dewan akan segera menuntut penjelasan.”

Orin menyusul, mengedip nakal. “Kalau begitu kita beri mereka pertunjukan.”

Seraphine menatap adik-adiknya.

Dulu mereka hanya keluarga kecil yang diburu, dibakar, dan dikubur.

Kini mereka kembali. Dan kerajaan tak akan pernah sama.

“Kita mulai bab baru,” katanya pelan.

Caelum menggenggam tangannya. “Dengan darah... yang tidak lagi terbakar.”

Seraphine menatap langit.

Dan untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia melihat bintang-bintang tanpa rasa takut.

Aroma darah belum sepenuhnya hilang dari lorong-lorong Istana Ravennor.

Langkah Seraphine bergema di koridor utama saat ia menyusuri lorong yang dulunya hanya bisa ia pandangi dari balik jeruji. Kini, ia berjalan di atas karpet merah kebesaran dengan jubah obsidian mengembang di belakangnya, disambut tatapan penuh waspada dan… hormat. Atau ketakutan. Ia tidak tahu pasti. Tapi ia tahu satu hal: tak ada yang bisa memalingkan wajah dari takdir yang sudah menanti di akhir jalan.

Tak jauh di belakangnya, Caelum berjalan dengan kepala tegak, namun langkahnya berat. Setelah semua pengkhianatan yang terungkap, setelah darah yang tumpah di ruang mahkota, keduanya tahu bahwa istana ini bukan lagi rumah, tapi panggung terakhir. Dan panggung ini mengingat segalanya.

“Ratu Elara pernah berdiri di tempat ini,” bisik Seraphine, matanya terpaku pada singgasana ganda di ujung aula. “Tepat di depannya, ayahku dijatuhi hukuman mati.”

Caelum tidak menjawab. Ia tahu bahwa mengenang masa lalu seperti membuka luka yang belum benar-benar mengering. Tapi Seraphine harus mengingat.

Semua orang harus.

Di balik singgasana, tergantung lukisan tua Raja Edric—leluhur yang dikenal kejam dan penuh rahasia. Namun malam ini, lukisan itu tampak berbeda. Seperti menatap mereka dengan sorot mata tahu segalanya.

Seraphine melangkah lebih dekat.

“Terlalu banyak darah yang ditumpahkan demi kursi kosong ini,” katanya pelan. “Tapi tak satu pun dari mereka benar-benar duduk di atasnya dengan damai.”

“Apakah kau pikir kau bisa?” tanya Caelum lirih.

Seraphine tidak menjawab segera. Ia menyentuh lengan kursi takhta, merasakan ukiran singa bersayap yang dingin di bawah jarinya.

“Aku tak yakin apakah damai itu sesuatu yang nyata dalam keluarga kita.”

“Tapi kau ingin mencobanya?” Caelum mendekat. “Dengan—duduk di sana?”

Ia mengangguk pelan. “Dengan tidak duduk sendirian.”

Mereka saling berpandangan. Untuk sesaat, hanya ada suara obor berderak dan nyanyian malam dari luar jendela kaca patri.

Kemudian, pintu besar aula terbuka dengan keras.

Ash masuk, membawa mantel berlumur debu dan senjata di punggung. Wajahnya tegas, tapi matanya menyorotkan berita.

“Mereka datang,” katanya singkat. “Ordo Umbra. Dan... orang-orang dari Utara.”

Caelum menghela napas. “Kita belum selesai merawat luka lama, dan sudah harus menghadapi perang baru.”

Seraphine tersenyum samar. “Begitulah hidup raja dan ratu. Tidak ada babak akhir. Hanya babak selanjutnya.”

“Dan beberapa humor buruk dari Orin,” tambah Ash pelan.

Tepat saat itu, terdengar suara benda pecah dari arah dapur istana, disusul teriakan:

“AKU CUMA MAU CANGKIR TEH YANG GAGANGNYA TIDAK PATAH!”

Orin muncul dari balik pilar dengan ekspresi kesal dan selembar kain di kepalanya seperti pahlawan yang baru gagal mencuci piring. Ia membawa sekotak teh, tongkat sihir kecil tergantung di pinggang, dan... seekor burung hantu kecil di bahunya.

Seraphine mengangkat alis. “Kau bawa binatang ke istana?”

“Namanya Momo. Dia penegak keadilan di dapur istana sekarang.”

Caelum menahan tawa, dan bahkan Ash menghela napas panjang dengan ekspresi tak percaya.

“Tolong, Seraphine,” kata Ash. “Kalau kita harus menyatukan kerajaan, mulailah dengan menyatukan kepribadian adikmu dulu.”

Orin mengangkat alis dengan bangga. “Aku kan darah kerajaan. Unik itu wajib.”

Seraphine menutup mata sebentar, menahan tawa.

Di tengah reruntuhan, ancaman perang, dan takhta yang masih bersimbah sejarah kelam… ada sejenak cahaya.

Dan di sinilah semuanya dimulai kembali.

1
karinabukankari
🎙️“Capek? Lelah? Butuh hiburan?”

Cobalah:

RA-VEN-NOR™

➤ Teruji bikin senyum-senyum sendiri
➤ Kaya akan plot twist & sihir kuno
➤ Mengandung Caelum, Ash, dan Orin dosis tinggi

PERINGATAN:
Tidak dianjurkan dibaca sambil di kelas, rapat, atau pas lagi galau.
Efek samping: jadi bucin karakter fiksi.

Konsumsi: TIAP JAM 11 SIANG.
Jangan overdosis.
karinabukankari
“Kamu gak baca Novel jam 11?”

Gemetar...
Tangan berkeringat...
Langit retak...
WiFi ilang...
Kulkas kosong...
Ash unfollow kamu di mimpi...

➤ Tiap hari. Jam 11.

Ini bukan sekadar Novel.
Ini adalah TAKDIR. 😭
karinabukankari
“Halo, aku kari rasa ayam...
Aku sudah capek ngingetin kamu terus.”

➤ Novel update jam 11.
➤ Kamu lupa lagi?

Baiklah.
Aku akan pensiun.
Aku akan buka usaha sablon kaus bertuliskan:

❝ Aku Telat Baca Novel ❞

#AyamMenyerah
karinabukankari
Ash (versi ngelantur):
“Kalau kamu baca jam 11, aku bakal bikinin kamu es krim rasa sihir.”

Caelum (panik):
“Update?! Sekarang?! Aku belum siap tampil—eh maksudku… BACA SEKARANG!”

Orin (pegangan pohon):
“Aku bisa melihat masa depan... dan kamu ketinggalan update. Ngeri ya?”

📅 Jam 11. Tiap hari.

Like kalau kamu tim baca sambil ketawa.
Komen kalau kamu tim “gue nyempil di kantor buat baca novel diem-diem”
karinabukankari
“Lucu…
Kamu bilang kamu fans Ravennor,
Tapi jam 11 kamu malah scroll TikTok.”

Jangan bikin aku bertanya-tanya,
Apakah kamu masih di pihakku…
Atau sudah berubah haluan.

➤ Novel update tiap hari.
➤ Jam 11.

Jangan salah pilih sisi.
– Orin
karinabukankari
“Aku tidak banyak bicara…
Tapi aku perhatikan siapa yang selalu datang jam 11… dan siapa yang tidak.”

Dunia ini penuh rahasia.
Kamu gak mau jadi satu-satunya yang ketinggalan, kan?

Jadi, kutunggu jam 11.
Di balik layar.
Di balik cerita.

– Orin.
karinabukankari
“Oh. Kamu lupa baca hari ini?”

Menarik.

Aku kira kamu pembaca yang cerdas.
Tapi ternyata...

➤ Baca tiap hari. Jam 11.
➤ Kalau enggak, ya udah. Tapi jangan salahin aku kalau kamu ketinggalan plot twist dan nangis di pojokan.

Aku sudah memperingatkanmu.

– Ash.
karinabukankari
📮 Dari: Caelum
Untuk: Kamu, pembaca kesayanganku

"Hei…
Kamu masih di sana, kan?
Kalau kamu baca ini jam 11, berarti kamu masih inget aku…"

🕚 update tiap hari jam 11 siang!
Jangan telat… aku tunggu kamu di tiap halaman.

💙 – C.
karinabukankari
🐾 Meong Alert!

Kucing kerajaan udah ngamuk karena kamu LUPA update!

🕚 JAM 11 ITU JAM UPDATE !

Bukan jam tidur siang
Bukan jam ngelamunin mantan
Bukan jam ngintip IG crush

Tapi... JAMNYA NGIKUTIN DRAMA DI RAVENNOR!

😾 Yang kelewat, bakal dicakar Seraphine pakai kata-kata tajam.

#Jam11JamSuci #JanganLupaUpdate
karinabukankari
🐓 Jam 11 bukan jam ayam berkokok.
Itu jamnya:
✅ plot twist
✅ karakter ganteng
✅ baper kolektif
✅ kemungkinan besar ada adegan nyebelin tapi manis

Jangan lupa update TIAP HARI JAM 11 SIANG

📢 Yang gak baca… bakal disumpahin jadi tokoh figuran yang mati duluan.
karinabukankari
🕚 JAM 11 SIANG ITU JAM SUCI 😤

Itu bukan jam makan, bukan jam rebahan...
Itu jam baca komik kesayangan KAMU!

Kalau kamu ngelewatin update:
💔 Caelum nangis.
😤 Seraphine ngambek.
😎 Ash: “Terserah.”

Jadi yuk… BACA. SEKARANG.

🔁 Share ke temanmu yang suka telat update!
#ReminderLucu #UpdateJam11
karinabukankari
⚠️ PENGUMUMAN PENTING DARI KERAJAAN RAVENNOR ⚠️

📆 Update : SETIAP HARI JAM 11 SIANG!

Siapa yang lupa...?
➤ Ditarik ke dunia paralel.
➤ Dikejar Orin sambil bawa kontrak nikah.
➤ Dijadikan tumbal sihir kuno oleh Ash.
➤ Dipelototin Seraphine 3x sehari.

Jadi... JANGAN LUPA BACA YAAA!

❤️ Like | 💬 Komen | 🔔 Follow
#TimGakMauKetinggalan
karinabukankari
📢 HALOOO PARA PEMBACA TERSAYANG!!
Komik kita akan UPDATE SETIAP HARI!
Jadi jangan lupa:
💥 Siapkan hati.
💥 Siapkan cemilan.
💥 Siapkan mental buat gregetan.

⏰ Jam tayang: jam 11.00 WIB

🧡 Yang lupa update, nanti ditembak cinta sama si Caelum.

➕ Jangan lupa:
❤️ Vote
💬 Komen
🔁 Share
🔔 Follow & nyalain notif biar gak ketinggalan~
Luna_UwU
Ditambahin sekuel dong, plis! 🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!