Menikahi Tuan Buta (MTB)

🎵Karena kau terlalu indah dari sekedar kata,

Dunia berhenti sejenak menikmati indahmu........🎵

(Komang - Raim Laode)

*****

“Tuan, Pak Muh baru saja mengirim pesan kalau Nona Lana sudah tiba di rumah dengan selamat.”

“Hemm..” jawab Virsa singkat.

“Tuan, kalau dipikir-pikir Nona Maya ada benarnya. Nona Lana memang sangat mirip dengan kriterian yang anda inginkan. Sampai sekarangpun saya masih berfikir bagaimana mungkin bisa ada kebetulan seperti itu. Seolah-olah anda memang sedang mendiskripsikan penampilan Nona Lana saat pertama kali datang ke MWA. Tapi bukankah itu mustahil karena anda bahkan belum pernah melihat Nona Lana sebelumnya. Sungguh kebetulan yang sempurna.”

Alih-alih menjawab rasa ingin tahu Rizal, Virsa hanya mengulas sebuah senyum simpul saja dari bibirnya.

“Nyaris sempurna memang, kalau saja otak yang ada di dalam kepalanya berisi dan berfungsi maksimal.”

“Maaf? Apa anda baru saja mengatakan bahwa Nona Lana bodoh.” Tanya Rizal sembari memberi penekanan pada kata ‘bodoh’.

“Seperti itu mungkin bakal lebih mudah buat lo pahami.”

Rizal mengalihkan pandangannya dari kaca spion depan menuju jalanan yang terasa mulai padat merayap siang itu. Ia masih mencerna maksud dari perkataan Virsa yang mengatai gadis secantik Lana bodoh.

“Dia pasti bodoh karena mau menikahi Tuan Virsa begitu saja.” Batin Rizal.

Dan ia merasa senang bisa menemukan jawaban yang dibenarkan oleh dirinya sendiri.

“Jadi kemana kita akan pergi sekarang, Tuan?”

“Barbara & Co.”

***************

Rizal memarkir mobilnya di depan pintu lobi lalu membantu Virsa turun dari mobil. Dan rupanya Adel si store manager memberikan sambutan khusus hari ini. karena ia langsung mengambil alih tugas memandu Virsa dari mobil menuju ruangan VVIP, yang biasa Rizal lakukan.

Dan seakan sudah memahami kondisinya, kali ini Adel tidak hanya menunjukkan jalan seperti biasanya, tapi ia juga menggandeng tangan Virsa dengan penuh hati-hati.

Nyonya Sarah, si pemilik Barbara & Co, sudah siap menyambut kedatangan tamu istimewanya itu dengan aneka produk perhiasan keluaran terbaru yang ia miliki.

“Senang bertemu dengan anda kembali, Tuan Virsa. Saya sempat terkejut mendengar anda akan mengunjungi kami secara langsung. Bukannya selama ini anda hanya memesan melalui sekretaris anda? Terakhir kali anda ke sini tahun lalu hanya untuk mencarikan sebuah gelang untuk Nyonya Christin.”

“Ah, ya benar. Ingatan anda sangat baik, Nyonya.”

“Tentu saja.. karena anda memang bukan orang yang mudah untuk dilupakan, Tuan.”

Sarah memang sangat pandai mengambil hati para pelanggan setianya yang kebanyakan berasal dari kalangan menengah ke atas.

“Jadi, apa yang ingin anda temukan hari ini, Tuan?”

“Sebuah anting dengan emerald diamond.”

“Emerald?” ulang Sarah sedikit takjub karena sungguh di luar kebiasaan.

Biasanya Virsa sangat menyukai warna-warna netral yang tidak terlalu mencolok untuk perhiasan-perhiasan yang dipesannya. Tapi kali ini ia menginginkan berlian hijau emerald yang bisa dibilang cukup langka.

Virsa tersenyum, “Karena sepertinya emerald sangat cocok untuk rambut kecoklatan.”

“Tapi bagaimana anda tahu kalau rambut Non Lana kecoklatan, Tuan?” bisik Rizal penasaran.

“Sssttt!” Virsa meletakkan jari tekunjuknya di bibir.

“Baik, Tuan. Akan segera kami persiapkan. Mohon tunggu sebentar.”

Sarah memberikan penjelasan kepada Adel sebelum pergi. Dan tak lama kemudian, Adel kembali dengan dua set anting yang memiliki emerald diamond seperti yang Virsa inginkan.

Sarah meletakkan salah satu anting yang dibawa Adel di tangan Virsa. “Ini model untai panjang berbahan emas murni seberat empat gram.”

“Jangan membuatnya terlihat seperti Bella!” tolak Virsa setelah meraba anting yang berada di tangannya dan mendengar penjelasan Sarah.

Sarah tersenyum dan segera mengambil kembali anting pertama dari tangan Virsa. Ia lalu meletakkan anting ke dua ke tangan Virsa.

“Ini adalah koleksi kedua yang kami miliki. Sebuah anting berlapis emas putih delapan belas karat dengan bentuk bunga cantik dan green emerald diamond yang menjuntai sederhana.”

“Anda tidak pernah mengecewakan saya, Nyonya.”

******************

Hari yang telah dinantikanpun tiba. Keluarga Mochtar sengaja mempersiapkan pesta pernikahan dengan konsep garden party yang diadakan malam hari untuk putra sulung keluarga mereka. Mereka memilih konsep ini bukan tanpa alasan, melainkan agar orang tidak terlalu fokus memperhatikan penampilan mempelai pria yang buta.

Penerangan sengaja dibuat sedikit minimalis dengan penataan yang sangat penuh perhitungan agar kursi mempelai tetap terlihat tapi tidak terlalu mencolok dan menarik perhatian.

Dua jam menjelang pelaksanaan acara pernikahan, Virsa sudah terlihat rapi dengan setelan jas berwarna hitamnya yang mewah dan menawan. Ia duduk santai di sebuah kursi yang berada di salah satu sudut rumahnya yang tepat menghadap ke arah pintu gerbang.

Sementara itu, Maya yang didapuk menjadi wedding organizer hari itu benar-benar panik karena Lana belum juga bisa dihubungi dan belum juga tiba padahal waktunya sudah sangat mepet.

“Pak Virsa, apa yang harus kita lakukan sekarang? Apa anda sudah mengirim orang untuk mencari Lana?” tanya Maya panik.

“Untuk apa membuang-buang tenaga. Toh dia akan tetap datang tanpa dijemput sekalipun.” Jawab Virsa enteng.

“Tapi jamnya sudah mepet. Kita tidak akan punya cukup waktu untuk mempersiapkan mempelai wanitanya.”

Virsa hanya tersenyum simpul dan membiarkan Maya berusaha dengan caranya sendiri untuk menyukseskan pestanya hari itu.

“Tuan, apa anda yakin?”

Virsa mengangguk.

Tak lama kemudian, Lana benar-benar muncul di depan gerbang rumahnya.

“Tuan, Nona Lana datang.” Ujar Rizal penuh semangat.

“Tapi dia hanya mengenakan kemeja dan celana jeans, rambut terurai seperti biasanya dan sepatu flat.” Suara Rizal makin lama makin terdengar pelan. “Dia sama sekali tidak menggunakan satupun hadiah yang anda berikan kepadanya, tapi dia tetap terlihat cantik.”

“Berhenti menatap calon Nyonya lo kaya gitu!”

“Maaf, Tuan.” Rizal buru-buru menundukkan kepalanya.

Virsa lagi-lagi hanya tersenyum. “Apa lo tahu apa yang pengen gue lakuin sekarang? Narik dia masuk ke kamar dan membuatnya mengganti pakaiannya dengan gaun pesta yang udah gue siapin.”

“Hah?”

“Apa lo bisa bantu gue?”

“Baik, Tuan.” Rizal langsung berlari menghampiri Lana dan melakukan apa yang tuannya ingin ia lakukan.

Rizal menarik Lana melewati tempat Virsa duduk, menuju kamar make up.

“Liz Bright Crystal Eau de Parfum” gumam Virsa sambil tersenyum puas. “Good choice!”

Virsa kenal betul dengan merk parfum langka yang berhasil ia dapatkan dengan bantuan salah satu koleganya di Paris.

******************************************

“Lana!!!!” Maya berteriak kegirangan ketika melihat Lana datang bersama Rizal. “Gue seneng banget lo mau dateng.”

“Apa anda sudah menghafal semuanya, Nona?” tanya Rizal setengah berbisik kepada Lana.

Lana menaikkan kedua bahunya dan Rizal terlihat agak kecewa. Tapi ia segera pergi karena tahu bahwa Lana harus segera mempersiapkan diri.

Tak lama kemudian Lana turun dan menghampiri Virsa di tempat duduknya. Virsa langsung tahu kalau Lana datang dan mempersilakannya duduk di sampingnya. Ia kemudian menyodorkan anting yang dibelinya kemarin kepada Lana.

“Ganti anting yang kau pakai dengan ini.” titah Virsa.

“Aku bahkan tidak sempat menata rambutku. Apa gunanya mengganti anting? Tak akan ada seorangpun yang melihatnya.”

“Berbalik!” perintah Virsa lagi

“Hah?” Lana akhirnya membalikkan badannya membelakangi Virsa meskipun tidak yakin apakah tindakannya itu sesuai dengan permintaan Virsa.

Virsa kemudian meraba bahu dan rambut Lana yang terurai dan hanya dihias dengan sebuah jepit kecil saja karena keterbatasan waktu.

Virsa kemudian mengikat rambut Lana dan membuat sebuah bentuh sanggul sederhana dengan bantuan ikat rambut dan jepit yang Maya berikan kepadanya. Sekarang rambut Lana sudah tergelung rapi meskipun sederhana, dan menyisakan beberapa anak rambut yang terurai di bagian kiri dan kanan yang membuat Lana justru terlihat lebih menawan.

“Sekarang kenakan anting itu!”

Lagi-lagi Lana hanya bisa menuruti permintaan Virsa. Lalu melihat pantulan wajahnya di cermin yang Maya bawakan untuknya. Dan ia benar-benar takjub dengan keindahan anting berwarna hijau yang baru dikenakannya itu. Sangat cantik.

“Tidak terlihat seperti pengantin sungguhan.” Gumam Lana lirih.

“Begitu lebih baik. Aku tidak ingin orang menikmati pemandangan indah yang tak bisa kulihat.” Ujar Virsa sambil berdiri dan menunggu Lana menggandeng tangannya menuju tempat diikrarkannya janji suci pernikahan mereka.

********************************