Alea harus menerima kenyataan bahwa kisah cintanya bersama Robin harus berakhir karena sepupunya yang telah hamil gara-gara Robin.
Perasaan hancur dan merasa di sakiti benar-benar membuat Alea harus berjuang mati-matian untuk terus kuat menahan cibiran dan hujatan orang-orang yang mengatakan kalau Alea menjadi orang ketiga yang mengambil cinta Robin dari Clara yang telah menyebarkan fitnah kepada warga desa bahwa dia telah menggoda Robin kekasihnya.
Kecewa dan kesedihan di hati Alea tidak bisa di obati lagi, sehingga akhirnya Alea memutuskan untuk hijrah ke Jakarta dan memulai bisnis sendiri di sana.
Siapa yang tahu, hidup Alea berubah drastis dari tenang menjadi super rempong gara-gara seseorang yang sangat menyebalkan bernama Meyer, pria remaja yang selalu mengganggu dan mengejar dirinya setiap pulang sekolah.
Siapakah yang akan berhasil menaklukan hati Alea? Baca novelnya sampai tamat ya, dan jangan lupa dukungan pembaca semua dengan like, favorit, vote dan gift semampu kalian
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur hapidoh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
6. Perkenalan
Pemuda itu kemudian menggulurkan tangannya dan menyebutkan namanya, "Meyer Clarkson! Siapa nama kamu?" tanya pemuda itu dengan senyum tengilnya yang sangat menyebalkan bagiku.
" Aku nggak nanya ya, jadi ga usah pakai alasan klise untuk tahu nama aku!" ketusku.
Di tengah perdebatan kami berdua, tiba-tiba saja sopirku memecahkan keributan itu.
" Nona kita akan pergi sekarang ataukah masih lama untuk menunggu perdebatan kalian berdua?" tanyanya takut-takut.
Aku kemudian langsung meminta kepada sopirku untuk segera kembali ke mansionku.
" Heh anak kecil! Cepat sebutkan alamatmu di mana! Biar diantarkan oleh sopirku!" ucapku kepada pemuda itu yang malah tersenyum menanggapi perkataanku.
" Aku bisa pulang sendiri ke rumahku. Aku hanya ingin memastikan bahwa kau pulang dengan selamat sampai dengan rumahmu. Ayo Pak sopir, kita segera mengantarkan nona besarmu ke mansion miliknya!" ucap Meyer seenak jidatnya memerintah sopirku membuatku menjadi panas rasanya.
Karena malas berdebat dengan bocah tengil itu, aku pun akhirnya memilih untuk diam dan tidak memperdulikan ocehan pemuda yang mengaku bernama Meyer itu. Akhirnya dia pun sibuk mengobrol dengan supirku di depan sana.
Karena Gabut, mau tidak mau aku pun lalu lebih memilih untuk memainkan ponselku saja. Aku terkejut ketika melihat postingan Clara yang memposting kemesraannya bersama dengan Robin.
" Ckck punya suami hasil merebut pacar orang lain lagi bangga sekali! Dasar sampah!" umpatku kesal setengah mati.
" Maaf, siapa yang kamu maksud?" tanya Meyer sambil terus menatap ke arahku melalui spion depan.
" Bukan urusan kamu!" sengitku.
Ah entahlah! Aku pun bingung kenapa perasaanku sangat kesal saat ini kepada pemuda bernama Meyer itu. Padahal dia tidak melakukan kesalahan apa-apa, selain dengan sembrono bermain skateboard di jalanan sehingga tanpa sengaja menabrak aku.
" Nona kita sudah sampai!" ucap sopirku dengan sopan, dan mengingatkan kalau kami sudah sampai di mansionku.
Aku pun kemudian keluar dari mobil tanpa memperdulikan pemuda itu yang kemudian mengikutiku sampai rumahku.
" Eh kau mau apa? Kenapa kau ikut masuk ke rumahku juga? Pulang sana!" perintahku kepada Meyer yang malah dengan seenak jidatnya mengikutiku kemanapun aku melangkahkan kakiku di rumahku sendiri.
Meyer langsung membaringkan tubuhnya di atas ranjangku aku auto melotot dan sangat kesal kepadanya.
" Eh, anak kecil! Apa yang kau lakukan di rumah orang lain? Kau benar-benar tidak sopan sekali!" ucapku sambil menarik tangan Meyer untuk bangun dari ranjangku.
Akan tetapi yang terjadi. Bukannya dia yang bangun, malah aku yang tertarik ke arahnya dan menubruk tubuhnya dan auto mencium bibir dia yang tepat ada di bawah tubuhku.
Untuk sejenak, pikiran kami seakan membeku di tempat. Entah kenapa otakku terasa tumpul seketika. Ketika aku sadar dan hendak menarik diri darinya, dia malah menyentuh tengkukku dan semakin memperdalam ciuman kami berdua.
Oh ya Tuhan! Entahlah aku benar-benar tidak mengerti dengan apa yang sedang terjadi di antara kami berdua. Kalau ada yang melihat adegan ini pasti mereka berpikir kalau aku adalah seorang Pedofil yang menganiyaya seorang anak SMA yang baru aku kenal.
Tubuhku sampai lemas seketika saat dia semakin dalam mencium bibirku, entah apa yang merasuki diriku saat ini, aku seakan terhifnotis dengan pesona bocah tengil itu yang baru kutemui tadi siang.
" Bibirmu sangat manis, walaupun mulutmu hanya bisa bicara kata-kata makian saja!" ucap Meyer yang kemudian melepaskan ciuman kami berdua. Akan tetapi tangannya masih asik bertengger di pinggangku. Entah kenapa seakan ada yang hilang, saat dia kemudian melepaskan pagutan bibir kami.
Aku merutuk diriku sendiri yang entah kenapa aku malah terpesona dengan bocah itu yang telah lancang mencuri ciuman pertamaku. Bocah ingusan yang sedang berusaha menggodaku saat ini. Ah sial!
Ketika aku mengingat itu, aku auto menarik tubuhku dan menjauh darinya.
Pemuda itu pun kemudian duduk di ranjangku dan menatap seisi kamarku yang sangat luas.
" Kamarmu luas sekali dan rumahmu pun sangat besar. Apakah kau bersedia untuk menampung anak malang ini untuk tinggal di rumahmu?" tanyanya dengan begitu enteng.
Aku kesulitan menelan saliva aku sendiri. Ketika melihat senyum pemuda itu yang begitu manis dan begitu rupawan. Ya Tuhan! Sungguh sebuah ketampanan yang sangat hakiki yang pernah kulihat dalam hidupku.
visualisasi Meyer Clarkson.
Visualisasi Aleandra Andalas
" Pulanglah ke rumahmu sendiri. Aku tidak punya waktu untuk mengasuh anak kecil sepertimu!" ucapku gugup dan kemudian meninggalkan dia.
Entah kenapa melihat senyum pemuda itu, jantungku tiba-tiba berdebar sangat kencang. Ketampanan pemuda itu benar-benar sudah melewati ambang batas toleransi mataku dan aku tidak mampu untuk terlalu lama-lama menatapnya. Bisa diabetes aku nanti. Hehe.
" Apakah aku perlu membuktikan, kalau aku ini bukan anak kecil padamu?" tanya Meyer sambil menaik turunkan kedua alisnya dan terus menatapku dengan tatapan nakalnya.
" Apa maksudnya?" tanyaku bingung dan mulai gusar ketika melihat Meyer yang semakin mendekat ke arahku dan terus tersenyum penuh arti.
Aku berusaha untuk melindungi diriku dengan kedua tangan yang terus aku siagakan di depan dadaku.
" Kau jangan macam-macan padaku ya! Aku bisa berteriak kencang loh! Kau bisa di arak warga kampung nanti!" ancamku kepada Meyer yang malahan tertawa terbahak-bahak mendengar ucapanku.
" Teriaklah yang kencang sayang. Bukankah akan semakin menyenangkan ketika kita bercinta dengan teriakanmu? Hmmm?" ucapnya dengan tatapan sensualnya yang meremangkan seluruh bulu romaku.
Untuk pertama kalinya, aku merutuk pilihan Ryan ketika di membeli mansion ini yang begitu besar. Sehingga walaupun aku akan berteriak sekencang apapun. Aku yakin tidak akan ada orang yang mendengarnya. Karena di mansion ini hanya ada aku dan dua orang pembantu dan satu orang sopir saja. Mereka pun berada jauh di belakang sana di bagian para pegawai berada.
Ketika melihat tatapan Meyer yang sudah mulai berkabut, sama seperti tatapan Robin dulu, ketika dia meminta bercinta denganku. Oh Tuhan! Aku tidak tahu kenapa, rasanya sekujur tubuh terasa lemas seketika.
Pesona laki-laki ini benar-benar tidak bisa tertolak sama sekali dan aku rasanya seperti wanita bodoh yang malahan membiarkan dia melakukan aksinya ke atas tubuhku yang bukan hak miliknya. Bahkan kami saja baru bertemu beberapa jam yang lalu.
Saat kesadaranku sudah mulai kembali ke otakku. Aku pun langsung mendorong tubuh Meyer yang sedang beraksi di atasku yang sudah mulai berantakan pakaian yang aku kenakan gara-gara kenakalan pemuda asing itu. Aku tidak mengerti dengan diriku sendiri kenapa aku begitu lemah ketika berhadapan dengan pemuda ingusan itu. Aku seakan tidak mampu melawan pesonanya yang luar biasa dan sangat menyilaukan mata.
moga2 enggak yaa thorr.....